Rabu, 01 April 2020

Teori Kelompok



Manusia merupakan makhluk sosial, yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Mereka saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya, hubungan ini dilakukan untuk menopang kehidupan antar umat manusia. Oleh karena itu, manusia cenderung untuk hidup secara berkelompok-kelompok".

Menurut Mardikanto kelompok adalah himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri :

  1.  memiliki ikatan yang nyata,
  2. memiliki iteraksi dan interrelasi sesama jama'ahnya,
  3. memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas,
  4. memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama, dan
  5. memiliki keinginan dan tujuan bersama.
Sedangkan definisi kelompok menurut Slamet adalah dua atau lebih orang
yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan (tujuan, kebutuhan, minat, jenis)
yang saling berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan
bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang. Menurut Horton dan Hunt
adalah sejumlah orang yang memiliki pola interaksi yang terorganisasi dan terjadi
secara berulang-ulang.
Definisi lain diungkapkan oleh Kartono yakni kelompok adalah kumpulan
dua atau lebih individu yang kehadirannya masing-masing individu memiliki arti
dan nilai bagi individu lainnya satu sama lain. Sedangkan Page dan Mac. Iver
menjelaskan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang

hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk
saling tolong-menolong.
Kelompok merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun butuhan psikologisnya.
Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi, dan
eksistensi dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya naluri manusia untuk selald
hidup dengan orang
lain atau gregariousness sehingga manusia juga
disebut social animal.
Slamet mengemukakan kriteria atau ciri-ciri suatu kelompok",
, yaitu:
1. Terdiri atas individu-individu, tidak harus selalu homogen, tetapi mempunyai
kerjasama, tujuan, kebutuhan, dan minat yang sama.
2. Ada saling ketergantungan antar individu, ada kebutuhan yang dapat diisi atau
dipenuhi atas kehadiran individu yang lain. Contoh: keluarga, diantara
jama'ah keluarga saling tergantung satu sama yang lain. Makin tinggi
ketergantungan, maka makin tinggi kohesifitas (daya rekat). Ciri ini sangat
penting dalam kelompok.
3. Ada partisipasi yang terus menerus antar individu. Partisipasi dirasakan
sebagai suatu kebutuhan, bukan keterpaksaan, dan ini terjadi ketika saling
berpartisipasi dirasakan manfaatnya bagi seluruh jama'ah kelompok. Mandiri,
artinya kelompok mampu mengatur dan mengarahkan diri sendiri, seperti
mengatur pencapaian kebutuhan jama'ah dan menggerakkan jama'ah untuk

mencapai kebutuhan itu, Dalam kegiatan penyuluhan, agar kelompok efektif
maka harus berorientasi kedalam, bukan keluar.
4. Selektif dalam menentukan keanggotaan, tujuan, dan kegiatan.
5. Keragaman yang terbatas, homogenitas yang akan dicapai. Makin homogen
akan makin dinamis dan efektif. Implikasinya dalam kegiatan penyulunan
adalah penyuluh harus pandai menumbuhkan sifat homogenitas kelompok
tersebut. Oleh karena itu tujuan kelompok perlu ditentukan bersama secara
demokratis.
Seperti halnya dengan terbentuknya kelompok jam'iyah sholawat nariyah
di Dusun Badang yang berhubungan dengan, antara lain :
1. Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial. Teori ini dikembangkan oleh
Rousseau, Hobbes, dan Locke. Mereka sama-sama berangkat dari sebuah
pemikiran awal yang menyatakan bahwa terbentuknya sebuah negara
adalah karena adanya kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu
dalam masyarakat untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka
sama-sama mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar
bahwa manusialah sebagai sumber dari kewenangan sebuah negara. Hasil
temuan di lapangan, kronologi awal terbentuknya jam'iyah sholawat
nariyah di Dusun Badang, masyarakat yang tergabung dalam jama'ah
jam'iyah sholawat nariyah menyepakati bahwa adanya kebutuhan sosial
dan spiritual yang menjadi landasan dasarnya. Memang secara tertulis
tidak ada kontrak sosial yang secara eksplisit mencantumkan kontrak
sosial, tetapi secara implisit mereka menyadari bahwa dibentuknya
kegiatan jam'iyah sholawat nariyah ini sebagai wadah untuk saling tolong

menolong jika ada jama'ah masyarakat di lingkungan sekitarnya yang
mempunyai hajat dan membutuhkan bantuan bacaan sholawat nariyah.
Terbentuknya jam'iyah ini mempermudah masyarakat sekitar untuk
mengundang kegiatan sholawat nariyah sewaktu-waktu kapan pun jika
dibutuhkan dalam konteks mendoakan antar sesama. Teori kontrak sos%ial
ini sebagai wahana untuk meningkatkan solidaritas antar jama an
masyarakat di lingkungan jam'iyah sholawat nariyah didirikan.
2. Teori Hasrat Sosial. Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup
terpisah-pisah kemudian hidup dalam pergaulan antar manusia disebabkan
karena pada diri tiap individu terdapat hasrat sosial yang senantiasa
mendorong untuk bergaul dengan sesamanya. Berdasarkan temuan
penelitian, salah satu alasan berdirinya jam'iyah sholawat nariyah.
jam'iyah sholawat nariyah merupakan tempat bagi orang-orang yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, yakni meningkatkan religiusitas dan
solidaritas yang tinggi. Selain untuk meningkatkan solidaritas antar
sesama jama'ah masyarakat di lingkungannya, jam'iyah ini juga berfungsi
sebagai pemenuhan kebutuhan spiritual, yaitu mendapatkan pahala bagi
siapa saja yang membaca sholawat nariyah dan meningkatkan religiusitas
bagi mereka yang tergabung didalam kelompok ini.
3. Teori Tenaga yang Menggabungkan. Pencetus teori ini adalah P.J.
Bowman. Ia berteori bahwa kelompok terbentuk karena manusia
senantiasa hidup bersama dalam suatu pergaulan yang didorong oleh
tenaga-tenaga yang menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke
dalam suatu pergaulan. Teori ini juga tidak jauh berbeda jika melihat

kelompok sholawat nariyah di masyarakat Dusun Badang. Salah satu
dorongan dibentuknya jam'iyah sholawat nariyah adalah adanya dorongan
untuk membentuk organisasi keagamaan sebagai sarana silaturrahim antar
sesesama, tetangga, dan masyarakat di lingkungan Dusun Badang.
Integrasi sosial memang sangat dibutuhkan oleh jama'ah jam'iyah
sholawat nariyah, karena mereke mempunyai beragam aktivitas sosial,
beragam pekerjaan yang tidak selalu bisa ketemu setiap saat antara yang
satu dengan yang lainnya.
4. Teori Kedekatan (Propinguity Theory). Merupakan teori yang sangat
dasar tentang terbentuknya kelompok, yang menjelaskan bahwa kelompok
terbentuk karena adanya afiliasi (perkenalan) di antara orang-orang
tertentu. Temuan lapangan menggambarkan jam'iyah sholawat nariyah,
karena sudah jelas sejak berdirinya jam'iyah sholawat nariyah para
jama'ahnya sudah mengenal antara yang satu dengan yang lainnya,
meskipun tidak semua jama'ah saling mengenalnya. Namun dengan
kegiatan sholawat nariyah ini dilakukan secara rutin dan intens, maka
semakin meningkatkan kedekatan dan solidaritas antar jama'ah jam'iyah
sholawat nariyah.
5. Teori Keseimbangan. Salah satu teori yang agak menyeluruh.
(comprehensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori
keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan
oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik
pada yang lain karena ada kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu
tujuan. Memang betul, berdasarkan hasil penelitian asal muasal berdirinya
jam yah sholewat nariyah di Dusun Badang, masyarakat yang tergabung
dalam kelompok sholewat narivah adalah mereka yang memiliki visi dan
mi yang sama. Pertama, mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
memnjakan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kedua adalah
untuk membamtu jama'ah sholawat nariyah khususnya dan umumnya
masayarakat luas jika membutuhkan bantuan doa sholawat nariyah
sebanyak 4.444 kali, ketika mempunyai hajat tertentu, agar apa yang
dinginkan dan harapkan bisa dikabulkan oleh Allah SWT.
6. Teori Alasan Praktis (Practical Theory). Teori ini menyatakan bahwa
kelompok terbentuk karena kelompok cenderung memberikan kepuasan
atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-orang yang
berkelompok. Kebutuhan-kebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa
alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.
Memang, manusia pada dasarnya hidup dengan dibarengi seabreg
kebutuhan yang diinginkan. Begitu juga dengan penelitian tentang
jam'iyah sholawat nariyah, tidak semua hajat yang dimiliki oleh jama'ah
jam'iyah ini selalu bermuasa agamis saja, melainkan beragam hajat yang
diinginkan. Misalnya aspek ekonomi, dengan membaca sholawat nariyah
sebanyak 4.444 semoga Allah memberikan kemudahan dalam usahanya,
agar perdagangannya meningkat. Status sosial, seseorang minta didoakan
sholawat nariyah sebanyak jumlah tersebut, semoga karir dan
pekerjaannya aman dan stabil, agar jabatan dan statusnya meningkat. Serta
alasan keamanan juga, seseorang yang bertugas dikepolisian meminta
bantuan doa supaya wilayah tugasnya senantiasa aman, tidak banyak

demonstrasi dan kekacauan politik yang mengakibatkan keamanan
wilayah kerjanya terganggu. Begitu juga dengan beragam aspek lainnya,
termasuk aspek politik, sosial, dan lainnya juga menjadi fenomena yang
ada di jam'iyah sholawat nariyah đi Dusun Badang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar