Senin, 03 Agustus 2020

Qurban di Mushola As-Suyudi



Kegiatan PHBI Idul Adha 1441 H di Musholah As-Suyudi barusan telah usai, ada pernak-pernak yang menarik untuk ditulis terkait pelaksanaannya.

Tapi pendekatan ilmiah lebih menjadi pilihan penulisan karena mengharapkan masyarakat berfikir rasional, logis, empati, dan membuka ruang mimbar pemikiran ilmu yang komprehensif.

Rapat pembentukan panitia mengamanahkan untuk menyusun panitia lengkap dengan job discription serta petunjuk teknis dan penganggaran yang diproyeksikan di awal.

Maka prinsip Balancescore card mulai bisa dirancang, dengan Perspektif keuangan. Dana taktis yang "dipinjamkan" dari kas mushola menjadikan modal awal panitia untuk menjalankan tugasnya, dengan harapan kualitas kinerja panitia mendapatkan "revenue" dari donatur dalam berinfaq dan mengamanahkan qurbannya di panitia musholah As-Suyudi.

Terbukti, walaupun musim pandemi Covid -19 yang kalangan pakar menilai resesi keuangan mencapai penurunan 5%, tetapi masyarakat di RT 08 RW 02 Medokan Ayu tetap antusias dalam berqurban. Tercatat ada lima ekor sapi, 16 ekor kambing dan infaq Rp. 6.700.000,- telah disampaikan oleh panitia dalam portopolio pelaporannya

"Persepektif Pelanggan" secara substansi adalah jamaah dan warga yang  menaruh kepercayaan kepada Ketakmiran Mushola As-Suyudi yang telah terbangun secara sosiologi dan antropologi dengan maturity (kematangan). sehingga kemajemukan menjadikan struktur masyarakat semakin kuat, disertai dengan kesadaran dalam nilai religius-spiritual yang semakin meningkat pula.

Pelaporan cepat yang "Quick Report" dan berkala menjadikan citra reputasi As-Suyudi sebagai wadah panitia - ketakmiran yang mulai bermetamorfosis dari  awalnya pelayanan beribadah lalu berekspansi dalam merawat kehidupan sosial seperti halnya lembaga filantropi.

Memberikan pelayanan para dhuafa mulai dirintis dalam menyerahkan kepala dan kulit hewan qurban. Selanjutnya para dhuafa bersepakat untuk menjualnya sebagai nilai ekonomis secara berkeadilan.

Untuk Perspektif Manajemen Internal, kepanitian senantiasa melakukan evaluasi dan benchmarking, selaksa tidak menutup mata akan dinamisasi perkembangan zaman yang semakin pesat.

Proses inovasi dengan menggiatkan media publikasi berbagai sektor, mulai tradisional kultural dari mulut ke mulut, edaran tertulis, baliho, hingga web blog dan Whattapp Grup

Begitu pula dalam transaksi pembayaran qurban dan infaq  bisa melalui panitia yang senantiasa berada di musholah saat bakda sholat berjamaah, maupun transfer antar bank. Sehingga memudahkan para donatur dalam mentasharufkan hartanya

Proses operasi diawali dengan pengadaan ternak sapi kolektif yang "purchasing"-nya melalui rapat penentuan survey yang mengedepankan demokrasi, sehingga didapat dua ekor sapi dari kandang peternak Bangkalan, dua ekor sapi dari stand Merr Rungkut, sedangkan seekor lagi merupakan sumbangan dari keluarga Bapak Bambang Ghoib.

Begitu pula dalam pengadaan kambing qurban dan konsumsi panitia dibelanjakan kepada mitra panitia, sehingga mendapatkan nilai ekonomis dan tetap memiliki mutu yang berkualitas.

Just in time, merupakan batasan waktu yang telah digariskan oleh panitia dengan mempertimbangkan jeda untuk sholat Jumat dan batas akhir pengerjaan yang tepat waktu.

Pengerjaan mulai dari penyembelihan, pengulitan, pencacahan tulang hingga pengemasan daging dan distribusi merupakan durasi waktu yang dikendalikan dengan cermat dengan target zero accident, walaupun pengerjaannya ada yang menggunakan mesin potong tulang.

Sehingga berakhirnya seluruh agenda kerja panitia beserta kebersihan areal mushola menjadikan tolak ukur ketepatan waktu seperti kereta cepat Shinkanzen - Jepang. Praktis pukul 16.30 sesuai jadwal, jalan 6c sudah bisa dibuka dan dilalui kembali oleh kendaraan warga.

Untuk layanan purna acara, meliputi distribusi sisa daging tetap mengedepankan akuntabilitas dari pelaporan penerimanya, baik yang mengajukan proposal resmi maupun spontanitas.

Sebuah testimoni bagi yang membantu menyebarkan sisa daging ke daerah Bakung - Kalirungkut, baik penerima maupun penyebarnya saling berangkulan tangis terharu, karena selama ini tidak pernah mendapatkan daging qurban di daerahnya, padahal mereka adalah kaum dhuafa yang salah satunya adalah janda tua penjual jamu keliling di sekitar Ubaya - Tenggilis.

Sebagai perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, bahwa melaksanakan tugas ketakmiran maupun kepanitiaan merupakan pekerjaan sosial yang retensi-nya harus tetap dipertahankan selamanya.

Tidak menampik bahwa kritikan yang muncul pasca kegiatan pasti ada, namun hal itu membuka ruang diskusi publik dalam mendapatkan solusi yang terbaik.

Pertumbuhan dalam setiap waktu perlu Project Re-enginering yang berkelanjutan, dengan tidak hanya cukup puas oleh pencapaian, tetapi harus perbaikan dan inovasi yang tiada henti.

Begitu pula pembelajaran untuk menginduksi kader muda dalam remaja musholah tetap harus dilakukan dalam menyiapkan kader penerus yang menjadi penggerak kehidupan sosial bermasyarakat untuk era-nya nanti.

Jadi Merayakan Hari Raya Idul Adha merupakan perayaan yang secara esensinya, semuanya harus ikut merayakan. Tidak terkecualipun.

Dan dengan tetap mengharapkan keridloan Allah SWT.

Rungkut, 16 Dzulhijjah 1441 H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar