Selasa, 03 Juni 2025

Belajar hal baru

 


Belajar hal baru dalam periode ini adalah pentingnya menjaga kesehatan, setelah mutasi ke stemba awal Januari 2025 beruntun didera penyakit yang bergantian :
  1. Herpes, pada bulan Januari 2025 dimulai munculnya ruam pada sela jemari tangan,  perut,  dan bagian kura-kura telapak kaki. Berobat ke dokter Eko diberi tindakan berupa dikorek bisul ruam dan diberi obat oral antivir.  
  2. Tipes, pada bulan februari 2025 badan tiba-tiba menggigil saat sore hari,  tinja diare yang gejalanya sampai beberapa hari. Setelah tes darah dinyatakan penyakit tipes.  Berobat ke puskesmas dan selama hampir tiga pekan pengobatan barulah demamnya mereda.  Bersamaan juga ayah Siaman juga kena tipes dan harus rawat inap di RS Haji selama lima hari. 
  3. Lambung, bersamaan bulan puasa Ramadhan - Maret 2025 kondisi badan setiap sore menjelang berbuka puasa terasa tidak enak, perut begah,  cemas,  dan terkadang terhuyung kehilangan kesetimbangan, setelah diperiksa ke dokter Eko dinyatakan lambung yang belum tuntas sembuh saat kena tipesnya kemarin. Namun setelah pengobatan selama hampir sebulan dilanjutkan ke puskesmas ternyata kembung dan diare juga belum juga sembuh lalu dirujuk ke RS Eka Chandrarini
  4. Irritable Bowel Syndrome (IBS) itulah kata dokter spesialis penyakit dalam untuk pengobatan edisi April-Mei.  Namun setelah tiga kali kunjungan kembung dan diare masih tetap ada walaupun gejalanya sedikit berkurang. Untuk nyeri punggung dan perut memang berkurang jauh bahkan dikatakan hampir tidak ada. Namun badan menjadi rentan kurang fit.  Kena angin kipas angin sudah meriang dan lemas sedikit terhuyung. 
  5. Tanggal 2 Juni 2025 dilakukan USG abdomen bawah dan atas.  Hasilnya semua organ tampak bagus dan tidak ada yang mencurigakan, namun ada sedikit perlemakan di daerah perut tap masih dalan taraf wajar. 
  6. Dari pengalaman berbagai penyakit yang bergantian silih berganti, banyak yang harus dipelajari diantaranya jenis obat dan fungsinya,  diet makanan,  serta psikis yang menyertai penyakit tersebut yang seakan menjadi lingkaran setan dengan stres,  emosi dan depresi 
Disaat mencoba mencari solusi penyembuhan, hadir Bu. Yuyun yang merupakan dosen saat kuliah S-1 dulu. Ternyata beliau mengalami hal serupa terutama tentang anxiety dan psikis. Sekarang beliau menjadi hipnoterapis dan menularkan ilmu dan pengalamannya :

Tubuh Tetap Mengingat Apa Yang Pikiran Coba Lupakan

Kita sering merasa sudah berubah. Sudah mengganti pola pikir, berpikir lebih positif, bahkan memaafkan masa lalu. Namun tubuh kita seolah tidak ikut bergerak maju untuk sehat. Masih sering sakit kepala, masih ada ketegangan di leher, napas masih pendek, pencernaan pun tak nyaman dan gejala aneh lainnya.  

Inilah kenyataan yang banyak orang lupakan : Tubuh mengingat apa yang coba dilupakan Oleh pikiran.

Emosi Tidak Hilang Hanya Karena Diabaikan
  
Emosi yang belum selesai tidak menghilang begitu saja. Ia akan mencari tempat lain untuk bersembunyi, biasanya di dalam tubuh. Kita bisa melihatnya dalam berbagai bentuk, misalnya :  
  • Rahang yang terkunci saat menahan amarah  
  • Perut yang mual tanpa sebab ketika cemas  
  • Dada yang sesak karena beban yang belum diungkap  
  • Otot yang terus menegang karena luka yang belum diproses  
  • Alergi yang sering terjadi karena sebab tertentu  
Emosi yang ditekan akan menetap. Ia tidak pergi, hanya berganti bentuk.  

Penyembuhan Bukan Hanya Tentang Fisik
  
Banyak orang berfokus pada detoksifikasi fisik, minum air putih, olahraga, pola makan sehat. Namun seringkali lupa bahwa penyembuhan juga melibatkan proses membersihkan emosi.

Penyembuhan sejati adalah saat tubuh dan emosi bergerak seirama, tidak saling menutupi, namun saling mendengarkan.  

Lalu Bagaimana Cara Melepaskan?

Langkah pertama adalah : 
mengakui apa yang sedang dirasakan.
Alih-alih mengalihkan atau menolaknya, izinkan emosi hadir. Biarkan rasa itu muncul tanpa penilaian. Rasakan di mana letaknya di tubuh. Kadang hanya dengan menyadari dan memberi ruang, tubuh mulai melepas ketegangannya.  

Dan tanyakan pada diri sendiri :  
  • Bisakah aku menerima emosi ini?  
  • Bisakah aku mengizinkan emosi ini ada?  
  • Bisakah aku melepaskannya sekarang?  

Tak perlu jawaban sempurna. Hanya perlu kejujuran kecil dari dalam diri.  

Tubuh Selalu Bicara, Apakah Kita Mau Mendengar?

Tubuh tidak pernah berbohong.  
Ketika pikiran berkata : Aku sudah baik-baik saja, tubuh bisa berkata sebaliknya.  

Bagi yang denial dan menganggap itu judgement, skip aja itu, gak ada masalah, sakit dan sehat itu pilihan, karena penyembuhan bukan soal menjadi kuat, namun menjadi Sadar.

Sadar bahwa perasaan emosi tak selesai, dia tetap hidup, dan hanya akan tenang saat diberi tempat untuk dilepas.  

Jika hari ini tubuhmu terasa berat, jangan hanya cari penyebab fisiknya. Mungkin ada emosi yang sedang menunggu untuk dilepaskan, bukan untuk diabaikan apalagi dihakimi. Peluk itu dan bebaskan dengan cinta.  

#keep releasing 😊

SETIAP MASALAH KEHIDUPAN ADA AKARNYA

Jangan hanya meredakan rasa sakit di saat ini. Sebab rasa sakit saat ini, itu hanyalah buah dari biji perasaan negatif yang kamu tanam di masa lalu, biji itu tumbuh dan besar dipikiran bawah sadarmu. 

Kalau kamu hanya membereskan rasa sakit yang muncul di saat ini, bukankah itu hanya buah atau daun dari pohon masalah yang sudah tumbuh, bukankah secara akar dia akan selalu tumbuh dan berbuah ? 

Ayo..., cari akar dari pohon masalah ini, agar tidak capek hanya membersihkan ujungnya terus. 

Pohon pendaman emosi akan selalu bertumbuh dan berbuah, selama akar permasalahannya belum dicabut dari pikiran bawah sadar.

Psikosomatis adalah kondisi di mana masalah psikologis, seperti stres atau kecemasan, memengaruhi atau memperburuk kondisi fisik seseorang. Ini bisa menyebabkan gejala fisik yang nyata, tetapi tidak ditemukan penyebab medis yang jelas. 

Penyebab :
Masalah psikologis :
Stres, kecemasan, depresi, trauma, dan pengalaman buruk dapat memicu gangguan psikosomatis. 

Faktor lingkungan :
Lingkungan yang tidak mendukung atau hubungan interpersonal yang buruk juga dapat berkontribusi pada gangguan psikosomatis. 

Faktor genetik :
Beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap gangguan psikosomatis karena faktor genetik. 

Gejala :
Gejala psikosomatis bervariasi tergantung pada kondisi psikologis yang mendasarinya, dan dapat mencakup : 
  • Gejala pencernaan : Sakit perut, mual, muntah, gangguan buang air besar.
  • Gejala jantung : Jantung berdebar, nyeri dada, sesak napas.
  • Gejala otot : Nyeri otot, kaku otot, pegal linu.
  • Gejala kulit : Eksim, gatal, ruam.
  • Gejala lainnya : Sakit kepala, pusing, fatigue, gangguan tidur. 
Pencegahan dan Pengobatan :
Pencegahan gangguan psikosomatis melibatkan :
  1. Mengelola stres : Latihan relaksasi, yoga, meditasi, atau olahraga teratur. 
  2. Pola makan sehat : Makanan yang menyehatkan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 
  3. Tidur yang cukup : Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. 
  4. Menghindari faktor pemicu : Hindari lingkungan atau situasi yang memicu stres dan kecemasan. 
Pengobatan gangguan psikosomatis mungkin mencakup :

Psikoterapi :
Terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi lain untuk membantu individu mengelola emosi dan pikiran. 

Medikasi :
Obat-obatan, seperti antidepresan, dapat membantu mengurangi gejala kecemasan atau depresi. 

Pengobatan lain :
Akupuntur, hipnoterapi, terapi listrik, atau fisioterapi dapat digunakan untuk membantu mengurangi gejala fisik. 

Perlu diingat : Jika Anda mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan dan khawatir tentang kemungkinan psikosomatis, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli psikologi. 

1 komentar:

  1. https://www.instagram.com/p/DIVsp_ZSkxM/?igsh=NTc4MTIwNjQ2YQ==


    Belajar bahasa inggris

    BalasHapus