Minggu, 26 Mei 2019

TIMTI dan PMTI Tahun 2002


Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi yang berada di ujung paling barat Negara Kesatuan Republik Indonesia dipilih oleh mahasiswa teknik seluruh nusantara untuk mengadakan perhelatan Temu Ilmiah Mahasiswa Teknik Indonesia, sekaligus Munas Perhimpunan Mahasiswa Teknik Indonesia.

Delegasi dari ITATS yakni Amir Burhanuddin selaku presiden mahasiswa sekaligus ketua presidium nasional PMTI, Eko Rinda Prasetyadi sebagai ketua senat, Onny Fahamsyah sebagai peserta lomba karya tulis ilmiah, Mochammad Iqbal dan Bendot yang mewakili lomba teknologi tepat guna.

Kami bertiga : Onny, Iqbal dan Bendot berangkat mendahului dengan menggunakan kereta api dari Surabaya menuju Jakarta. Transit semalam di rumah saudaranya Iqbal di Parung Tangerang. Untuk menunggu keberangkatan kapal esoknya dari Tanjung Priok.

Saat berada di atas kapal KMP Sinabung, kami bertiga berkenalan dengan Bu Fathiyah. Yang beralamat di Banda Aceh, beliau pulang dari menjenguk saudaranya yang sakit di Jakarta.

Sebuah awalan perkenalan yang menggembirakan untuk mengisi waktu selama perjalanan tentang kondisi Aceh, yang sebelumnya selalu bergolak dengan konflik perlawanan bersenjata untuk menuntut kemerdekaan di bumi Serambi Mekkah

Waktu seakan tak terasa disaat kami bertukar cerita tentang kondisi latar belakang masing-masing, kami seperti saudara.
Tidak ada batas sekat suku dan entitas, karena kami merasa bahwa kita adalah sebangsa.

Saat mata memandang jauh cakrawala di atas deck kapal, yang nampak adalah birunya laut. Sebiru hati saat alam fikiran tertumpu pada sejarah selat Malaka.

Di sinilah Ekspedisi Pamalayu, Raja Kertanegara dari Singosari beserta pasukannya.

Pati unus dengan balatentaranya dari Demak menyerbu Portugis, sehingga digelarinya sebagai Pangeran Sabrang Lor

Dan yang pasti, sebuah hit lagu dari poppy mercury selalu terngiang di telinga :

Kau putra bangsawan di Tanah Malaka
Aku hanya wanita biasa
Mana mungkin cinta kita kan bersatu
Bila ayah ibumu tak restu

Di selat Malaka di ujung Sumatera
Dua hati kita satu dalam cinta
Di selat Malaka di ujung Sumatera
Cinta pun terpisah ku merana

Untuk mas Amir dan mas Eko berangkat naik pesawat karena saat itu harus menyelesaikan urusan kemahasiswaan di kampus

(Sampai berita ini ditulis tahun 2019, mas Amir aktif sebagai Asprov PSSI Jawa Timur, sekaligus bakal calon bupati Tuban. Sedangkan mas Eko Rinda sebagai anggota Komisi Penyiaran Jawa Timur)

Kedatangan Rombongan di Lhokseumawe yang akan melakukan kunjungan di PT. Arun (gas alam)


Rumoh Atjeh, merupakan rumah Teuku Umar dengan Cut Nya' Dhien


Presentasi lomba Karya Tulis Ilmiah di Pendopo Gubenuran, Judul : Desalinasi air laut menjadi air tawar menggunakan rumah kaca
Mendapatkan Juara II

Silaturahim ke rumah bu Fathiyah, yang ternyata dekat dengan kampus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) - Banda Aceh

Bersama Irwansyah- putra bu Fathiyah di depan Masjid Baiturahman, Banda Aceh.
Mengingat kembali di serambi masjid depan, saat Panglima Polim memimpin rakyat Aceh melawan Belanda.

Di sinilah pistol Panglima Polim dinyalakkan sehingga menewaskan Jenderal Kohler, pimpinan Belanda saat itu

Monumen terbunuhnya Jenderal Kohler di areal masjid Baiturrahman, Banda Aceh 

Makam Jenderal Kohler bersama tentara Belanda yang tewas saat Perang Aceh.

Nisan Jenderal Kohler di Kerkhof Peucut, Banda Aceh



Situs-situs yang pernah dikunjungi, namun karena saat itu kamera masih menggunakan film dan habis rollnya, sehingga mengutip dari internet saat ini

Lonceng Cakra-donya

Gunongan di Putro Phang

Titik nol di kota Sabang, ujung barat wilayah Indonesia 

Menikmati kopi Ule Kareng dan Mie Aceh


Pantai Lhoknga 



Insert Foto :

Teuku Umar Johan Pahlawan

Cut Nya' Dhien


Panglima Polim

Jenderal Kohler


Menginap di Asrama Haji Banda Aceh. Pada suatu petang bakda Maghrib di masjidnya menceritakan bahwa bumi Aceh pernah disinggahi oleh Sahabat Rasulullah yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqosh (Wallahu alam bishowab)

Universitas Syiah y
Kuala tempat Arena Munas PMTI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar