Rabu, 30 Januari 2019

DAKWAH ISLAM MASA WALI SONGO


Makna Walisongo

Kata Wali berasal dari bahasa arab, singkatan dari Waliyullah yang berarti orang yang mencintai dan dicintai Allah.

Kata Songo berasal dari bahasa jawa yang berarti "sembilan".

Sehingga dikaitkan dengan sekelompok penyiar agama di Jawa yang hidup dalam kesucian sehingga memiliki kekuatan batin tinggi, berilmu kesaktian luar biasa, memiliki ilmu jaya kawijayan, dan keramat.

Kiranya terjadi proses pengubahan konsep Nawa Dewata (sembilan Dewa) menjadi walisongo.


Dalam Nawa Dewata, alam semesta ini dikuasai dewa-dewa penjaga mata angin digantikan oleh manusia-manusia yang dicintai Tuhan yaitu Auliya' (bentuk jamak dari kata tunggal wali).

Sehingga konsep walisongo sebagai proses pengambilalihan konsep Nawa Dewata yang bersifat hinduistik menjadi konsep sembilan wali yang bersifat sufistik

Dalam kosmologi Islam, Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi dalam kitab Futuhat al-Makkiyah memaparkan tentang kewalian dan tugasnya masing-masing sesuai kewilayahan, yaitu :
  1. Wali Aqthab atau Wali Quthub, yaitu pemimpin atau penguasa para wali di seluruh alam semesta
  2. Wali Aimmah, yaitu pembantu wali aqthab, dan menggantikan kedudukan wali aqthab jika wafat
  3. Wali Autad, yaitu wali yang menjaga empat penjuru mata angin
  4. Wali Abdal, yaitu wali penjaga tujuh musim
  5. Wali Nuqaba, yaitu wali penjaga hukum syariat
  6. Wali Nujaba, yang setiap masa berjumlah delapan orang
  7. Wali Hawariyyun, yaitu wali pembela kebenaran agama, baik pembelaan dalam bentuk argumentasi maupun senjata
  8. Wali Rajabiyyun, yaitu wali yang karomahnya muncul setiap bulan Rajab
  9. Wali Khatam, yaitu wali yang menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan umat Islam


Dalam mandala-mandala Hindu-Budha, tokoh walisongo dianggap representatif mewakili dewa-dewa Hindu-Budha, menjadi tokoh-tokoh yang dikultus-individukan sebagai "manusia-dewa" yang diliputi kekuatan-kekuatan mistis bersifat adiduniawi.

Raden Paku yang menempatkan kedhatonnya di Gunung Wangkai, mandala yang terkait dengan ksetra (lapangan mayat) dianggap sebagai pancaran Dewa Syiwa, terutama penggunaan nama Sunan Giri, Girinatha, Prabu Satmata. Memiliki kewenangan rohani, pelindung spiritual masyarakat, juga mengabsahkan kekuasaan raja-raja muslim seperti Sultan Demak, Pajang dan Mataram

(Bersambung..........)
Gerakan Dakwah Walisongo
Pengaruh Sufisme
Asimilasi Pendidikan
Asimilasi Seni dan Budaya
Pembentukan Masyarakat Muslim Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar