Jumat, 02 September 2022

Sains & Teknologi Islam

Akal dan Kebenaran

Manusia hidup di dunia dengan dikaruniai akal oleh Tuhan. Dengan akal, manusia bisa membedakan antara yang benar dengan yang salah sebagai panduan hidup. Oleh karena itu, manusia membutuhkan "kebenaran" sebagai pedoman atau sesuatu yang dipercayai untuk keberlangsungan hidup. Tanpa kebenaran, manusia akan hidup layaknya binatang yang tidak membutuhkan kebenaran karena tidak mempunyai akal. 

Tanpa menemukan kebenaran, hati dan pikiran manusia senantiasa gelisah. Namun, ketika akal manusia menemukan satu kebenaran tentang hidup, maka ia akan menjalaninya dengan tenang, terarah, dan yakin. 

Begitu pula sebaliknya, jika akal manusia belum menemukan kebenaran sesuatu tentang hidupnya, maka ia akan menjalani hidup ini dengan gelisah, cemas, tidak menentu, dan tanpa keyakinan. 

Oleh karena itu, kebenaran bagi manusia ibarat pedoman hidup yang akan menuntunnya hidup di dunia. Sehingga, tak berlebih jika kebenaran bagi manusia laksana pelita yang menerangi jalan saat gelap gulita. Pelita tersebut menjadi petunjuk arah yang jelas untuk menuntun seseorang melangkah mengarungi jalan-jalan hidup. Tanpa pelita, seseorang tidak akan melihat jalan atau sesuatu yang ada di depannya. Sehingga, ia akan gelisah, was-was, khawatir, dan tidak tentu arah karena ketiadaan keyakinan dalam menjalani hidup ini. 

Oleh sebab itu, manusia hidup membutuhkan "kebenaran" yang menjadi landasan kehidupannya. Makanya, manusia akan terus mencari kebenaran dalam hidup ke mana pun, sampai akhirnya kebenaran itu ditemukannya

Akal manusia merupakan satu organ sekaligus perangkat yang bisa digunakan untuk menemukan kebenaran itu. Akal manusia akan berpikir secara logis, rasional, terstruktur, dan ilmiah (dibuktikan kebenarannya) dalam mencari setiap kebenaran dalam hidup. 

Meskipun demikian, dalam Islam, kebenaran agama yang utama adalah keyakinan atau meyakini apa pun yang disampaikan oleh para rasul melalui kitab-kitab suci. 

Kebenaran dalam Islam tidak perlu dibuktikan, karena hanya dengan keyakinan atau keimanan kepada Allah, seseorang sudah cukup menemukan kebenarannya

Namun, bagaimana agama dihadapkan kepada para ilmuwan (nonmuslim) yang memiliki metode penemuan kebenaran menggunakan akal yang logis, rasional, dan ilmiah ?

Tidak menjadi soal, karena al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar sepanjang masa. Banyak ayatnya yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan modern abad terakhir. Mulai dari Astronomi, Geologi, Biologi, Matematika, Kimia, Fisika, Oceanograpi, Psikologi, dan segala bidang keilmuan lainnya. 

Para ilmuwan di banyak bidang tersebut akhirnya tunduk dan takjub dengan keajaiban ayat al-Qur'an. Bagaimana tidak, penelitian ilmiahnya ternyata hanya merupakan pembenaran atau pengakuan atas wahyu Allah yang telah diinformasikan 1400 tahun silam.

Luar biasa! Para ilmuwan ini menemukan kebenaran al-Qur'an dengan penelitiannya masing-masing sesuai dengan sudut keilmuan mereka. Takjub, heran, terpesona, tercengang, dan terperanjat, itulah ekspresi yang dirasakan oleh para ilmuwan usai menemukan kebenaran ilmiahtersebut. Siapa saja mereka? 

Bagaimana kisah penemuan kebenaran yang membuat mereka jatuh dalam pelukan Islam tersebut ? 

Firman Allah :


"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar. Dan, apakah Tuhanmu tidak cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu," (QS. Fushshilat [41]: 53).


Buku : The Miracle of Science; H. M. Yusuf bin Abdurrahman


Disampaikan pada Kisra : Kajian Islam Remaja, SKI SMK Negeri 5 Surabaya

Jumat, 02 September 2022; Masjid Darul Ilmi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar