Sabtu, 28 Mei 2022

Wisata Alam Bromo


Tepat pukul 22.30 berangkat satu elf dari pom bensin Bratang dengan 12 penumpang hingga di Tumpang, Malang pukul 01.30 dini hari.

Selanjutnya berganti dengan mobil Jeep menuju ke Seruni, Bromo Tengger yang menempuh perjalanan dua jam

Setelah turun dari Jeep, dalam kondisi yang masih gelap gulita menuju ke pendakian. Namun karena jalannya mulai menanjak maka Ais dan Abil diputuskan sewa kuda, dan mereka menaiki kuda yang berbeda.

Abi sempat ketinggalan laju mendampingi derap langkah kuda karena nafas sudah ngos-ngosan dan jantung mulai berdetak kencang, tapi karena udaranya yang sejuk maka mulut dibuka lebar-lebar disambi bernafas melalui mulut. Sedangkan bunda jauh tertinggal di bawah.

Sesampainya di ujung bawah tangga, Ais dan Abil turun dari kuda dengan biaya sewa perkuda Rp. 50.000,-. Sambil menunggu bunda datang kami memilih duduk di perapian sebuah warkop yang dijaga oleh nenek yang sudah sepuh. 

Setelah bunda datang, Ais dan Abil memesan pop mie, sedangkan Abi segelas teh manis panas. Kondisi Ais pucat dan lemas karena kondisinya kurang enak badan. Sehingga yang melanjutkan pendakian ke Puncak Seruni point hanya Abi dan Abil yang melewati 265 anak tangga.


Di atas puncak telah berkumpul banyak orang menunggu sunrise. Mereka berdiri dengan Hand phone mengarah ke kawah dan gunung Batok, tak ketinggalan Abi dan Abil yang sibuk mencari spot foto.

Sedangkan Bunda dan Ais juga menikmati sunrise di dekat warung nenek tadi, pelan-pelan Ais bisa menggerakkan badannya untuk berdiri mencari view yang menarik.


Begitu juga dengan bunda, yang tampak ceria di pagi itu

Setelah dirasa cukup menikmati sunrise, selanjutnya turun ke bawah menuju Jeep yang akan mengantarkan menuju kawah Bromo.


Di tengah Padang pasir, peserta diarahkan untuk makan pagi terlebih dulu pada warung no. 18 dengan menu prasmanan. Bunda mengambil lauk lodeh telur puyuh, mie, dasar jagung, dan rempelo ati. Sedangkan Abi dengan menu lodeh telur puyuh, rempelo ati, ikan asin kresek, dan sambel Bromo (cabenya khas dari kebun sekitar Tengger) yang memiliki pedas menendang di mulut.

Setelah makan, karena kondisi Ais yang masih lemas. Maka bunda menemani duduk di sekitar warung. Sedangkan Abi dan Abil Berjalan kaki menuju pura yang berada di tengah Padang pasir. 

Balik dari pura, Abil naik kuda pilihanmya sendiri yang berbadan besar dan tegap. Walaupun saat dinaiki sebenarnya kuda sedang makan rumput dari sekitar pura.




Selanjutnya menuju pasir berbisik dan melihat batu singa. Perjalanan ke sana Abi duduk di atas Jeep bersama mas Rangga dan om Feliks. Memberikan rasa sensasi tersendiri.


Di tengah keriangan berfoto, terdengar suara tukang bakso yang menjajakan dagangannya di dekat batu singa. Saat itu pula Abil dan Ais minta dibelikan bakso "Ndo"

Diantara Jeep dan trail, mana yang cocok untuk Abil....🤭

Rezeki urusan Allah, manusia hanya berusaha untuk menjemputnya. Areal wisata yang beragam pekerjaan dari warung penjual makanan, sewa kuda, Jeep, souvernir, hingga jasa toilet yang umumya mendekati keramaian. 

Namun penjual bakso "Ndo" ini sendirian berada di belantara lautan pasir. Tapi dengan keyakinan akan Ihtiarnya ternyata banyak orang yang setelah berfoto lalu menikmati bakso hangat di sela-sela bebatuan pasir berbisik. Siapakah yang menggerakkan hati para turis untuk membeli baksonya ?

Latar belakang "Negeri di atas awan"

Perjalanan dilanjutkan ke bukit Teletubbies, banyak ditemui pemotor yang selip terjatuh saat melewati pasir. Namun menurut sopir Jeep, saat di lautan pasir pemotor harus pakai gas kencang dan arahnya lurus agar tidak terjatuh


"Po"

Coban Pelangi adalah air terjun yang menjadi saksi bahwa Abi pernah ditempa dalam ospek dan kaderisasi awal perkuliahan di tahun 2000.

Saat itu, peralihan mental dari anak STM menuju mahasiswa dikenalkan dengan kerasnya alam. Menyusuri ratusan anak tangga ke air terjun, belum lagi dinginnya malam yang menusuk tulang saat harus ber-kemping selama tiga hari di sini. Solidaritas antar teman harus terbangun walaupun baru saja saling kenal.

Nah sekarang setelah 22 tahun, akhirnya bisa datang dengan isteri dan anak-anak. Sepertinya baru kemarin sore teriakan speak "ITATS Jaya, Bravo Teknik Kimia"

Nostalgia tahun 2000

Selama perjalanan menuruni anak tangga di coban Pelangi, beberapa pesan telah tersampaikan ke Abil, diantaranya :

  1. Dalam kehidupan ini harus berani menghadapi masalah dan tantangan. Bila merasa yakin bisa menyelesaikan masalah tersebut. Lakukanlah segera
  2. Jangan mudah menyerah, karena mencapai cita-cita dan harapan butuh pengorbanan besar
  3. Saat kaki tertusuk duri dalam perjalanan, itu adalah bagian dari proses perjuangan. Maka teruslah ke depan
  4. Saat dari jauh mendengar gemericik air sungai, maka itu tandanya semakin dekat dengan kesuksesan. Perkuat semangat dan tenaga untuk segera sampai ke sana.
  5. Bila istirahat, rendamlah kaki di gejolak dinginnya air. Agar bisa merasakan kesuksesan kecil atas ketercapaian. Dan rayakanlah itu
  6. Saat berhasil menggapai yang dicita-citakan, segera menuju perjalanan lain menjemput kesuksesan. Karena perjalanan hidup akan terus berjalan dan berjalan lagi.
Perihnya tertusuk duri, dan rasa pegal tereliminasi dengan segarnya air sungai


Abil bermain air sungai

Merayakan atas ketercapaian

Masih seperti dulu

Generasi Penerus

Setelah bernostalgia di Coban Pelangi, perjalanan dilanjutkan ke menikmati sensasi Sumber Pitu. Bagi masyarakat Tumpang - Malang menceritakan ada tujuh sumber yang digunakan untuk bahan baku PDAM Malang.

Sumber Pitu

Dengan menaiki ojek menyusuri jalan yang berbentuk tanah liat, lebarnya sekitar 90 cm dengan jarak tempuh 2 km. Kanan-kiri berupa jurang landai dengan vegetasi yang masih rimbun menambah adrenalin saat tracking.

Saat pulang dari sumber Pitu, terjadi insiden kecil yaitu Abil meraung ketakutan dengan tanjakan hampir 50 derajad yang menyebabkan motor hampir berdiri tegak. 

Abil yang dipesan untuk memejamkan mata merasakan kemiringan yang curam dan ketakutan jika motor terbalik, walaupun bagian depan sudah diberi se-gelangsing pasir dan diduduki Ais.

Tak ayal, ditengah perjalanan Abil sempat turun dan memaksa berjalan "hiking" dan Abi temani berjalan. Akan tetapi karena capek, akhirnya Abil memutuskan kembali naik ojek hingga ke tempat parkiran elf

Kejadian yang sarat menguras emosional tersebut dapat diambil hikmahnya, bahwa :

"Berikan kepada anak untuk mencoba pilihannya agar dia merasakan kesulitan-kesulitan yang ditemui, supaya ketika sukses kelak mereka mempunyai pengalaman tersendiri yang bisa diceritakan untuk menginspirasi"

(28-29 Mei 2022, Bromo - Coban Pelangi - Sumber Pitu Tumpang)

Dokumentasi Foto :










Tidak ada komentar:

Posting Komentar