Teknik Total
Plate Count (TPC).
Prinsip dasar dari penentuan jumlah sel dengan teknik TPC adalah
menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup ke dalam media agar, agar mikroba
tersebut berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat dan dihitung
langsung tanpa menggunakan alat bantu mikroskop. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba pada media cair maupun padat adalah
kondisi optimum tumbuhnya.
Selain itu, perhitungan TPC dapat dilakukan jika koloni yang tumbuh berada pada kisaran 30-300 koloni. Penguasaan teknik pengenceran pun
menjadi salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam melakukan penentuan
jumlah sel dengan teknik TPC, karena untuk menumbuhkan koloni dengan rentang
jumlah yang dapat dihitung (kisaran 30-300 koloni/plate) perlu dilakukan
pengenceran.
Bagaimana cara menghitung jumlah mikroba dengan teknik TPC? Pada
Tabel 4.3 disajikan data jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada masing-masing
media padat dari kultur dengan pengenceran tertentu. Tentukan jumlah mikroba yang
terdapat dalam inoculum awal
Berdasarkan data pada Tabel 4.3, maka jumlah koloni yang sesuai untuk perhitungan
dengan TPC adalah plate no. 4, karena memiliki rentang jumlah koloni antara 30-300
koloni per plate. Perhitungan jumlah sel dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
Jumlah Sel = Jumlah koloni dalam plate x faktor pengenceran
Berdasarkan persamaan di atas, maka jumlah mikroba dalam inokulum awal adalah
32 x 10.000=320.000 mikroba/mL
Berdasarkan komposisi medium dapat di bagi tiga bagian, yaitu:
Medium Sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Medium Semi Sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Medium Non Sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
Berdasarkan fungsinya, medium terbagi menjadi empat bagian, yaitu :
Medium Umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme. Contoh : NA (nutrient agar) umum untuk bakteri, PDA (potato dextrose agar) dan toge umum untuk jamur.
Medium Selektif, yaitu medium yang hanya ditunbuhi jenis mikroba tertentu. Contoh : medium SSA untuk bakteri Salmonella dan Shigella.
Medium Diferensial, yaitu medium yang hanya ditumbuhi berbagai jenis mikroba, salah satu jenis memberikan ciri yang khas sehingga dapat segera diketahui berbeda dari yang lain. Contoh : Blood Agar, EMB agar, dll.
Medium Pengaya, yaitu medium yang kaya akan nutrient tertentu sehingga dapat menumbuhkan dan memperbanyak sel dengan cepat. Contoh: medium Tetrathionat Broth, dll.
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Pada pembuatan medium NA ini ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1993). Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoclave pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
Dalam percobaan warna NA sebelum dilarutkan dalam aquades adalah coklat, dan setelah dilarutkan dalam aquades berubah menjadi kekuning-kuningan dan terdapat endapan. Jadi untuk menghilangkan endapan tersebut maka dipanaskan dalam penangas air dengan tabung Erlenmeyer disumbat dengan alat penyumbat. Setelah sterilisasi warna medium menjadi agak coklat
Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi.
Serbuk PDA Berwarna Kuning karena merupakan ekstrak kentang yang pada dasarnya berarna kuning. serbuk dicampur dan dipanaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. setelah disterilisasi dalam autoklaf medium berwarna kecoklatan dan didapat endapan berwarna putih. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6 + 0,2). Setelah didinginkan, medium dapat ditanami bakteri (Schegel, 1993)
Plate Count Agar (PCA)
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan (casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoclave (15 menit pada suhu 121°C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks
Analisis kimia fase padat
https://www.studocu.com/id/document/institut-teknologi-sepuluh-nopember/teknik-analisis-pencemar-lingkungan/laporan-praktikum-tapl-analisis-zat-padat/45456871
UKURAN SAMPLING
PROSES INDUSTRI
Proses Le Blanc
Proses pertama yang memungkinkan produksi natrium karbonat dalam
jumlah yang besar dikenal sebagai proses Le Blanc, yang dikembangkan oleh ahli
kimia Prancis Nicolas LeBlanc (1742-1806).
Dalam proses ini, garam NaCl
bereaksi dengan asam sulfat untuk menghasilkan natrium sulfat dan asam
klorida.
Natrium sulfat dipanaskan dengan adanya batu kapur dan batubara sebagai
sumber karbon, dihasilkan mengandung natrium karbonat, yang kemudian
diekstrak. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NaCl (s) + H2SO4 (l) → NaHSO4 (s) + 2 HCl (g)
Na2SO4 (s) + 4 C → Na2S (s) + 4 CO (g)
Na2S (s) + CaCO3 (s) → Na2CO3 (s) + CaS (s)
Asam klorida umumnya dibuat dari larutan garam NaCl yang dielektrolisa
menghasilkan larutan NaOH, gas Cl2, dan gas H2. Gas Cl2 dan H2 selanjutnya
direaksikan untuk menghasilkan gas HCl. Sintesa gas HCl adalah reaksi eksotermik
yang menghasilkan panas tinggi. Gas HCl yang terbentuk selanjutnya dimasukkan
ke dalam air murni, dan larut sebagai larutan asam klorida. Penambahan gas
nitrogen berfungsi untuk membersihkan gas hidrogen dan klor yang tidak bereaksi
dalam reaktor, sebagai antisipasi reaksi yang tidak terkontrol.
LIMBAH PADAT NON B3
limbah padat B3 ialah rotary
kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber,
aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insenerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan lebih karena alat tersebut dapat
mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan
PROSES MINYAK BUMI
Proses Destilasi
Tahap pertama adalah destilasi. Destilasi adalah proses pemisahan fraksi-fraksi
yang ada di minyak bumi, dimana pemisahan fraksi tersebut berdasarkan pada
perbedaan titik didih. Pada proses ini biasanya dilakukan pada sebuah reaktor yang
kedap terhadap udara. Awalnya minyak mentah dialirkan ke dalam tabung tersebut
dan kemudian dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370 derajat Celcius.
Selanjutnya hasil dari fraks-fraksi tersebut nantinya dipisahkan, dimana fraksi yang
memiliki titik didih terendah menempati bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang
memiliki titik didih tinggi menempati bagian dasar tabung.
Proses Cracking
Cracking adalah proses pengolahan minyak bumi yang bertujuan untuk
menguraikan molekul-molekul besar senyawa hidrokarbon menjadi molekul
hidrokarbon yang lebih kecil. Proses crakcing ini sering disebut sebagai proses
refinery.
Proses Reforming/isomerasi
Setelah melalui proses cracking maka selanjutnya adalah proses reforming. Proses
reforming adalah proses merubah struktur molekul fraksi (isomerasi) yang mutunya
buruk menjadi molekul fraksi yang mutunya lebih baik. Pada proses reforming ini
dilakukan dengan menggunakan katalis atau proses pemanasan
Proses Alkilasi dan Polimerasi
Proses alkilasi adalah proses penambahan jumlah atom pada suatu fraksi sehingga
molekul sebuah fraksi tersebut menjadi lebih panjang dan bercabang. Pada proses
alkilasi ini menggunakan bahan tambahan katalis asam yang kuat seperti H2SO4,
HCL atau AlCl3 (asam Lewis). Sedangkan proses polimerasi adalah penggabungan
antara molekul-molekul kecil menjadi molekul yang lebih besar dalam sebuah
fraksi sehingga mutu dari produk akhir menjadi meningkat
Proses Treating
Treating adalah proses pemurnian fraksi minyak bumi melalui tahap eliminasi
bahan-bahan pengotor yang ada dalam proses pengolahan. Bahan-bahan yang
dihilangkan dalam proses treating ini adalah bau yang dihilangkan melalui proses
copper sweetening and doctor treating, parafin yang dihilangkan melalui proses
solvent dewaxing, lumpur dan warna yang dihilangkan melalui proses acid
treatment, aspal yang dihilangkan melalui proses deasphalting dan terakhir
belerang melalui proses desulfurizing. Inti dari proses ini adalah mengeliminasi
bahan-bahan yang menurunkan kualitas hasil proses pengolahan minyak mentah.
Proses Blending
Blending adalah proses terakhir yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
produk siap pakai dengan menambahkan bahan-bahan aditif ke dalam fraksi
minyak bumi.