1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Intan Wulandari/29 1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
Jawaban kelompok 9: Industri Polimer 1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
INDUSTRI KARET 1. Produk utama industri karet: ban kendaraan, sarung tangan, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang rumah tangga (gelang karet, pelindung kabel). 2. Karet alam: polimer elastis dari lateks pohon Hevea brasiliensis. Karet sintetis: hasil olahan petrokimia (stirena, butadiena, isoprena) melalui proses kimia untuk meniru/meningkatkan sifat karet alam. 3. Perbedaan bahan baku: karet alam dari getah pohon karet (sumber hayati), sedangkan karet sintetis dari petrokimia lewat polimerisasi industri. 4. Peran industri karet: sumber pendapatan, membuka lapangan kerja, mendorong ekonomi lokal, meningkatkan devisa, dan menunjang pembangunan infrastruktur. 5. Kebijakan efektif: hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, serta standar keberlanjutan agar nilai tambah meningkat. 6. Dampak: menekan harga karet alam, namun mendorong inovasi produk ramah lingkungan. 7. Pencegahan degradasi: untuk menghindari reaksi dengan oksigen yang membuat karet rapuh dan retak. 8. Tantangan: fluktuasi harga dunia, persaingan karet sintetis, produktivitas perkebunan rakyat rendah, tuntutan produk ramah lingkungan, serta dampak perubahan iklim. 9. Pengelolaan limbah: IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat, serta daur ulang ban (retreading, pyrolysis, aspal karet). 10. Vulkanisasi: pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan ketahanan terhadap panas/kimia. 11. Dampak lingkungan: Perkebunan → deforestasi & hilangnya biodiversitas. Industri → limbah cair, padat, dan gas yang perlu diolah. 12. Limbah industri karet: gumpalan sisa penyaringan, air cucian lateks, serta gas H₂S dan NH₃ dari proses koagulasi.
1. jelaskan upaya dekarbonisasi 2. mengapa stainless steel tahan karat unsur apa yg berperan di dalamnya 3. sebutkan contoh penggunaaan hasil industri besi dan baja 4. apa dampak jika suatu negara tidak memiliki industri besi dan baja yang kuat 5. apa perbedaan besi dan baja, mengapa baja lebih banyak digunakan dlm industri 6. apa saja tantangan utama yg dihadapi industri besi dan baja di Indonesia 7. bagaimana kualitas biji besi dan batu bara memengaruhi efisiensi produksi dan kualitas baja yg dihasilkan 8. bagaimana industri besi dan baja mendukung pembangunan infrastruktur nasional 9. apa dampak lingkungan yg di timbulkan oleh industri besi dan baja 10. mengapa industri besi dan baja penting bagi Indonesia 11. apa yg dimaksud dg proses peleburan dsn proses pengerolan industri besi dan baja 12. mengapa Indonesia masih banyak mengimpor baja meskipun memiliki sumber daya bijih besi
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
INDUSTRI KARET KEL. 12 1. Jenis produk utama industri karet: • Ban kendaraan (mobil, motor, pesawat, sepeda) • Sarung tangan karet (medis dan industri) • Barang teknik karet (seal, gasket, sabuk konveyor, selang) • Peralatan kesehatan (kateter, perban elastis) • Produk rumah tangga (alas kaki, tikar, balon) • Komponen otomotif (mounting, bushing, shock absorber)
⸻
2. Karet alam dan karet sintetis: • Karet alam: Polimer alami yang diperoleh dari lateks pohon karet (Hevea brasiliensis), bahan utamanya adalah poliisoprena. • Karet sintetis: Karet buatan yang diproduksi secara kimia dari monomer berbasis petrokimia, misalnya butadiena, stirena, atau isoprena.
⸻
3. Perbedaan bahan baku: • Karet alam: Berasal dari getah (lateks) pohon karet. • Karet sintetis: Berasal dari bahan bakar fosil/petrokimia (produk olahan minyak bumi atau gas alam).
⸻
4. Dampak industri karet terhadap perekonomian daerah penghasil: • Membuka lapangan kerja di sektor perkebunan, pengolahan, hingga distribusi. • Menjadi sumber devisa ekspor. • Meningkatkan pendapatan petani karet dan UMKM berbasis karet. • Mendorong pembangunan infrastruktur di daerah perkebunan.
⸻
5. Kebijakan pemerintah yang efektif: • Subsidi atau insentif untuk petani karet. • Peningkatan riset dan inovasi produk karet hilir. • Diversifikasi pasar ekspor agar tidak tergantung satu negara. • Penetapan harga acuan dan sistem lelang yang transparan. • Investasi pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.
⸻
6. Dampak karet sintetis terhadap karet alam: • Mengurangi permintaan karet alam karena harga karet sintetis lebih stabil. • Menjadi pesaing utama di pasar global. • Namun, karet alam tetap unggul pada produk tertentu (misal ban pesawat) karena sifat elastisitas dan ketahanan sobeknya lebih baik.
⸻
7. Alasan karet membutuhkan antioksidan: • Untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi dan paparan sinar UV. • Agar karet tidak cepat getas, retak, dan kehilangan elastisitas.
⸻
8. Tantangan industri karet di era modern: • Fluktuasi harga pasar dunia. • Persaingan dengan karet sintetis. • Perubahan iklim yang memengaruhi produksi. • Kurangnya hilirisasi di negara produsen. • Tekanan isu lingkungan dan deforestasi. • Kurangnya teknologi pengolahan modern di perkebunan kecil.
⸻
9. Langkah dekarbonisasi industri baja: • Menggunakan teknologi Direct Reduced Iron (DRI) dengan hidrogen. • Menggunakan energi terbarukan di proses produksi. • Meningkatkan daur ulang baja (scrap steel recycling). • Menerapkan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). • Efisiensi energi dan digitalisasi pabrik.
⸻
10. Vulkanisasi karet: • Proses pemanasan karet dengan belerang atau bahan kimia lainnya untuk membentuk ikatan silang antar rantai polimer. • Hasilnya: karet menjadi lebih elastis, tahan panas, dan tidak lengket.
⸻
11. Dampak lingkungan industri karet: • Perkebunan: Risiko deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, penggunaan pestisida. • Proses industri: Limbah cair berbau (amonia, protein, asam lemak), polusi udara dari pembakaran, dan limbah padat.
⸻
12. Contoh limbah industri karet: • Limbah cair lateks, koagulan, dan air pencucian. • Limbah padat (scrap karet, lump karet, lumpur koagulasi). • Limbah gas (bau menyengat dari amonia, H₂S, dan VOC).
Intan Wulandari/29 INDUSTRI KARET 1. Produk utama industri karet: ban kendaraan, sarung tangan, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang rumah tangga (gelang karet, pelindung kabel). 2. Karet alam: polimer elastis dari lateks pohon Hevea brasiliensis. Karet sintetis: hasil olahan petrokimia (stirena, butadiena, isoprena) melalui proses kimia untuk meniru/meningkatkan sifat karet alam. 3. Perbedaan bahan baku: karet alam dari getah pohon karet (sumber hayati), sedangkan karet sintetis dari petrokimia lewat polimerisasi industri. 4. Peran industri karet: sumber pendapatan, membuka lapangan kerja, mendorong ekonomi lokal, meningkatkan devisa, dan menunjang pembangunan infrastruktur. 5. Kebijakan efektif: hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, serta standar keberlanjutan agar nilai tambah meningkat. 6. Dampak: menekan harga karet alam, namun mendorong inovasi produk ramah lingkungan. 7. Pencegahan degradasi: untuk menghindari reaksi dengan oksigen yang membuat karet rapuh dan retak. 8. Tantangan: fluktuasi harga dunia, persaingan karet sintetis, produktivitas perkebunan rakyat rendah, tuntutan produk ramah lingkungan, serta dampak perubahan iklim. 9. Pengelolaan limbah: IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat, serta daur ulang ban (retreading, pyrolysis, aspal karet). 10. Vulkanisasi: pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan ketahanan terhadap panas/kimia. 11. Dampak lingkungan: Perkebunan → deforestasi & hilangnya biodiversitas. Industri → limbah cair, padat, dan gas yang perlu diolah. 12. Limbah industri karet: gumpalan sisa penyaringan, air cucian lateks, serta gas H₂S dan NH₃ dari proses koagulasi.
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
INDUSTRI BAJA (kelompok 13) 1. Dekarbonisasi industri baja: Energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, CCUS, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja. 2. Stainless steel tahan karat: Karena mengandung kromium (Cr) yang membentuk lapisan pelindung tipis. 3. Bidang penggunaan baja: Konstruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, manufaktur. 4. Dampak ketergantungan impor baja: Rentan harga global, pasokan terganggu, daya saing industri menurun. 5. Perbedaan besi dan baja: Besi murni; baja campuran besi, karbon, dan elemen lain, lebih kuat, fleksibel, dan tahan karat. 6. Tantangan utama: Keterbatasan teknologi dan efisiensi produksi. 7. Pengaruh bahan baku: Bijih besi dan batubara berkualitas tinggi meningkatkan mutu baja dan efisiensi proses. 8. Peran baja: Penyedia bahan utama infrastruktur dan industri. 9. Dampak lingkungan: Polusi udara (CO₂, SO₂, debu), pencemaran air, degradasi lahan, dan limbah padat (terak, debu). 10. Pentingnya industri baja: Menyediakan bahan dasar berbagai sektor industri. 11. Proses utama: • Peleburan: Melebur bijih besi/logam jadi cair. • Pengerolan: Membentuk logam padat lewat rol baja. 12. Alasan impor tinggi: Produksi nasional kurang, persaingan harga impor murah (dumping), kapasitas dan proteksi pasar rendah.
1. Penurunan emisi: energi terbarukan, EAF, hidrogen hijau, CCUS, efisiensi energi, daur ulang skrap. 2. Stainless steel tahan karat karena kromium (Cr) membentuk lapisan pelindung tipis. 3. Pemanfaatan: konstruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, manufaktur. 4. Ketergantungan impor bahan baku → rentan harga global, pasokan terlambat, daya saing turun. 5. Besi = unsur murni; baja = campuran Fe + C + elemen lain (Mn, Cr). Baja lebih kuat, tahan karat, fleksibel → dominan di konstruksi, otomotif, manufaktur. 6. Tantangan: teknologi & efisiensi produksi masih tertinggal dari negara maju. 7. Biji besi berkualitas → baja lebih kuat, minim cacat; batubara berkualitas → reaksi kimia & suhu tinggi lebih efektif. 8. Peran: pasokan baja (tulangan, struktural, plat) penting untuk infrastruktur (jembatan, gedung, tol, rel). 9. Dampak lingkungan: polusi udara (CO₂, SO₂, debu), pencemaran air (logam berat, minyak), degradasi lahan tambang, limbah padat (terak, debu). 10. Penting karena jadi bahan dasar banyak sektor industri. 11. Proses utama: Peleburan: bijih besi/scrap dilebur jadi logam cair. Pengerolan: logam padat (ingot, slab, billet) dibentuk dengan rol baja. 12. Kendala: produksi domestik kurang, impor murah (dumping Tiongkok), daya saing rendah, kapasitas belum optimal, regulasi lemah.
Jawaban kelompok 12: industri karet 1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk 2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis. (2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis. (3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi. 3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru. 4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu: • Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati). • Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling). • Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah. 5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu. Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator. Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi. -> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET). 6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut). Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur). Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu. Alternatif elastane berbasis karet alami. Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer. AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena: - Murah & mudah diproduksi massal. - Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak). - Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll) - Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar. Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi. 10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah: - Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS). Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan). - Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA). Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Jawaban kelompok 13: industri baja 1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
jawaban kel 12: industri karet 1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama - Meningkatkan lapangan kerja - Mendorong Kegiatan ekonomi lokal - Meningkatkan devisa negara - Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati. industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
jawabam kelompok 13 1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja 2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya. 3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur 4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional 5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur 6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju 7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan 8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis 9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu 10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya 11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
BalasHapus2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Beauty Salzabila Jannah/ 12 TKI-1/ 12
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Kintan Radiyah Titania/ 12 TKI-1/ 33
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Intan Wulandari/29
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
BalasHapus2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
nama:alfattah firaldy kusuma
Hapuskelas:XII TKI 1 /02
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Cek
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
BalasHapus2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi
JAWABAN KELOMPOK 12
BalasHapus1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
Hapus2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
JAWABAN KEL 12
BalasHapus1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
JAWABAN PERTANYAAN KEL 9
BalasHapusBeauty Salzabila Jannah/ 12 TKI-1 / 12
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
BalasHapus2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
jawaban kelompok 13
BalasHapus1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
Jawaban kelompok 9: Industri Polimer
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
INDUSTRI KARET
BalasHapus1. Produk utama industri karet: ban kendaraan, sarung tangan, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang rumah tangga (gelang karet, pelindung kabel).
2. Karet alam: polimer elastis dari lateks pohon Hevea brasiliensis.
Karet sintetis: hasil olahan petrokimia (stirena, butadiena, isoprena) melalui proses kimia untuk meniru/meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan bahan baku: karet alam dari getah pohon karet (sumber hayati), sedangkan karet sintetis dari petrokimia lewat polimerisasi industri.
4. Peran industri karet: sumber pendapatan, membuka lapangan kerja, mendorong ekonomi lokal, meningkatkan devisa, dan menunjang pembangunan infrastruktur.
5. Kebijakan efektif: hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, serta standar keberlanjutan agar nilai tambah meningkat.
6. Dampak: menekan harga karet alam, namun mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Pencegahan degradasi: untuk menghindari reaksi dengan oksigen yang membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan: fluktuasi harga dunia, persaingan karet sintetis, produktivitas perkebunan rakyat rendah, tuntutan produk ramah lingkungan, serta dampak perubahan iklim.
9. Pengelolaan limbah: IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat, serta daur ulang ban (retreading, pyrolysis, aspal karet).
10. Vulkanisasi: pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan ketahanan terhadap panas/kimia.
11. Dampak lingkungan:
Perkebunan → deforestasi & hilangnya biodiversitas.
Industri → limbah cair, padat, dan gas yang perlu diolah.
12. Limbah industri karet: gumpalan sisa penyaringan, air cucian lateks, serta gas H₂S dan NH₃ dari proses koagulasi.
1. jelaskan upaya dekarbonisasi
BalasHapus2. mengapa stainless steel tahan karat unsur apa yg berperan di dalamnya
3. sebutkan contoh penggunaaan hasil industri besi dan baja
4. apa dampak jika suatu negara tidak memiliki industri besi dan baja yang kuat
5. apa perbedaan besi dan baja, mengapa baja lebih banyak digunakan dlm industri
6. apa saja tantangan utama yg dihadapi industri besi dan baja di Indonesia
7. bagaimana kualitas biji besi dan batu bara memengaruhi efisiensi produksi dan kualitas baja yg dihasilkan
8. bagaimana industri besi dan baja mendukung pembangunan infrastruktur nasional
9. apa dampak lingkungan yg di timbulkan oleh industri besi dan baja
10. mengapa industri besi dan baja penting bagi Indonesia
11. apa yg dimaksud dg proses peleburan dsn proses pengerolan industri besi dan baja
12. mengapa Indonesia masih banyak mengimpor baja meskipun memiliki sumber daya bijih besi
JAWABAN PERTANYAAN KEL 12
BalasHapusBeauty Salzabila Jannah/ 12 TKI-1/ 12
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
BalasHapus2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
INDUSTRI KARET KEL. 12
BalasHapus1. Jenis produk utama industri karet:
• Ban kendaraan (mobil, motor, pesawat, sepeda)
• Sarung tangan karet (medis dan industri)
• Barang teknik karet (seal, gasket, sabuk konveyor, selang)
• Peralatan kesehatan (kateter, perban elastis)
• Produk rumah tangga (alas kaki, tikar, balon)
• Komponen otomotif (mounting, bushing, shock absorber)
⸻
2. Karet alam dan karet sintetis:
• Karet alam: Polimer alami yang diperoleh dari lateks pohon karet (Hevea brasiliensis), bahan utamanya adalah poliisoprena.
• Karet sintetis: Karet buatan yang diproduksi secara kimia dari monomer berbasis petrokimia, misalnya butadiena, stirena, atau isoprena.
⸻
3. Perbedaan bahan baku:
• Karet alam: Berasal dari getah (lateks) pohon karet.
• Karet sintetis: Berasal dari bahan bakar fosil/petrokimia (produk olahan minyak bumi atau gas alam).
⸻
4. Dampak industri karet terhadap perekonomian daerah penghasil:
• Membuka lapangan kerja di sektor perkebunan, pengolahan, hingga distribusi.
• Menjadi sumber devisa ekspor.
• Meningkatkan pendapatan petani karet dan UMKM berbasis karet.
• Mendorong pembangunan infrastruktur di daerah perkebunan.
⸻
5. Kebijakan pemerintah yang efektif:
• Subsidi atau insentif untuk petani karet.
• Peningkatan riset dan inovasi produk karet hilir.
• Diversifikasi pasar ekspor agar tidak tergantung satu negara.
• Penetapan harga acuan dan sistem lelang yang transparan.
• Investasi pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.
⸻
6. Dampak karet sintetis terhadap karet alam:
• Mengurangi permintaan karet alam karena harga karet sintetis lebih stabil.
• Menjadi pesaing utama di pasar global.
• Namun, karet alam tetap unggul pada produk tertentu (misal ban pesawat) karena sifat elastisitas dan ketahanan sobeknya lebih baik.
⸻
7. Alasan karet membutuhkan antioksidan:
• Untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi dan paparan sinar UV.
• Agar karet tidak cepat getas, retak, dan kehilangan elastisitas.
⸻
8. Tantangan industri karet di era modern:
• Fluktuasi harga pasar dunia.
• Persaingan dengan karet sintetis.
• Perubahan iklim yang memengaruhi produksi.
• Kurangnya hilirisasi di negara produsen.
• Tekanan isu lingkungan dan deforestasi.
• Kurangnya teknologi pengolahan modern di perkebunan kecil.
⸻
9. Langkah dekarbonisasi industri baja:
• Menggunakan teknologi Direct Reduced Iron (DRI) dengan hidrogen.
• Menggunakan energi terbarukan di proses produksi.
• Meningkatkan daur ulang baja (scrap steel recycling).
• Menerapkan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).
• Efisiensi energi dan digitalisasi pabrik.
⸻
10. Vulkanisasi karet:
• Proses pemanasan karet dengan belerang atau bahan kimia lainnya untuk membentuk ikatan silang antar rantai polimer.
• Hasilnya: karet menjadi lebih elastis, tahan panas, dan tidak lengket.
⸻
11. Dampak lingkungan industri karet:
• Perkebunan: Risiko deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, penggunaan pestisida.
• Proses industri: Limbah cair berbau (amonia, protein, asam lemak), polusi udara dari pembakaran, dan limbah padat.
⸻
12. Contoh limbah industri karet:
• Limbah cair lateks, koagulan, dan air pencucian.
• Limbah padat (scrap karet, lump karet, lumpur koagulasi).
• Limbah gas (bau menyengat dari amonia, H₂S, dan VOC).
Intan Wulandari/29
BalasHapusINDUSTRI KARET
1. Produk utama industri karet: ban kendaraan, sarung tangan, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang rumah tangga (gelang karet, pelindung kabel).
2. Karet alam: polimer elastis dari lateks pohon Hevea brasiliensis.
Karet sintetis: hasil olahan petrokimia (stirena, butadiena, isoprena) melalui proses kimia untuk meniru/meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan bahan baku: karet alam dari getah pohon karet (sumber hayati), sedangkan karet sintetis dari petrokimia lewat polimerisasi industri.
4. Peran industri karet: sumber pendapatan, membuka lapangan kerja, mendorong ekonomi lokal, meningkatkan devisa, dan menunjang pembangunan infrastruktur.
5. Kebijakan efektif: hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, serta standar keberlanjutan agar nilai tambah meningkat.
6. Dampak: menekan harga karet alam, namun mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Pencegahan degradasi: untuk menghindari reaksi dengan oksigen yang membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan: fluktuasi harga dunia, persaingan karet sintetis, produktivitas perkebunan rakyat rendah, tuntutan produk ramah lingkungan, serta dampak perubahan iklim.
9. Pengelolaan limbah: IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat, serta daur ulang ban (retreading, pyrolysis, aspal karet).
10. Vulkanisasi: pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan ketahanan terhadap panas/kimia.
11. Dampak lingkungan:
Perkebunan → deforestasi & hilangnya biodiversitas.
Industri → limbah cair, padat, dan gas yang perlu diolah.
12. Limbah industri karet: gumpalan sisa penyaringan, air cucian lateks, serta gas H₂S dan NH₃ dari proses koagulasi.
JAWABAN PERTANYAAN KEL 13
BalasHapusBeauty Salzabila Jannah/ 12 TKI-1/ 12
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
BalasHapus2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
INDUSTRI BAJA (kelompok 13)
BalasHapus1. Dekarbonisasi industri baja: Energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, CCUS, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja.
2. Stainless steel tahan karat: Karena mengandung kromium (Cr) yang membentuk lapisan pelindung tipis.
3. Bidang penggunaan baja: Konstruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, manufaktur.
4. Dampak ketergantungan impor baja: Rentan harga global, pasokan terganggu, daya saing industri menurun.
5. Perbedaan besi dan baja: Besi murni; baja campuran besi, karbon, dan elemen lain, lebih kuat, fleksibel, dan tahan karat.
6. Tantangan utama: Keterbatasan teknologi dan efisiensi produksi.
7. Pengaruh bahan baku: Bijih besi dan batubara berkualitas tinggi meningkatkan mutu baja dan efisiensi proses.
8. Peran baja: Penyedia bahan utama infrastruktur dan industri.
9. Dampak lingkungan: Polusi udara (CO₂, SO₂, debu), pencemaran air, degradasi lahan, dan limbah padat (terak, debu).
10. Pentingnya industri baja: Menyediakan bahan dasar berbagai sektor industri.
11. Proses utama:
• Peleburan: Melebur bijih besi/logam jadi cair.
• Pengerolan: Membentuk logam padat lewat rol baja.
12. Alasan impor tinggi: Produksi nasional kurang, persaingan harga impor murah (dumping), kapasitas dan proteksi pasar rendah.
INDUSTRI BESI DAN BAJA
BalasHapus1. Penurunan emisi: energi terbarukan, EAF, hidrogen hijau, CCUS, efisiensi energi, daur ulang skrap.
2. Stainless steel tahan karat karena kromium (Cr) membentuk lapisan pelindung tipis.
3. Pemanfaatan: konstruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, manufaktur.
4. Ketergantungan impor bahan baku → rentan harga global, pasokan terlambat, daya saing turun.
5. Besi = unsur murni; baja = campuran Fe + C + elemen lain (Mn, Cr). Baja lebih kuat, tahan karat, fleksibel → dominan di konstruksi, otomotif, manufaktur.
6. Tantangan: teknologi & efisiensi produksi masih tertinggal dari negara maju.
7. Biji besi berkualitas → baja lebih kuat, minim cacat; batubara berkualitas → reaksi kimia & suhu tinggi lebih efektif.
8. Peran: pasokan baja (tulangan, struktural, plat) penting untuk infrastruktur (jembatan, gedung, tol, rel).
9. Dampak lingkungan: polusi udara (CO₂, SO₂, debu), pencemaran air (logam berat, minyak), degradasi lahan tambang, limbah padat (terak, debu).
10. Penting karena jadi bahan dasar banyak sektor industri.
11. Proses utama:
Peleburan: bijih besi/scrap dilebur jadi logam cair.
Pengerolan: logam padat (ingot, slab, billet) dibentuk dengan rol baja.
12. Kendala: produksi domestik kurang, impor murah (dumping Tiongkok), daya saing rendah, kapasitas belum optimal, regulasi lemah.
Jawaban kelompok 12: industri karet
BalasHapus1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
jawaban kelompok 9
BalasHapus1. strategi industri polimer dalam menghadapi regulasi global terkait pengurangan plastik sekali pakai biasanya dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain : pengembangan biopolimer, inovasi desain produk, teknologi daur ulang, kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat, efisiensi produk
2. (1) . Industri tekstil → serat sintetis seperti polyester, nylon, dan acrylic yang digunakan untuk pakaian, karpet, dan kain pelapis.
(2). Industri otomotif → bumper mobil, dashboard, interior mobil, ban karet sintetis.
(3). Industri elektronik → kabel listrik dengan isolasi plastik, casing laptop atau HP, komponen televisi.
3. Tantangan terbesar dalam mendaur ulang polimer sintesis adalah sulitnya memisahkan berbagai jenis plastik dan menjaga kualitas material hasil daur ulang agar setara dengan plastik baru.
4. Industri polimer bisa berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan melalui beberapa cara, yaitu:
• Mengembangkan plastik ramah lingkungan → memakai bahan baku terbarukan (bioplastik dari pati, selulosa, atau minyak nabati).
• Meningkatkan daur ulang → desain produk agar mudah dipisahkan dan diproses kembali (design for recycling).
• Efisiensi energi & produksi bersih → mengurangi emisi, memakai teknologi hemat energi, dan meminimalkan limbah.
5. Proses polimerisasi dalam pembuatan plastik adalah reaksi kimia yang menghubungkan banyak molekul kecil (monomer) menjadi molekul besar (polimer) sehingga terbentuk bahan padat dengan sifat mekanik tertentu.
Adisi → tanpa produk samping, butuh inisiator.
Kondensasi → ada produk samping (air/HCl), butuh monomer dengan dua gugus fungsi.
-> Hasil akhirnya adalah plastik dengan sifat tertentu, misalnya fleksibel (PE), kuat dan tahan panas (Nilon), atau transparan (PET).
6. Polimer biodegradable cepat terurai (contoh: PEA di laut).
Bioplastik dari limbah (ghee, sludge, cangkang telur).
Kemasan & serat dari protein tanaman/bambu.
Alternatif elastane berbasis karet alami.
Daur ulang enzim → plastik kembali ke monomer.
AI & biodesain (mycelium, alga) untuk material baru.
7. Tahap cooling sangat penting dalam industri polimer karena memengaruhi struktur molekul, sifat mekanik, kualitas permukaan, kestabilan dimensi, dan efisiensi produksi. Dengan kata lain, pendinginan bukan sekadar mendinginkan produk, tetapi merupakan tahap pengendalian sifat akhir polimer.
8. Polimer sintetis seperti plastik lebih banyak digunakan karena:
- Murah & mudah diproduksi massal.
- Tahan lama & stabil (tidak mudah rusak).
- Sifat bisa disesuaikan (kuat, elastis, transparan, dll)
- Serbaguna & ringan untuk banyak aplikasi
9. Dampak plastik: mencemari tanah & laut, membahayakan satwa, menimbulkan mikroplastik, dan gas beracun saat dibakar.
Solusi: 3R (reduce, reuse, recycle), pakai bioplastik, kelola limbah dengan baik, serta edukasi & regulasi.
10. Bahan utama industri polimer umumnya adalah:
- Minyak bumi & gas alam (etilena, propilena, stirena, vinil klorida, dll) → dipakai untuk plastik sintetis (PE, PP, PVC, PS).
Alasan: melimpah, murah, mudah diproses, bisa dimodifikasi untuk menghasilkan berbagai sifat (kuat, elastis, transparan).
- Bahan alam terbarukan (selulosa, pati, karet alam, asam laktat untuk PLA).
Alasan: ramah lingkungan, biodegradable, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Jawaban kelompok 13: industri baja
BalasHapus1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
jawaban kel 12: industri karet
BalasHapus1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
nama:alfattah firaldy kusuma
BalasHapuskelas:XII TKI 1/02
1. Produk utama industri karet meliputi ban kendaraan, sarung tangan karet, sol sepatu, selang, sabuk konveyor, komponen otomotif, hingga barang kebutuhan rumah tangga seperti gelang karet dan pelindung kabel.
2. Karet alam adalah polimer elastis yang diperoleh langsung dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* atau tanaman penghasil lateks lainnya, sedangkan karet sintetis adalah karet buatan yang dibuat secara industri dari bahan baku petrokimia (seperti stirena, butadiena, atau isoprena) melalui proses kimia untuk meniru atau meningkatkan sifat karet alam.
3. Perbedaan utama bahan baku antara karet alam dan karet sintetis terletak pada asalnya, di mana karet alam berasal dari getah (lateks) pohon karet *Hevea brasiliensis* sebagai sumber hayati, sedangkan karet sintetis diproduksi dari bahan baku petrokimia seperti stirena, butadiena, atau isoprena melalui proses polimerisasi di pabrik.
4. - Sumber pendapatan utama
- Meningkatkan lapangan kerja
- Mendorong Kegiatan ekonomi lokal
- Meningkatkan devisa negara
- Mendorong pembangunan infrastruktur
5. Kebijakan paling efektif ialah hilirisasi karet dengan dukungan petani, dana replanting, dan standar keberlanjutan agar nilai tambah naik dan pasar lebih stabil.
6. Menekan harga karet alam, tapi bisa mendorong inovasi produk ramah lingkungan.
7. Untuk mencegah degradasi karet akibat reaksi dengan oksigen yang bisa membuat karet rapuh dan retak.
8. Tantangan utamanya adalah fluktuasi harga karet dunia, persaingan dengan karet sintetis, rendahnya produktivitas perkebunan rakyat, serta tuntutan pasar global terhadap produk ramah lingkungan. Selain itu, perubahan iklim juga memengaruhi produksi karet alam.
9. Industri karet mengatasi limbah dengan IPAL untuk limbah cair, pemanfaatan sisa padat jadi bahan lain, serta daur ulang ban bekas lewat retreading, pyrolysis, dan aspal karet.
10. Vulkanisasi adalah proses pemanasan karet dengan belerang untuk meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan daya tahan terhadap panas serta bahan kimia.
11. perkebunan: bisa menyebabkan deforestasi & hilangnya keanekaragaman hayati.
industri: menghasilkan limbah cair, padat, dan gas yang harus diolah agar tidak mencemari lingkungan.
12.Gumpalan karet sisa penyaringan, Air cucian lateks dari proses penggilingan, Gas hidrogen sulfida (H₂S) dan amonia (NH₃) dari proses koagulasi lateks.
nama:alfattah firaldy kusuma
BalasHapuskelas:XII TKI 1/02
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
jawabam kelompok 13
BalasHapus1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor
Edoardo Ferdinand
BalasHapus12-TKI-1/19
jawaban kelompok 13
1. Industri baja menekan emisi karbon dengan energi terbarukan, electric arc furnace, hidrogen hijau, ccus, efisiensi energi, dan daur ulang skrap baja
2. Stainless steel disebut tahan karat karena mengandung unsur kromium (Cr) yang mampu membentuk lapisan pelindung tipis pada permukaannya.
3. Kontruksi, otomotif, alat berat, perkapalan, dan manufaktur
4. Negara akan sangat bergantung pada impor bahan baku besi dan baja, sehingga rentan terhadap fluktuasi harga global, keterlambatan pasokan dan menurunnya daya saing industri nasional
5. Besi adalah unsur murni sedangkan baja adalah campuran dari besi dengan karbon dan elemen lainnya seperti mangan atau kromium baja lebih kuat tahan karat dan lebih fleksibel dalam penggunaannya oleh karena itu baja lebih banyak digunakan dalam konstruksi otomotif dan industri manufaktur
6. 1. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
2. Kebutuhan akan teknologi modern dan efisiensi produksi yang masih tertinggal dibandingkan negara maju
7. Biji besi berkualitas tinggi menghasilkan baja yang lebih kuat dan mengurangi cacat sementara batubara berkualitas baik menghasilkan kulkas yang efektif untuk reaksi kimia dan suhu tinggi yang dibutuhkan
8. Industri ini menyediakan bahan utama untuk pembangunan seperti baja tulangan baja struktural dan plat baja untuk jembatan gedung pelabuhan jalan tol dan rel kereta api tanpa pasokan baja yang kuat dan stabil proyek infrastruktur di skala besar tidak akan bisa berjalan efisien dan ekonomis
9. Industri besi dan baja menimbulkan dampak lingkungan yang berupa polusi udara (emisi gas rumah kaca seperti CO2 so2 dan debu), polusi kontaminasi air limbah (logam berat dan minyak) degradasi lahan dan habitat (penambangan bijih besi) serta masalah pengelolaan limbah padat seperti terak dan debu
10. Karena industri ini menyediakan bahan dasar yang diperlukan oleh berbagai sektor industri lainnya
11. 1. Proses Peleburan (Melting Process)
Pengertian: Proses dimana bijih besi, besi bekas (scrap), atau bahan baku logam lainnya dipanaskan hingga suhu sangat tinggi di dalam tungku sehingga berubah menjadi cairan logam.
2. Proses Pengerolan (Rolling Process)
Pengertian: Proses pembentukan logam padat (ingot, slab, billet, atau bloom) dengan cara melewatkannya di antara dua rol baja yang berputar.
12. Karena produksi baja nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik serta adanya persaingan harga yang sangat ketat dari pajak impor murah terutama dari Tiongkok yang mempraktikkan dumping selain itu industri baja nasional masih lemah dalam hal daya saing pemanfaatan kapasitas produksi dan regulasi perlindungan pasar yang kurang memadai untuk melawan serbuan produk impor