“Istafti Qalbak...., mintalah fatwa pada hatimu....!!!,
Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu gelisah.
Hati menurut filosofi Jawa disimbulkan oleh Gunungan/ Kayon/ Kelir di dalam pagelaran wayang purwa, didalamnya terdapat gambar empat jenis binatang yang menggambarkan empat jenis nafsu manusia, keempat jenis binatang tersebut adalah :
Macan (Harimau) : Menggambarkan nafsu amarah
"Remenipun paben fitenah"
(menyukai kepada adu domba, fitnah, dan sejenisnya).
Banteng : Menggambarkan nafsu Sufiyah
"Remenipun milik sanes kewajibanipun"
(menyukai iri dengki, hasud, tidak suka bila orang lain dapat kenikmatan/ kebahagiaan), cenderung suka keindahan.
Kethek (Monyet) : Menggambarkan nafsu Lawwaamah
"Remenipun mangontho-ontho kereng donyo artho"
(menyukai dunia dan harta benda).
Burung Merak : Menggambarkan nafsu Mutmainnah
"Remenipun nderek gugon tuhon, bimbing pangiwo, mundi-mundi sajen-sajen, kuthuk-kuthuk ahli peteng karang sihir, kadiddayan, kanuragan"
(patuh tanpa ditelaah terlebih dahulu, menyembah tetapi salah arah ), sebenarnya nafsu ini cenderung baik tetapi bila berlebihan juga tetap tidak baik.
Contohnya : memberi uang/ sodaqoh kepada orang yang kekurangan itu baik, tetapi ketika semua uangnya diberikan kepada orang yang kekurangan itu mengakibatkan hidupnya menjadi susah/ rusak, hal itu akan itu menjadi tidak baik.
Sebagai gambaran orang yang menaiki kereta kuda, keempat nafsu tersebut merupakan kuda penggerak agar kereta dapat berjalan, maka "Sang Kusir " harus mampu mengendalikan, mengarahkan kudanya agar dapat mengantarkan Sang Kusir dan penumpangnya sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu Allah Swt.
(Ilaahy anta maksudy waridloka mathlubi), jangan sampai malah Sang Kusir yang mengikuti atau malah dikuasai oleh sang kuda.
Semoga Allah Swt. mentakdirkan kita dan seluruh keluarga kita menjadi orang-orang yang pandai mengendalikan hawa nafsu kita untuk mendapatkan Ridho-Nya.
Aamiin....!!!
Semoga bermanfa'at buat Sahabat.