Sabtu, 24 April 2010

Pulau Baru Muncul Mengandung Batu Bara

SINGKIL, KOMPAS.com — Gosong Wulawan, sebutan yang berarti karang emas untuk "pulau" yang baru tumbuh di perairan Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, diyakini mengandung material berharga berupa batu bara, gas, dan mineral pirit.

Gundukan yang dinamai kubah lumpur itu kemarin tidak lagi menyemburkan lumpur, tetapi gas yang jenisnya belum teridentifikasi. Potensi barang tambang berharga itu diprediksi oleh tim ahli geologi yang menyelam dan mengambil sampel pasir dan batu di gundukan berbentuk kerucut itu, Rabu (21/4/2010).

"Akan tetapi, prediksi itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lama," kata Teuku Mukhlis, ahli geologi dari Banda Aceh, dalam pertemuan dengan Bupati Aceh Singkil Makmursyah Putra di Gedung Olahraga Ketapang Indah, Singkil Utara, Kamis (22/4/2010).

Kesimpulan lain menunjukkan bahwa gundukan berbentuk kerucut yang menyemburkan lumpur atau batuan itu bukanlah daratan dan tidak ditemukan daratan baru di situ. "Yang kami termukan di lokasi hanyalah kubah lumpur yang tidak berbahaya bagi kehidupan manusia di sekitarnya," kata Mukhlis didampingi koleganya sesama geolog, Khairil Basyar.

Teuku Mukhlis dan Khairil sempat kehilangan kontak dengan Serambi Indonesia pada Rabu malam karena mereka ternyata masih berada di atas Kapal Baruna Jaya III (BJ3) dalam perjalanan dari Haloban ke perairan Singkil.

Menurut Mukhlis, observasi di lokasi mencakup pengamatan visual di permukaan, pengambilan sampel air permukaan, pengukuran conductivity temperature depth (CTD), serta pengambilan foto bawah air dan sampel batuan dengan cara menyelam.

Mukhlis mencatat, di situ hanyalah kubah lumpur dari dasar laut pada koordinat 02 derajat 17' 47,1'’ Lintang Utara (LU) dan 097o 13' 08,9'’ Bujur Timur (BT). Ditemukan pula gelembung-gelembung gas (udara) dalam jumlah sedikit dan kondisi air laut di lokasi cenderung lebih keruh.

Tidak ditemukan lagi titik semburan lumpur. Adapun batuan yang dijumpai di kubah lumpur itu, antara lain, mineral lempung, batu bara, dan mineral pirit.

"Untuk emas dan intan kemungkinannya sangat kecil, bahkan cenderung tidak ada," kata Teuku Mukhlis dan Khairil Basyar menjelaskan secara bergantian. Suhu di sekitar kubah lumpur itu 32 derajat celsius pada kedalaman lima sampai enam meter di sekitar kubah.

Dijumpai pula beberapa gundukan lumpur dengan material yang mudah dihancurkan dengan tangan. Salah satu gundukan terbesar yang diukur dengan rollmeter berdiameter dasar 30 meter, tinggi 8 meter, diameter puncak kubah 3 meter yang berada pada kedalaman 5 meter.

Tim observasi menemukan pula, lokasi kubah lumpur yang baru terdeteksi itu berada di daerah pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Kondisi tatanan tektonik di sekitar lokasi menyebabkan labilnya litologi dan banyaknya struktur geologi yang terbentuk.

Gempa terjadi pada 7 April 2010 berkekuatan 7,2 skala Richter menyebabkan terganggunya struktur sesar. Lokasi tersebut secara geologi jauh dari jalur gunung api karena berada pada cekungan muka busur, dan suhunya relatif rendah.

Tak ditemukan ikan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena alam yang terjadi itu adalah kubah lumpur atau mud volcano atau mud dome yang tidak terkait dengan keberadaan sebuah aktivitas vulkanik. "Kesimpulan ini diambil karena tidak ditemukannya air yang sangat panas di sekitar lokasi, dan adanya gelembung gas yang belum teridentifikasi yang kemungkinan gas metan," ulas ahli geologi berdarah Aceh tersebut.

Dia juga menyebutkan bahwa tidak ditemukan ikan di sekitar kubah semburan. Ini dapat diasumsikan bahwa perubahan suhu dan adanya gas telah memengaruhi kondisi normal lingkungan sekitar sehingga ikan menjauhi lokasi tersebut.

Hasil kajian awal, dengan melihat luas wilayah semburan relatif kecil, jarak dengan permukiman masyarakat relatif jauh sekitar 3 mil laut. Selain itu, semburan lumpur sudah sangat kecil dan hanya mengeluarkan gelembung gas yang relatif sedikit.

Pada kondisi ini, fenomena yang muncul di lokasi tersebut tidak membahayakan masyarakat sejauh tidak ada peningkatan aktivitas mud volcano. "Hal ini sudah kami sampaikan kepada seluruh masyarakat dan tokoh masyarakat setempat (Kecamatan Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat) yang naik di Kapal Baruna Jaya setelah observasi lapangan selesai," kata Mukhlis.

Ia mengimbau agar masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada. "Untuk sementara waktu, sebaiknya masyarakat tidak menyelam di sekitar lokasi karena masih ada aktivitas gas," imbuh Mukhlis. (c39)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar