Jumat, 28 Oktober 2022

Argentometri



Dalam kimia analitik argentometri adalah jenis titrasi yang melibatkan ion perak (I). ini digunakan untuk menentukan ion halida (Cl-, Br-, I-) dalam sampel. Larutan sampel dititrasi terhadap larutan perak nitrat dengan konsentrasi yang diketahui. Ion klorida bereaksi dengan ion perak(I) untuk menghasilkan perak klorida yang tidak larut :

Ag+ (aq) + Cl (aq) → AgCl (s) (K = 5.88 × 109)


Metode Volhard

Contoh titrasi belakang, metode Volhard, dinamai Jacob Volhard, melibatkan penambahan kelebihan perak nitrat ke analit; perak klorida disaring, dan sisa perak nitrat dititrasi terhadap amonium tiosianat dengan besi amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk [Fe(OH2)5(SCN)]2+ berwarna merah darah pada titik akhir :

Ag+ (aq) + SCN (aq) → AgSCN (s) (Ksp = 1.16 × 10−12)


Fe(OH)(OH2)2+5 (aq) + SCN (aq)→ [Fe(OH2)5(SCN)]2+ + OH


Metode Mohr

Dalam metode Mohr, dinamai Karl Friedrich Mohr, Kalium kromat adalah indikator, memberikan kromat perak merah setelah semua ion klorida bereaksi :

2Ag+ (aq) + CrO2−4 (aq) → Ag2CrO4 (s) (Ksp = 1.1 × 10−12)

Solusinya harus mendekati netral, karena perak hidroksida terbentuk pada pH tinggi, sedangkan kromat membentuk H2CrO4 pada pH rendah, mengurangi konsentrasi ion kromat, dan menunda pembentukan endapan. Karbonat dan fosfat mengendap dengan perak, dan harus absen untuk mencegah hasil yang tidak akurat.

Metode Mohr dapat diadaptasi untuk menentukan kandungan klorin total sampel dengan menyalakan sampel dengan kalsium, kemudian asam asetat. Kalsium asetat "memperbaiki" klorin bebas, mengendapkan karbonat, dan menetralkan larutan yang dihasilkan. Ferric acetate menghilangkan fosfat. Semua klorida dilarutkan dari residu, dan dititrasi.


Prinsip :

AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO2 dari indikator K₂CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag₂CrO4.

Reaksinya :

Ag + Cl  → AgCl (putih)

Ag + CrO² → Ag₂CrO, (merah bata)


Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH<6), sebagian indikator K₂CrO, akan berbentuk HCrO4-, sehingga larutan AgNO, lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag2CrO4-


Pada pH basa (pH>8), sebagian Ag' akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO, sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.


Contoh Metode Volhard :

PENENTUAN KADAR NaCI DALAM GARAM DAPUR

Tujuan :

Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam dapur

menggunakan Argentometri metode Volhard.


Cara Kerja :

  1. Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah dikeringkan dalam oven selama 1 jam, suhu 110°C) dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
  2. Ambil 25,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume tuangkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.
  3. Tambahkan 1 mL asam nitrat 4 M dan 5 mL larutan Fe(NH4)2SO4 1N.
  4. Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan berlebih tetapi harus diketahui volumenya dengan pasti) ke dalam larutan yang ada dalam erlenmeyer.
  5. Tambahkan 15 mL nitro benzena, kemudian labu erlenmeyer ditutup dan dikocok secara merata sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitro benzena.
  6. Sisa AgNO3 yang bereaksi dengan ion klorida (CI) dititrasi dengan larutan standar NH₂SCN
  7. menggunakan indikator larutan Fe(NH4)SO4 1 N sebanyak 5 mL. Titik akhir titrasi dicapai pada saat pertama kali terbentuk warna merah coklat.
  8. Percobaan dilakukan 3 kali
  9. 8. Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur dengan persamaan :










Metode Fajans


Dalam metode Fajans, dinamai Kazimierz Fajans, biasanya diklorofluorescein digunakan sebagai indikator; titik akhir ditandai dengan suspensi hijau yang berubah merah muda. Sebelum titik akhir titrasi, ion klorida tetap berlebih. Mereka teradsorpsi pada permukaan AgCl, memberikan muatan negatif pada partikel. Melewati titik ekivalen, ion-ion perak(I) berlebih menyerap pada permukaan AgCl, memberikan muatan positif. Pewarna anionik seperti diklorofluorescein tertarik ke partikel, dan mengalami perubahan warna setelah adsorpsi, mewakili titik akhir. Eosin (tetrabromofluorescein) cocok untuk titrasi terhadap anion bromida, iodida, dan tiosianat, memberikan titik akhir yang lebih tajam daripada dichlorofluorescein. Ini tidak cocok untuk titrasi terhadap anion klorida karena ia berikatan dengan AgCl lebih kuat daripada klorida


Prinsip :
Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein).

Selama titrasi berlansung (sebelum TE) ion halida (X) dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer.

Ag+  + X-→ AgX : X- Na+

Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan AgNO, yang ditambahkan Ag akan berada pada permukaan primer yang bermuatan positif menggantikan kedudukan ion halida (X). 

Bila hal ini terjadi maka ion indikator (Ind) yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau oleh permukaan absorpsi).

AgX: Ag+  + Ind
(merah muda)

Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk.


SUMBER : 
  1. WIKIPEDIA
  2. Panduan belajar siswa









Tidak ada komentar:

Posting Komentar