Jumat, 26 Mei 2023

Hati Suhita


Suhita,

Aku tahu berapa kali harapan karam di lautan matamu yang teduh. Warna yang seharusnya merekah di pipi setiap permaisuri. Nyatanya memucat, tiada berwarna, secantik pancarona


Suhita,

Aku tak bisa lupa hari di mana kau dinyatakan menjadi teratai di telagaku, Kau begitu merekah dengan kelopak-kelopak putih salju, Kau memesona laiknya seroja yang berjaya. Dan kau sahaja meningkahi malam-malam peraduanku

Namun kau terlampau jauh, Suhita. Aku tiada sanggup merasaimu dengan renjana, Membauimu dengan kama, Lalu menyuntingmu dengan asmara, Entah apa yang memagari kita, Mungkin saja hatiku sendiri


Suhita,

Andai bisa kubelah tubuh ini, Sebelah untuk egoku, Dan yang lain adalah milikmu. Namun, itu tiadalah niscaya. Aku bagai daging tak berarus nyawa, Aku bongkahan hati tak berperasaan, Aku menjelma sehampa-hampanya diri


Suhita, kusadari Kau adalah yang terpilih, Merajai peraduan kalbuku, Dalam dirimu tersemat doa dan restu orangtua. Itulah pusaka, Pusaka abadi kita Permaisuriku, t'lah kuakui. Kau menggenggam segalanya, Kau berpijak di titik yang diimpikan seribu insan, Kau mewangi dari sisi diriku - Gus Birru


"Seteguh apa pun aku bertapa, selama apa pun aku bersila merapal doa, sepanjang apa pun kulafalkan pinta, aku tak mungkin sampai pada pemahaman mengapa aku begitu mencintai Mas Birru." -Alina Suhita

"Aku bukan ratu. Akulah menjangan yang terluka dan ingin berlari sejauh-jauhnya." -Alina Suhita

"Ia tampil dalam keanggunan, tumbuh menawan. Pesonanya tetap terjaga. Ia bukan kembang yang biasa dipetik. Ia adalah ketenangan yang berjarak. Ia menawan semua orang yang memandang, tapi ia pandai menciptakan batas." -Kang Dharma

"Aku belajar banyak hal. Aku menyukai tantangan-tantangan baru, tapi aku sadar, belajar melupakan seseorang adalah pelajaran yang paling sulit." -Ratna Rengganis

"Laki-laki kadang yang dikangeni bukan sosok, tapi momennya." -Arya

"Kita baru bisa berhenti mengenang seseorang, kalau kita penuhi hati dan pikiran kita dengan hal-hal baru." -Ratna Rengganis

"Dia memang perempuan asing, tapi dia punya banyak kesempatan. Aku memang perempuan yang mengenalnya lebih awal, bahkan lebih lama, lebih dekat dari yang orang lain tahu. Tapi aku tak punya lagi kesempatan. Aku tak memiliki apapun selain kenangan." -Ratna Rengganis

"Kesediaanku untuk menjauh dari hidupnya adalah kado terbaikku untuk pernikahannya. Aku mencintainya, harus kurelakan dia bahagia. Walaupun itu berarti aku kehilangan seluruh kekuatanku." -Ratna Rengganis

"Mas Birru memang sudah jauh dan memiliki kehidupan baru, tapi dia mewariskan energinya di dalam hatiku. Kami memang akan berjarak. Tapi, dia tidak pernah pergi, dia duduk tenang di dalam hatiku. Menyemangatiku. Sepanjang hidupku. Tak seorang pun bisa mengusirnya." -Ratna Rengganis 

"Maturnuwun, Nduk. Sejak dulu, sampai sekarang, kamu sangat dewasa (Rengganis). Kamu perempuan agung yang tak pernah memikirkan dirimu sendiri. Jaga diri baik-baik" -Gus Birru

"Cintaku padanya tetap tumbuh dalam diam. Menguncup pelan dalam sukmaku walau hampir setiap hari dia bersikap beku." -Alina Suhita

"Andai aku bisa melumpuhkan ingatan. Mungkin juga akan kuhardik kenangan. Agar ia tidak terus berkelindan. Menghalangi pandangan. Atas masa depan." -Puisi Gus Birru

"Hari ini aku tahu, tidak sia-sia Mbah Kung menyematkan nama salah satu penguasa perempuan di kerajaan Majapahit dalam namaku, Suhita. Perang di hatiku sepanjang tujuh purnama ini begitu dahsyat. Kebekuan dan keangkuhan suamiku telah membuat hatiku berdarah-darah. Penolakannya sudah membuatku tersungkur tak berdaya. Tapi aku tidak pernah menyerah. Aku melawannya dengan kelembutan, dengan ilmuku, sekaligus dengan puja pintaku. Hari ini ia sudah takluk. Aku telah memenangkan pertarunganku. Akulah Alina Suhita, yang kini bertahta di kerajaan hatinya." -Alina Suhita 

 "Aku sangat bahagia. Mushaf di tanganku. Mas Birru di pangkuanku. Al-Anwar di pikiranku. Abah ummik di hatiku. Dan benih Mas Birru, baru saja, di rahimku." -Alina Suhita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar