Senin, 23 Desember 2019

Shalat Bahagia


Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, Recuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Al-Baqarah 2 : 45)

Ibnu Rajab, mengatakan dalam kitabnya Al-Khusu' fish shalah, "Sekiranya kalian melihat salah seorang di antara salaf telah berdiri untuk mengerjakan shalat, ketika dia berdiri di mihrabnya lalu mulai membaca kalamullah (Al-Qur'an), maka terdetiklah dalam hatinya bahwa tempat berdirinya itu merupakan tempat berdirinya seluruh manusia dihadapan Rabb semesta alam. Jantungnya pun merasa copot dan akalnya hilang.

Hatim Al-Asham, Rahimahullah
menuturkan "Jika tiba waktu sholat, aku sempurnakan wudhuku dan segera pergi ke masjid yang ingin aku sholat di dalamnya. kemudian aku duduk di dalamnya sampai anggota badanku dalam keadaan tenang."

"Kemudian aku berdiri untuk sholat, aku bayangkan Ka'bah ada dihadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Aku bayangkan seakan-akan shalatku ini adalah yang terakhir bagiku. sikapku ketika berdiri dalam sholat antara berharap dan takut." Yakni, khawatir atas balasan dosa-dosa, namun juga sangat berharap akan Rahmad Allah.

"....aku merenungi diri dengan perasaan cemas, khawatir jika Allah tidak menerima sholatku."

Abdullah bin Zubair, Radhiyallahuanhu.
Jika sedang sholat, Ibnu Zubair  ibarat tongkat yang tegak berdiri karena demikian khusyuknya. sampai-sampai ketika ada burung yang hinggap di kepalanya, burung tersebut mengira dirinya sebuah batang pohon

Pernah ketika Ibnu Zubair sedang sholat di Ka'bah, dia di kepung pasukan Abdul Malik bin Marwan. Mereka menyerangnya dengan manjaniq (alat pelempar batu) dari gunung Abu Qubays. mereka ingin membunuhnya dan para pengikutnya. Sebuah peluru manjaniq berupa sebongkah batu besar sempat lewat antar janggut dan tenggorokannya, akan tetapi Ibnu Zubair tetap berdiri kokoh di dalam sholatnya. Dia tidak takut dan memperdulikannya, juga tidak memutus bacaan sholatnya. Dia juga tidak mempercepat rukuknya sampai ia menyelesaikan sholatnya dengan khusyuk.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib, RA.
Apabila tiba waktu sholat, dia gemeteran dan wajahnya berubah pucat, Dia pun ditanya, "Apa yang terjadi dengan anda ?
Dia menjawab, "Demi Allah, telah datang waktu dipikulkan amanah, Allah pernah menawarkannya kepada langit, bumi dan gunung-gunung untuk membawanya, akan tetapi mereka menolaknya. Sedangkan sekarang, aku akan memikulnya."

Amir bin Qais Rahimahullah
orang-orang pernah bertanya kepadanya, "Apakah engkau lalai dalam sholatmu ? Dia menjawab, "Adakah ucapan yang lebih aku cintai daripada membaca Al-Qur'an dan khusyuk dalam sholat ? Sangatlah jauh sikap lalai itu dariku. Sebab, bermunajat kepada Allah itu cukup menyita segenap perasaan!"

Muslim bin Yassar, Rahimahullah
Suatu hari, ketika dia sholat di Masjid Jami' Bashra, tiba-tiba sebagian bangunan masjid runtuh. Manusia pun panik dan berkumpul untuk menangani kejadian tersebut. Sementara itu, dia tidak merasakan sesuatu pun hingga selesai sholatnya

Sebenarnya kita mempunyai kemampuan psikis secara bathiniah sebagai bekal untuk menghadapi berbagai tantangan dalam menjalani kehidupan ini, akan tetapi kita tidak pernah serius untuk menggali dan mengembangkannya. Akibatnya kita masih saja sering kebingungan di saat sebuah persoalan mempengaruhi perasaan kita.

Kegelisahan dan kecemasan dibiarkan mendera sampai akhirnya menyebabkan kita sakit dan depresi.

Kemampuan dan potensi yang ada itu sebenarnya dapat diatur dan dikembangkan dengan mudah melalui sebuah teknik shalat yang sederhana.

Selama ini shalat dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan bagi pelakunya, karena kebanyakan dari kita tidak mengetahui dan merasakan ketinggian nilai spiritual yang ada di dalamnya. Seringkali terbersit di dalam perasaan kita dimana shalat terasa menjemukan, tidak membuat hati lebih enak di saat kita butuhkan untuk menolong menyelesaikan perasaan yang gelisah. Atau shalat tidak memiliki gereget yang mampu mempengaruhi mental kita untuk menjadi lebih baik dan menyenangkan.

Sejak mulai belajar shalat di masa kecil, kita tidak diajarkan bagaimana meraih rasa khusyu', Karena sang guru telah menetapkan itu sebagai hal yang tidak mungkin. Kita hanya disuruh menghafal bacaan dan gerakan-gerakan raka'at tanpa ruh. Sampai-sampai di saat bulan Ramadhan, berlangsung perlombaan adu cepat dalam melaksanakan shalat tarawih. Kita akan mencari imam eksekutif
(ibarat sopir ekspres) yang mampu menempuh target lebih cepat.

Mengubah doktrin yang sudah menjadi budaya masyarakat memang tidak mudah. sering mendapatkan kesulitan untuk meyakinkan mereka bahwa shalat khusyu' itu mudah. Bahwa shalat merupakan ruangan tempat kita beristirahat, tempat kita meraih kedamaian, dan sebuah klinik pengobatan bagi bathin kita.

Nabi mengatakan bahwa shalat adalah pemandangan yang menyejukkan hatinya, suatu amalan yang paling disukainya. Tetapi masyarakat terlanjur menilai shalat sebagai sebuah perintah, sebuah kewajiban yang tidak terelakkan. Akibatnya shalat tidak menjadi sebuah kebutuhan (aksioma)
untuk pribadinya, apalagi untuk meraih rasa khusyu'.

Banyak orang salah faham, khusyu' dianggap sebuah kemesraan hubungan semata kepada Allah. Seolah tidak menyentuh kepentingan hidup sehari-sehari. Padahal, khusyu' pasti membuahkan kebahagiaan. Jadi, tidak ada salahnya disebut shalat bahagia.

Di saat jumlah orang stres meningkat, mereka lebih tertarik kepada buku bertema kiat bahagia, diharapkan mendapatkan dua keuntungan : shalat yang lebih berkualitas dan hidup yang lebih gairah dan bahagia.

Banyak muslim tidak mengerti makna doa yang dibaca dalam shalatnya. Padahal mereka wajib memahaminya. Jika kursus bahasa Arab, tentu butuh waktu yang lama. Di satu sidi shalat seharusnya menjadi solusi problem hidup, sehingga pelaku shalat berbahagia setelah melakukannya.

Panggilan hayyaalas sholah (ayo shalat) dijamin mengantarkan bahagia (hayya alal falah). Tapi, realitasnya tidak demikian. Orang marah tetap melanjutkan marahnya setelah shalat. Orang sedih tetap murung, orang minder tetap tidak percaya diri walaupun telah melakukan shalat.  kiat bagaimana menjadikan shalat sebagai problem solver yang mengantarkan manusia kepada kebahagiaan.

Terapi sholat bahagia berupa cara takbir, rukuk, sujud dan gerakan-gerakan shalat lainnya yang menghasilkan T2Q (Tawakal, Tumakninah dan Qona'ah) yang bisa dikerjakan secara mandiri.

Dengan T2Q itu, pelaku shalat bisa menghapus penyakit D3 (Dengki, Dendam dan Dongkol) atau S2 (Serakah dan Sombong) yang menjadi sumber penderitaan hidup.

Diharapkan juga pemraktek Terapi Shalat Bahagia (TSB) menjadi lebih optimis, percaya diri, sabar, ikhlas, ridla dan tidak mengeluh pada cobaan, penuh keyakinan akan pertolongan Allah dan pasrah kepada-Nya. Inilah kunci kebahagiaan.

Semua poin di rumuskan dalam kalimat singkat, yaitu SUBHAN TURUT HADIR di MASJID untuk AKSI SOSIAL

SUBHAN adalah inti surat Al Fatihah, yaitu Syukur, Bimbingan dan Ketahanan Iman.

TURUT: ini adalah inti doa rukuk yaitu Tunduk kepada kemauan Allah dan Menurut semua perintah-Nya.

HADIR: (inti doa i’tidal) yaitu: Hak Pujian hanya bagi Allah dan semua yang kita alami terjadi atas takdir-Nya.

MASJID: (inti doa sujud), yaitu Maaf Allah untuk kita dan keluarga, Sinar Allah untuk semua indra kita, serta Jiwa dan raga diserahkan sepenuhnya kepada Allah.

AKSI: (inti doa duduk antara dua sujud), yaitu Ampunan, Kasih, Sejahtera dan Iman.

SOSIAL: (inti doa tasyahud) yaitu : Sholawat, Persaksian, dan Tawakal.

Adapun dari pemraktek, testimoni terapi sholat bahagia amat beragam. Antara lain dari sejumlah wanita yang berhenti selingkuh dan lesbi setelah mengikuti PTSB (Pendalaman Terapi Shalat Bahagia), suami yang memaafkan istri yang semula akan dicerai, Ibu yang mengurangi secara drastis marah kepada anak-anaknya, berhenti dari ketergantungan obat penenang, sembuh dari sakit kelumpuhan kaki; bisa BAB dengan lancar setelah tiga tahun ketergantungan obat melalui anus, hubungan harmonis antara menantu dan mertua setelah tegang lebih dari lima tahun.

Ada yang lucu, bisa menyapih anak dengan terapi shalat. Ada juga membeli tanah untuk usaha bengkel setelah sebulan praktek terapi ini.

Shalat bisa memiliki power sedahsyat itu memang tidak bisa menjelaskan secara medis proses kesembuhan setelah menjalankan terapi shalat bahagia. Namun dengan T2Q dengan pesan-pesan sebagai berikut: “Curhatlah dalam hati kepada Allah dalam setiap shalat sepuas-puasnya seperti Anda menulis sebuah novel”.

“Bersumpahlah di hadapan Allah untuk menyatakan ikhlas, ridla, tanpa keluhan sedikitpun terhadap cobaan yang Anda terima dari-Nya”. “Yakinlah bahwa Allah pasti Maha Kuasa menolong Anda”.

Kuatkan keyakinan itu sampai berkali kali. Terakhir, katakan "pasrah kepada Allah” Semua itu dinyatakan dalam semua gerakan shalat, khususnya dalam rukuk dan sujud, masing-masing selama 30 detik minimal.

DASAR KEGIATAN
  1. Buku 60 menit sholat bahagia, karangan Prof. DR. Ali Azis, Guru Besar Uinsa Surabaya
  2. Program Kerja Pengurus Takmir Masjid Darul Ilmi SMK Negeri 5 Surabaya dalam meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Allah SWT.
  3. Hasil Rapat pembentukan Panitia Terapi Sholat Bahagia, pada tanggal.........

NAMA & TEMA KEGIATAN
Nama Kegiatan ini adalah “Pelatihan Terapi Sholat Bahagia" bagi guru dan karyawan SMK Negeri 5 Surabaya.

Tema "Dengan Sholat,  Kita Membangun Kebahagiaan Hidup Dunia dan Akhirat"

TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan Kualitas Sholat bagi setiap Insan yang beriman

B. Tujuan Khusus
  1. Upaya pemantapan dalam menunaikan  kwajiban sholat 
  2. Mengenalkan dan mempraktekkan Terapi Sholat Bahagia kepada Civitas Akademika SMK Negeri 5 Surabaya.
  3. Meneguhkan Mental, Karakter, dan Spiritual bagi Civitas Akademika SMK Negeri 5 Surabaya

PELAKSANA
Yang menjadi pelaksana kegiatan ini adalah panitia pelaksana yang telah dibentuk pada tanggal.............(Susunan panitia sebagaimana terlampir pada lampiran 1).

WAKTU DAN TEMPAT
Pelatihan Sholat Bahagia, Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal                :
Februari 2020
Waktu                            :
12.30 WIB– Selesai
Tempat                           :
Masjid Darul Ilmi, SMK Negeri 5 Surabaya
Pemateri : Prof. DR. Ali Azis, MA (Guru Besar UINSA Surabaya)

TARGET & SASARAN :
Kegiatan mentargetkan yang mengikuti pelatihan sebanyak 200 orang.

Sedangkan yang diharapkan hadir meliputi :
  1. Tenaga Pendidikan
  2. Tenaga Non Kependidikan
  3. Perwakilan pengurus OSIS & Ekskul

ANGGARAN DANA
Estimasi dana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini sebesar Rp ........??.????. (Rincian anggaran dana sebagaimana terlampir pada lampiran 2).

PENUTUP
Demikian Proposal ini dibuat, dengan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang berkenan membantu terlaksananya kegiatan ini.


Surabaya, Januari 2020
Panitia Pelaksana
.................................................................................
SUSUNAN PANITIA


.................................................................................
RENCANA ANGGARAN DANA


.................................................................................
SUSUNAN ACARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar