Sabtu, 24 Oktober 2020

Dinamika Sosial

Sebuah masyarakat adalah komunitas yang beragam dari berbagai latar belakang. Tak terlepas dengan Tambak Medokan Ayu RT 08 / RW 02.

Berawal menempati rumah baru tahun 2011 saat areal masih banyak tambak yang diisi dengan ikan tawar, warganya-pun masih jejarang jaraknya. Namun struktural kepemimpinan lokal sudah terbentuk. 

Mengadopsi tradisional desa yang guyub rukun dan mengedepankan "cangkruk" setiap malam pada pos ronda menjadikan bentuk dialektika masyarakat urban rasa "Matraman"

Satu persatu lahan kavlingan dan tambak yang mulai terbangun, mengubah perwajahan sosial karena warga yang datang terakhir lebih cenderung "individualis" dengan rutinitas pagi bekerja sore pulang kerja dan langsung istirahat, akhir pekan liburan bersama keluarga.

Gejolak muncul dengan warga yang lebih dulu merintis "perkampungan" karena merasa "pendatang" memiliki tingkat kepedulian yang minim terhadap komunikasi antar warga dan bentuk kegiatan sosial non-formal lainnya.

Arena perdebatan mulai muncul di permukaan saat menentukan sistem keamanan, golongan "tua" lebih cenderung membuat pam swakarsa dengan menjadwal giliran setiap warga dengan alasan bahwa tidak semua warga sanggup untuk membayar iuran sekuriti sekaligus untuk bisa saling mengenal sesama warga.

Namun bagi golongan yang lebih muda dengan tingkat kesibukan kerja paginya membuat jaga malam beban tersendiri, bila tidak datang dikenai denda Rp. 100ribu perkehadiran atau mencari pengganti. Bila ikut jaga malam hingga pukul 04.00 dinihari membuat kantuk yang berat di tempat kerjanya.

Persoalan ini menjadi bibit "disparitas" golongan yang akhirnya mengkristal hingga masuk ke dalam persendian struktural RT dan Ketakmiran Mushola As-Suyudi.

Karena golongan "muda" yang lebih mengedepankan logika dan secara kuantitas semakin banyak jumlahnya menjadikan keberadaannya mulai mendesak golongan "tua". sehingga lambat laun peranannya semakin terabaikan dalam percaturan pengambilan keputusan.

Dengan kesamaan platform dalam ide dan pelaksanaan, masyarakat lebih mempercayai diri ini karena mulai dari ide, fikiran, inisiasi, gerakan serta targetan dapat terukur dengan jelas dan tuntas hingga evaluasinya.

Akhirnya, konotasi-pun tersematkan seakan urusan kampung yang meliputi RT dan Ketakmiran didominasi dan dikendalikan oleh "Onny" dalam menentukan merah hijaunya kampung.

Dalam sebuah diskusi kecil yang muncul dari warkop dan forum cangkrukan. Saking inginnya lepas dalam bayang-bayang "Onny", Ketua RT (pak Huri) pernah mengatakan bahwa dirinyapun akan menolak ide "Onny" bila tidak menyetujuinya.

Begitu pula Ketua Takmir mulai enggan untuk merapatkan kegiatan ketakmiran dan cenderung untuk mendiskusikan non-formal tanpa adanya "Onny" lalu mengumumkan sebagai kegiatan resmi takmir.

Banyak rekan yang menyarankan "Onny" untuk tidak mendominasi urusan kampung. Pernyataan ini memang pernah muncul dari orang-orang yang berseberangan prinsip pengelolaan organisasi dengan "Onny" dan mereka cenderung "gagal" dalam mengelola saat di zamannya memimpin.

Maka, setelah intropeksi dapat diambil kesimpulan bahwa :

Dalam masyarakat dikenal golongan : 
  1. Orang yang tidak aktif, 
  2. Orang yang pasif
  3. Orang yang aktif, yang pertama aktif dalam "omongan" saja, dan yang kedua adalah orang yang aktif dalam fikiran, dana, dan tenaganya
  4. Orang yang mendominasi dan menentukan arah kebijakan.
Tanpa terasa, sembilan tahun keberadaan di kampung baru dan usia yang masih di bawah 40 tahun ternyata masyarakatnya sendiri yang memberikan predikat nomor 4. (pada prinsipnya semua orang bisa berperan lebih di masyarakat dengan memiliki karakter yang kuat, tanpa harus menunggu usia tua). 

Karena merupakan titik tertinggi dalam capaian sosial di masyarakat, maka sudah selayaknya peranan itu mulai dikurangi ataupun didelegasikan kepada rekan yang lainnya untuk sama-sama berproses menuju kematangan di tengah masyarakat.

Dalam sebuah diskusi internal dari rekan yang diharapkan menggantikan peran, telah tersampaikan anasir-anasir :
  1. Bahwa setelah terpilihnya Ketua RT dan Ketua Takmir masa bakti 2019-2022 yang merupakan orang satu jamaah, dan friksi-friksi di masyarakat pasca pemilihan sudah mulai reda, maka konsolidasi pengurus pada semester pertama dirasa sudah cukup baik dan kuat. Sehingga memasuki semester kedua diharapkan sudah mulai ada transisi dalam melepas perlahan-lahan peranan "yang mendominasi"
  2. Bahwa "Onny" telah berpijak satu kaki di RT 08 dan satunya lagi sudah di organisasi eksternal, artinya sebagian sudah fokus dalam mengurusi NU Medokan Ayu dan NU Kecamatan Rungkut. Kedua organisasi NU itu awalnya vakuum, sehingga mendapatkan tugas dari "suara langit" untuk membantu menghidupkan dan "ngurip-nguripi" kembali
  3. Bagi yang di dalam kampung, berkomitmen untuk tidak akan datang lagi pada awal rapat pengurus RT dan takmir. Karena dikhawatirkan ide pikirannya akan membentuk dan mempengaruhi pola keputusan di kedua lembaga tersebut. Tetapi tetap hadir pada rapat warga sebagai wujud partisipatif untuk mendukung kegiatan positifnya
  4. Menjaga jarak dengan dua lembaga tersebut bukan berarti "Klandestin", tetapi rekam jejak digital aktivitas sebelumnya tetap tertulis "abadi" pada web blog. Tergantung kontennya menjadi refrensi pijakan langkah atau memulai dengan ide kreatif yang baru bagi pengurusnya.
  5. Dengan mengurangi peran, maka terbuka bagi orang-orang yang merasa selama ini "kalah" peran dari "Onny" untuk masuk kembali dalam mewarnai kehidupan masyarakat.
  6. Benturan awal bisa terjadi dengan merasa takmir dikendalikan, diatur, atau didikte oleh orang luar jamaah sholat rowatib.
  7. Begitupula RT secara keputusan akan mendapatkan pertentangan dari "oposisi". Sehingga bila "gagap" dalam bersikap maka tidak mustahil RT akan menjadi "bulan-bulanan" warganya sendiri.
  8. Masyarakat akan membanding-bandingkan capaian prestasi dengan era kepengurusan sebelumnya, sehingga itu seharusnya menjadi cambuk lecutan untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik di masyarakat.
  9. Apapun yang diputuskan dari lembaga RT dan Takmir tetap didukung walaupun dengan standart karakter yang berbeda kualitasnya dibanding masa sebelumnya.
  10. Marilah kita sikapi momentum ini dengan bijak dan semangat kedewasaan, bahwa adakalanya kebersamaan tidak selamanya harus bersama langkah. Karena Allah jua yang memberikan amanah  dengan menempatkan kita pada tempat yang diKehendaki-Nya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar