Senin, 20 Juni 2022

Goes To Bali

Senin (20/06/2022) pukul 13.30 berangkat dua bus dari rombongan kimia industri ke pulau Bali

Makan malam di resto Bali2 daerah Besuki, sekitaran pukul 18.30 - 19.30

Menjelang pukul 00.30 telah sampai Ketapang hendak menyeberang ke Gilimanuk. Suasana naik kapal Ferry dengan hembusan angin malam menyebabkan tidak berlama-lama di Palka depan anjungan (takut masuk angin)

Gelombang laut menyebabkan goyangan kapal seakan hendak menutupi garis cakrawala

Anjuran Nakhoda

Pukul 06.00 WITA telah sampai ke resto Kurnia Village, untuk mandi dan sholat Shubuh sekalian makan pagi.



Menu kali ini menyajikan olahan daging sapi, ayam, dan tempe serta sayur lodeh terong.

Tanah Lot :

"Dwijendratatwa" dalam buku "Pura Leluhur Tanah Lot di Segara Kidul" ditulis oleh Drs. Ngurah Oka Supartha

Pada masa Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, ada seorang Pendeta Hindu yang suci bernama "Dang Hyang Dwi Jendra" atau "Dang Hyang Nirartha" dia telah dihargai dan dihormati oleh Raja dan rakyat melalui ajaran spiritualnya Dia terkenal dalam mengajar agama Hindu sebagai "Dharma Yatra". Di Lombok dia dipanggil "Tuan Semeru" atau guru dari Semeru. "Semeru" adalah nama gunung berapi aktif di Jawa Timur.

Ketika dia datang ke Bali pada abad ke-15, Raja Bola pada waktu itu adalah "Dalem Waturenggong". Raja menerima dan menyambutnya dengan sangat baik. Raja juga memberinya kesempatan untuk mengajar dan memperluas ajaran Hindu ke seluruh pulau. Kemudian dia membangun begitu banyak kuil di setiap tempat suci dengan orang-orang lokal.

Dalam perjalanannya dari barat ke timur menyusuri pantai selatan Bali dia membuat pemberhentian pertama di "Rambut Siwi" dan melakukan "Dharma Yatra" dalam meditasi dia telah melihat sinar suci datang dari arah tenggara. Dia mengikuti sinar itu dan akhirnya dia menemukan mata air suci. Di dekat mata air tersebut ia membuat tempat untuk melakukan meditasi. Dia menemukan tempat yang indah dan damai, yang disebut "Gill Beo". Gili artinya batu dan Beo berarti burung. Jadi, rock york itu terlihat seperti sebuah burung. Di sana pendeta bermeditasi dan berbakti kepada Dewa Laut.

Pendeta melanjutkan perjalanannya ke timur dan berhenti lagi di desa Beraban. Desa Beraban dipimpin oleh "Bendesa Sakti Beraban". Penduduk setempat di Beraban menganut tauhid

Dalam waktu singkat Dang Hyang Nirartha dapat mempengaruhi masyarakat setempat orang dan menjadi pengikutnya. Segera orang-orang lokal meninggalkan kepercayaan mereka tentang monoteisme. Tapi "Bendesa Sakti Beraban" (kepala desa) menolaknya plajaran agama hindu. Dia mengatur pengikutnya yang setia dan mengejar pendeta suci Dang Hyang Nirartha.

Legenda masyarakat lokal menyebutkan Dang Hyang Nirartha yang melindungi dirinya dengan memindahkan sebagian batu tempat dia duduk dan menjadi pulau kecil terapung,  tempat pura berada sekarang. Sekarang, pulau kecil itu disebut "Tanah Lot" "Tanah" berarti bumi dan "Lot" berarti laut.

Akhirnya kepala desa Beraban mengakui kesaktian Daing Hyang Nirartha. Kepala desa Beraban mulai mempelajari doktrin pendeta suci dan menjadi pengikut setia.

Sebelum meninggalkan desa Beraban, pendeta suci memberikan kepala desa sebuah "Kris" (senjata tradisional tua). Sampai sekarang "Kris", bernama "Baru Gajah" telah dianggap sebagai senjata suci dan sekarang disimpan di bekas istana Keluarga Kerajaan di Kediri.

Setiap 210 hari tepat pada perayaan festival kuil di Pura Pekendungan, kurang lebih 300 meter ke arah barat laut Pura Tanah Lot. Pada perayaan itu, keris suci Ki Baru Gajah selalu dibawa arak-arakan dari Kediri ke Pura Pekendungan sejauh 11 kilometer.


Sambutan Ketua Jurusan

Jangan merasa kecewa karena tidak ada wisuda, tapi siswa diijinkan mengadakan kegiatan seperti ini (wisata ke Bali)

"Sebongkah batu bila diasah muncul berbagai macam perhiasan : akik, intan dan lainnya. Saat ditaruh di etalase maka banyak orang memilihnya, orang tidak akan mengenal siapa yang memolesnya."

Tari Barong SERAYA BUDAYA

BARONG DAN KRIS DANCE

Tari barong dan keris mengisahkan perseteruan abadi antara sosok barong yang menjadi simbol kebaikan dengan rangda yang menjadi simbol kebatilan. Kedua tokoh ini terlibat pertarungan imbang yang tidak berkesudahan atau satu sama lain tidak dapat saling menjatuhkan. Pertarungan abadi tersebut memiliki filosofi bahwa dalam kehidupan, kebaikan serta keburukan akan selalu hadir berdampingan dan saling menyeimbangkan.

PEMBUKAAN

Tari barong keris dibuka dengan kehadiran sesosok barong keket (mahluk mitologis yang digambarkan berkepala singa dengan bulu lebat) yang hidup bersama seekor kera di tengah hutan belantara. Kemudian datang sekelompok orang yang sedang membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Mereka bertemu dengan kera dan terjadi perkelahian sengit antara ketiga orang tersebut dengan kera yang dibantu oleh barong. Pada akhirnya, sang kera berhasil melukai salah seorang dari sekelompok orang tersebut.

BABAK PERTAMA

Muncul dua penari yang dikisahkan sebagai para pengikut dari rangda, kedua penari ini mencari pengikut dewi kunti yang akan menghadap kepada patihnya.

BABAK KEDUA

Muncul pengikut-pengikut dewi kunti, salah satu pengikut rangda berubah wujud menjadi makhluk menyeramkan yang disebut celuluk. dengan kekuatan mistis dari celuluk terscbut mampu mempengaruhi dan memasukkan kekuatan jahat kepada pengikut dewi kunti, sehingga mereka menjadi pemarah dibawah pengaruh kekuatan rangda.

Akhirnya pengikut tersebut menghadap ke maha patih untuk kemudian bersama-sama menuju dan menghadap ke dewi kunti

BABAK KETIGA

Dewi kunti muncul bersama anaknya, Sahadewa, dewi kunti dahulu pernah berjanji kepada rangda bahwa sahadewa akan dijadikan persembahan. Dewi kunti sesungguhnya tidak tega mengorbankan sahadewa, tetapi muncul celuluk yang memasukkan kekuatan jahat kepada dewi kunti serta patihnya, yang menyebabkan dewi kunti marah dan memerintahkan patihnya untuk menyerahkan sahadewa kepada rangda, Sang patih yang juga dipengaruhi kekuatan jahat dan celuluk mengiringi sahadewa kedalam hutan dan mengikatnya di pohon yang ada dilingkungan istana sang rangda.

BABAK KEEMPAT

Turunlah dewa siwa yang berwujud seorang pendeta memberikan anugrah kehidupan yang abadi kepada sahadewa. Kemudian sang rangda putih muncul untuk membunuh sahadewa, namun sahadewa tidak dapat dibunuh karena kekebalan atau keabadian yang telah dianugerahkan oleh dewa siwa rangda putih pun akhirnya menyerah dan takluk pada sahadewa serta memohon agar dibebaskan dari kutukan sehingga dapat masuk surga. Sahadewa memenuhi permintaan rangda dan menyelamatkannya sehingga rangda pun akhirnya dapat mengalami moksa.

BABAK KELIMA

Seorang pengikut rangda yang bernama kalika berusaha menghadap sahadewa dan juga memohon untuk diselamatkan. Sahadewa menolak permintaan kalika dan terjadilah pertarungan sengit antar keduanya. Untuk mengimbangi sahadewa, kalika menjelma menjadi babi hutan lalu menjadi burung. Meski beberapa kali berubah wujud, kalika selalu kalah oleh sahadewa. Kalika pun kemudian menjelma menjadi sesosok rangda yang tidak dapat dikalahkan oleh sahadewa. Sahadewa pun mengubah wujudnya menjadi barong. Kekuatan barong jelmaan sahadewa dan rangda jelmaan kalika ini memiliki kekuatan yang berimbang, sehingga tidak dapat saling mengalahkan. Para pengikut sahadewa atau barong pun berusaha menyerang rangda, tetapi satu per satu berhasil dikalahkan. Atas kehendak Tuhan, para pengikut barong diberi kekuatan sehingga kebal terhadap serangan. Tari barong keris ditutup dengan atraksi mendebarkan dari para penari yang menunjukkan kekebalan tubuhnya terhadap tusukan.



Air terjun Blangsinga

Bersama air terjun Blangsinga 



Tanah Lot

Air Terjun Blangsinga 

Pantai Pandawa 


Pemandangan Danau Beratan 


Ferry ke Ketapang

Perpisahan 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar