1. Dalam k3, apabila terjadi hal yang tidak di inginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan? 2. Jelaskan tentang lime softening unit! 3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur? 4. Jika terjadi hal yang tidak di inginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi? 5. Mengapa penting menerapkan k3 start up dan shutdown peralatan?
Aqila Madu Triono (08) 1. Meminta bantuan pada unit hse(hygiene safety engineering) untuk meminta bantuan dalam membantu mengatasi permasalahan atau kecelakaan yang terjadi
2. Tentang kesadahan dlm air atau bs disebut dengan hardness yang bisa di atasi menggunakan susu kapur Ca(OH)2
3. Tidak boleh (wajib berjalan sesuai prosedur), karna apabila nnti melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur, nnti hasil dari prosedurnya bisa jadi berantakan atau tidak berhasil
4. Hasil dari filtrasi kurang maksimal dan bisa aja terkontaminasi dengan zat atau debu kotor
5. Penting karena menerapkan k3 bisa membuat prosedur terjalan dengan baik dan mengurangi resiko kerusakan ataupun kecelakaan yang terjadi saat proses yg sedang berlangsung
Arva Alnathan P. P (09) 1. Tetap tenang, hentikan pekerjaan, aktifkan alarm, evakuasi, laporkan ke petugas, ikuti prosedur darurat, dan beri pertolongan pertama bila perlu.
2. Unit pengolahan air yang memakai kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan (Ca²⁺ & Mg²⁺) dengan mengendapkannya sebagai CaCO₃ dan Mg(OH)₂.
3. Boleh dilakukan tanpa prosedur normal jika situasi darurat, asalkan mengikuti prosedur darurat yang ada.
4. Gangguan proses, penurunan kualitas filtrat, dan potensi kerusakan media filter.
5. Untuk mencegah kecelakaan, kerusakan peralatan, dan melindungi pekerja serta lingkungan.
1. Tindakan apa yang perlu dilakukan dalam K3 apabila terjadi hal yang tidak diinginkan?
Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan dalam K3, tindakan yang perlu dilakukan adalah: - Memberikan pertolongan pertama: Memberikan pertolongan pertama kepada korban jika ada. - Melaporkan kejadian: Melaporkan kejadian kepada atasan atau tim K3 untuk dilakukan investigasi dan tindakan lebih lanjut. - Mengambil tindakan pencegahan: Mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan.
2. Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Lime Softening Unit adalah suatu sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (lime) untuk menghilangkan kesadahan air. Proses ini dilakukan dengan menambahkan kapur ke dalam air untuk mengendapkan ion-ion kalsium dan magnesium yang menyebabkan kesadahan air.
3. Apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur dalam situasi darurat?
Dalam situasi darurat, shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal jika memang diperlukan untuk mencegah bahaya yang lebih besar. Namun, perlu diingat bahwa shutdown harus dilakukan dengan cara yang aman dan terkendali untuk mencegah kerusakan pada peralatan
4. Pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan?
Jika terjadi hal yang tidak diinginkan dalam filtrasi, pengaruh yang dapat terjadi adalah: - Kerusakan filter: Filter dapat menjadi rusak atau tersumbat, sehingga mengurangi efisiensi filtrasi. - Kualitas air menurun: Kualitas air yang dihasilkan dapat menurun karena adanya kontaminan atau partikel yang tidak dapat dihilangkan oleh filter. - Perlu perawatan tambahan: Filter mungkin perlu perawatan tambahan atau bahkan penggantian untuk mengembalikan kinerja filtrasi.
5. Mengapa penting menerapkan K3 start up dan shutdown peralatan?
Menerapkan K3 start up dan shutdown peralatan penting karena dapat: - Mencegah kecelakaan: Mencegah kecelakaan yang dapat terjadi karena kesalahan dalam memulai atau menghentikan peralatan. - Mengurangi kerusakan peralatan: Mengurangi kerusakan peralatan yang dapat terjadi karena kesalahan dalam memulai atau menghentikan peralatan. - Menjaga keselamatan pekerja: Menjaga keselamatan pekerja dengan memastikan bahwa peralatan dioperasikan dengan aman dan terkendali.
Angkasa Bagus Sadewa (XI TKI 1/06) : 1. Segera aktifkan alarm, evakuasi area sesuai prosedur, beri pertolongan pertama jika aman, lalu laporkan ke petugas K3. Setelah itu, dokumentasikan kejadian untuk evaluasi dan pencegahan ke depan. 2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengendapkan ion kalsium dan magnesium sehingga air menjadi lebih lunak dan aman bagi peralatan industri. 3. Ya, shutdown darurat boleh dilakukan demi keselamatan, asalkan dilakukan oleh petugas terlatih. Setelahnya, wajib dilakukan pelaporan dan evaluasi. 4. Filtrasi bisa terganggu, media filter tersumbat, kualitas air menurun, dan sistem berpotensi rusak. Ini juga bisa membahayakan operator jika tidak ditangani segera. 5. Karena start-up dan shutdown adalah momen paling berisiko. Penerapan K3 mencegah kecelakaan, kerusakan alat, dan memastikan proses berjalan aman dan sesuai prosedur.
1. Tindakan harus sesuai prosedur dan dilakukan komunikasi rutin dengan tim HSE untuk menangani kecelakaan kerja. 2. Lime softening unit adalah proses mengurangi kesadahan air menggunakan campuran air dan kapur, sehingga kandungan Ca dan Mg mengendap lalu disaring. 3. Shutdown tidak boleh sembarangan, karena bisa mengganggu alat lain yang saling terhubung dan membahayakan sistem. 4. Jika ada alat rusak, maka akan diganti dengan cadangan agar proses filtrasi tetap berjalan normal. 5. Start up dan shutdown yang sesuai prosedur penting untuk melindungi mesin, menjaga keselamatan, dan memastikan kualitas produksi.
Gusti Ayu Putu K. (26) 1. melakukan pertolongan pertama, mengamankan lokasi kejadian, melaporkan insiden, melakukan investigasi, serta melakukan tindakan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. 2. Lime Softening Unit merupakan bagian dari sistem pengolahan air yang berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadahan air, terutama kandungan ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), dengan cara menambahkan larutan kapur (kalsium hidroksida). 3. Tidak boleh, karena penting untuk memahami risikonya dan melakukan tindakan yang paling aman dalam situasi tersebut. 4. menghentikan proses secara aman, mengidentifikasi penyebab masalah, serta melaporkan kejadian tersebut. 5. mencegah kecelakaan kerja, kerusakan peralatan.
khairina nasyiefa u.k(31) 1. Saat insiden (kecelakaan/darurat) terjadi dalam K3: utamakan keamanan area dan korban, laporkan, jangan ubah lokasi kejadian, lalu investigasi untuk menemukan akar masalah dan terapkan tindakan perbaikan/pencegahan 2. Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk menghilangkan kesadahan (ion \text{Ca}^{2+} dan \text{Mg}^{2+}). Caranya: menambahkan kapur (\text{Ca(OH)}_2) dan kadang soda abu (\text{Na}_2\text{CO}_3) agar ion kesadahan mengendap menjadi padatan yang kemudian dipisahkan 3. Dalam situasi darurat yang mengancam jiwa atau aset, boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur standar penuh. Namun, ini harus sesuai prosedur emergency shutdown (ESD) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh personel berwenang. Keselamatan adalah prioritas utama 4. Jika ada masalah di filtrasi: kualitas air hasil saringan akan menurun (keruh, ada kontaminan), filter bisa rusak atau tersumbat parah, kapasitas pengolahan berkurang, tekanan diferensial meningkat, dan biaya operasional membengkak 5. K3 sangat penting saat start up (penyalaan) dan shutdown (pemadaman) peralatan karena fase ini adalah momen paling berisiko tinggi. Terjadi perubahan kondisi operasi drastis yang bisa memicu kebocoran, ledakan, kebakaran, kerusakan alat, atau kesalahan manusia. Penerapan K3 meminimalkan bahaya ini
1. Dalam industri terdapat divisi HSE ( hygiene safety engineering ) yang bertugas untuk memantau semua peralatan yang ada dimana nanti setiap alat akan dilist bagaimana tindakan jika terjadi kecelakaan bagaimana prosedurnya, jadi apabila terjadi hal yang tidak diinginkan kita sudah siap karena sudah ada prosedurnya dan yang pasti setiap industri besar memiliki alat cadangannya. 2. Lime Softening Unit adalah unit yang biasa dibilang unit pelunakan kapur bertujuan untuk mengurangi tingkat kesadahan air nanti akan ditambahkan kapur untuk menghilangkan magnesiumnya. Jika tidak dilakukan berakibat rusaknya alat seperti munculnya kerak dipanci. 3. Tidak boleh, karena jika melakukan shut down tanpa mengikuti prosedur akan berakibat fatal nanti akan mempengaruhi proses yang lain, jika terjadi situasi darurat maka ikutilah prosedurnya bisa mematikan sakelar alat itu sendiri ataupun melakukan penanganan pertama sesuai prosedur. 4. Akan menyebabkan kerusakan alat dan tidak terjadinya filtrasi, tapi jika di industri biasanya terdapat alat cadangan yang dapat digunakan. 4.Agar peralatan tetap terjaga kualitasnya, tidak terjadi trouble saat alat bekerja dan agar bisa mengetahui langkah pertama jika terjadi kecelakaan kerja.
Nama : Aulia Nabilla R. Kelas/no absen : XI TKI-1/10
1. di dalam dunia industri, terdapat HSE (hygienic, safety, engineering) yang bertugas untuk memeriksa semua peralatan berbahaya, lalu merancang peraturan dan prosedur keselamatan yang harus dilakukan ketika terjadi hal yang tidak di inginkan. jadi ketika terjadi kecelakaan kerja, bisa menerapkan dan menyesuaikan dengan prosedur keselamatan yang sudah dirancang oleh HSE. 2. lime softening unit adalah proses untuk menurunkan kesadahan air (hardness) yang dilakukan dengan menambahkan lime (kapur). 3. tidak boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur, karena jika hal tersebut terjadi maka air yang sudah dalam proses penjernihan akan menjadi keruhkarena kotoran, debu halus, zat besi, dll akan tercampur kembali. 4. kualitas dari air yang telah di filtrasi akan menurun/buruk. 5. untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat dan proses filtrasi berjalan dengan lancar.
Lidya Rahmadani (33) 1. Tindakan yang harus dilakukan yaitu menghentikan aktivitas berbahaya, mengaktifkan alarm, melakukan evakuasi bila perlu, memberikan pertolongan pertama, melaporkan kejadian, serta mengamankan area hingga kondisi terkendali.
2. Lime softening unit Adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan air dengan cara mengendapkan ion kalsium dan magnesium. Proses ini mencegah kerak, korosi, serta meningkatkan kualitas air.
3. Shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal apabila mengancam keselamatan. Namun, harus tetap sesuai rencana tanggap darurat dan dilanjutkan dengan evaluasi setelah kondisi aman.
4. Dapat terjadi penurunan kualitas air, penyumbatan media filter, kebocoran, serta peningkatan biaya operasional akibat perbaikan atau pembersihan.
5. Untuk mencegah kecelakaan, kerusakan peralatan, serta memastikan proses berjalan aman sesuai prosedur operasional.
Dinda Nazilatul Fajri (20) 1. - Lakukan tindakan darurat sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) - Laporkan kejadian ke atasan atau petugas K3 secepat mungkin. - Gunakan alat pelindung diri (APD) 2. Lime Softening Unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan cara menambahkan kapur (lime / Ca(OH)₂) ke dalam air. 3. Tidak boleh karena tidak mematuhi prosedur 4. - 5. - Mencegah kecelakaan kerja - Menjamin proses produksi berjalan efisien dan aman - Melindungi operator dan lingkungan
DAVIN JUNIO CAESARO JAWABAN 1. Tindakan yang perlu dilakukan dalam menyikapi suatu hal yang kurang sesuai adalah dengan mengupayakan berbagai hal yang mendorong agar situasi dapat kembali normal menurut prinsip nilai nilai K3 supaya tidak terjadi hal hal yang diinginkan di luar kontrol. 2.Lime Softening Unit adalah salah satu unit utilitas pengolahan air yang berfungsi mengurangi konsentrasi mineral terlarut tinggi pada air terutama kandungan nya seperti kalsium dan magnesium. 3.Melewatkan prosedur yang menunjukkan proses shut down bila berada di posisi secara darurat atau kebutuhan mendesak maka hal tersebut diperbolehkan dengan catatan pertimbangan secara keamanan untuk melakukan tahapan shut down sebagai antisipasi. 4.Seperti yang diketahui bahwa proses filtrasi adalah Proses yang banyak dimanfaatkan untuk menghindari partikel-partikel tidak diinginkan, kotoran, atau kontaminan dari suatu campuran atau fluida. Sehingga jika terdapat kendala atau sesuatu yang kurang seperti tahapan prosedur maka suatu zat yang di filtrasi rentan terhadap kontaminasi luar atau kurangnya keefektivan pada sistem mekanisme filtrasi. 5. Agar dalam tahapan proses start up dan shut down dapat berjalan sesuai dengan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang memberi aspek perhatian dalam hal keamanan dan keberhasilan kerja.
Keyla/ 11 tki 1 (30) 1. HSE (Hygiene Safesty Engineering) yang bertanggung jawab memastikan pelaksanaan program keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan berjalan sesuai standar. 2. Lime => kapur (susu kapur) Mg²+ & Ca²+ 3. Tidak boleh, karena tidak sesuai dengan prosedur kerja 4. Tercampurnya air bersih dengan zat pencema, bertemu dengan air maka air nya jika bertemu dengan panas akan menghasilkan kerak, 5. Karena risiko kecelakaan tinggi (tekanan, suhu, listrik, bahan kimia).
Cahaya Clarissa P.H (13) 1. Tindakan yang kita lakukan apabila terjadi suatu hal yang tidak kita inginkan adalah tenang terlebih dahulu, dan mengikuti prosedur HSE dalam menangani suatu masalah yang terjadi. 2. Lime softening unit adalah proses yang dilakukan untuk mengurangi kesadahan air atau hardness. 3. Tidak diperbolehkan, karena apabila melakukan shut down tanpa mengikuti prosedur maka akan membuat air yang sedang dijernihkan kembali keruh karena kotoran dan akan tercampur kembali (semakin berantakan). 4. Kualitas air yang sedang di filtrasi akan menurun atau memburuk karena kesalahan yang terjadi. 5. Untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin, mengurangi kecelakaan saat pelaksanaan, dan mengurangi bahaya peledakan saat melakukan filtrasi.
1. Tindakan yang Perlu Dilakukan - Memberikan pertolongan pertama : Jika terjadi kecelakaan, berikan pertolongan pertama kepada korban sesuai dengan prosedur yang berlaku. - Melaporkan kejadian : Laporkan kejadian kepada atasan atau petugas K3 segera setelah terjadi kecelakaan atau insiden. - Mengisolasi area : Jika perlu, isolasi area kejadian untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau insiden lebih lanjut.
2. Lime Softening Unit adalah suatu sistem pengolahan air yang menggunakan proses kimia untuk menghilangkan kesadahan air.
3. Ya, dalam situasi darurat, shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur standar jika keselamatan jiwa atau peralatan terancam. Prioritas utama adalah keselamatan dan pencegahan kerusakan lebih lanjut. Setelah shutdown, lakukan evaluasi, dokumentasi, dan perbaikan yang diperlukan.
4. - Penurunan kualitas air : Air yang dihasilkan mungkin tidak memenuhi standar kualitas yang diinginkan. - Kerusakan peralatan : Peralatan filtrasi dapat rusak atau memerlukan perawatan tambahan.
5. Karena untuk meminimalisir kerusakan mesin, gangguan kesehatan, menjaga kualitas mesin, serta untuk memastikan kualitas hasil produksi sesuai standar
Indri Indira I. (27) 1. Mencari tahu terlebih dahulu masalah apa yang sedang terjadi, lalu mencari tahu tindakan apa yang harus di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bisa menanyakan kepada orang lain seperti senior atau orang terdekat yang tahu solusinya 2. pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan air (hardness) dengan menambahkan bahan kimia seperti kapur (lime) 3. Mengenali dulu situasi apa yang terjadi, lalu mematikan alat yang menjadi permasalahan secara berhati hati 4. Kualitas air yang menjadi buruk 5. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat
1. Lakukan tindakan darurat sesuai prosedur, seperti menekan tombol emergency, kemudian laporan ke atasan dan petugas K3. 2. Lime Softening adalah unit pengolahan air untuk mengurangi kesadahan dengan menambah kapur (Ca(OH) ²). 3. Tidak boleh, harus sesuai dengan prosedur, supaya dapat mencegah hal yang tidak diinginkan. 4. Dapat menyebabkan kerusakan pada media filter atau bahkan kontaminasi hasil filtrat. 5. Karena pada situasi ini, resiko kecelakaan lebih tinggi. Peran K3 disini untuk mencegah berbagai kecelakaan yang dapat membahayakan pekerja.
1.Segera hentikan pekerjaan, lakukan evakuasi sesuai prosedur, beri pertolongan pertama jika aman, laporkan ke petugas K3 atau atasan, dan amankan lokasi agar tidak menimbulkan bahaya tambahan. Dokumentasi kejadian juga penting untuk evaluasi
2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk menghilangkan ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), sehingga air menjadi lunak. Proses ini menghasilkan endapan yang kemudian disaring atau diendapkan sebelum air digunakan lebih lanjut.
3. Ya, dalam kondisi darurat seperti kebakaran, ledakan, atau kebocoran bahan kimia, shutdown darurat boleh dan harus dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal. Tindakan cepat diperlukan untuk melindungi keselamatan pekerja dan fasilitas.
4. Kejadian seperti tumpahan atau lonjakan tekanan bisa menyebabkan filter tersumbat, kebocoran, kerusakan alat, dan hasil filtrat tidak sesuai. Proses pemisahan bisa gagal, dan kualitas produk bisa menurun drastis.
5. Start-up dan shutdown adalah fase paling berisiko. Penerapan K3 penting untuk mencegah kecelakaan, ledakan, dan kerusakan alat akibat tekanan, suhu, atau kesalahan pengoperasian. Ini juga menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan.
1. Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
Hentikan pekerjaan atau proses sementara jika berpotensi menimbulkan bahaya.
Aktifkan prosedur darurat (emergency response) sesuai SOP.
Lindungi diri dan orang sekitar menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Amankan area dan cegah orang yang tidak berkepentingan masuk.
Laporkan kejadian kepada atasan atau tim K3 untuk penanganan lebih lanjut.
2. Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Pengertian: Unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) dan kadang soda ash (Na₂CO₃) untuk mengurangi kesadahan air (Ca²⁺ dan Mg²⁺).
Prinsip kerja: Penambahan kapur akan mengendapkan ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ sebagai kalsium karbonat (CaCO₃) dan magnesium hidroksida (Mg(OH)₂). Endapan kemudian dipisahkan melalui sedimentasi dan filtrasi.
Tujuan: Mengurangi kesadahan, mencegah kerak pada peralatan, dan meningkatkan kualitas air untuk proses industri atau domestik.
3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
Boleh, jika memang diperlukan untuk mencegah kecelakaan, kerusakan besar, atau ancaman keselamatan.
Namun, setelah shutdown darurat, harus segera dibuat laporan dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui penyebab dan mencegah terulangnya kejadian.
4. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
Kualitas filtrat menurun (air atau cairan menjadi keruh atau terkontaminasi).
Laju alir terganggu karena sumbatan atau kerusakan media filter.
Media filter bisa rusak atau bocor sehingga partikel lolos.
Potensi kerusakan pada pompa atau peralatan downstream akibat masuknya partikel.
5. Mengapa penting menerapkan K3 saat start up dan shutdown peralatan?
Start up dan shutdown adalah fase yang paling berisiko karena perubahan kondisi (tekanan, suhu, aliran) cepat terjadi.
Mengurangi risiko kecelakaan akibat tekanan berlebih, kebocoran, atau ledakan.
Melindungi peralatan dari kerusakan akibat prosedur yang salah.
Menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan.
Memastikan transisi operasi berjalan stabil dan sesuai desain.
Jasmine Putri Sanjaya / 29 1. K3 – Tindakan jika terjadi hal tidak diinginkan: Segera hentikan pekerjaan, amankan diri dan area, laporkan ke atasan/petugas K3, lakukan penanganan darurat sesuai prosedur.
2. Lime softening unit: Alat untuk mengurangi kesadahan air dengan menambahkan kapur (Ca(OH)₂) sehingga ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ mengendap.
3. Shutdown darurat tanpa prosedur: Boleh dilakukan hanya jika ada potensi bahaya besar dan untuk mencegah kerugian atau kecelakaan lebih lanjut.
4. Pengaruh dalam filtrasi: Kualitas filtrat menurun, tekanan filter berubah, laju filtrasi terganggu, kemungkinan kerusakan media filter.
5. Pentingnya K3 saat start-up/shutdown: Mencegah kecelakaan, kerusakan alat, dan memastikan operasi aman sesuai standar.
Gusti Ayu Putu K. (26) 1. Kelemahan Mixer Mekanis dan pneumatik: keterbatasan kapasitas, potensi panas berlebihan, kebisingan, kebocoran udara 2. Memengaruhi hasil dari produk tersebut. 3. Homogen: Campuran yg seluruh bagiannya mempunyai sifat yg sama. sebaliknya, Heterogen: tidak mempunyai sifat yang sama. 4. Turbulen Mixing: Aliran acak cocok untuk encer. Lamina Mixing: aliran teratur cocok untuk cairan kental 5. Pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari misalnya: udara pernapasan (tidak berbahaya), gas LPG (berbahaya), karbonasi minuman bersoda (tidak berbahaya), asap kendaraan bermotor (berbahaya), dan balon helium (umumnya tidak berbahaya, tapi bisa berbahaya jika dihirup berlebihan). 6. Asam masuk ke aerosol saat terbawa tetesan cairan atau partikel padat di udara, misalnya dari kabut atau proses industri. Aerosol berbeda dengan gas murni karena mengandung partikel cair/padat, sedangkan gas murni hanya terdiri dari molekul gas tanpa partikel tersuspensi. 7. Mengurangi kecepatan, menggunakan anti foming agen, mengatur suhu larutan, menunggu hingga busa mengendap.
Aldyansyah Putra (03) : 1. Memastikan dan menyesuaikan dengan prosedur yang disesuaikan serta komunikasi berkala dengan unit Hygiene Safety Engineering (HSE) untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti sebuah kecelakaan kerja terutama dalam skala industri. 2. Lime Safety Unit adalah prosedur dimana kita menurunkan tingkat kesadahan air menggunakan campuran air dan kapur untuk menjadi kapur susu agar bisa melakukan koagulasi dengan kandungan Mg dan Ca yang nantinya akan difilter agar mendapatkan air yang memiliki kesadahan rendah supaya tidak mengganggu proses produksi dan kesehatan. 3. Tidak boleh karena andaikata hanya terdapat satu mesin yang mengalami masalah, akan menjadi berbahaya jika dilakukan shutdown karena dapat berpengaruh buruk terhadap mesin mesin yang memiliki variabel kontrol yang harus dijaga demi keamanan industri. 4. Salah satunya jika terdapat bahan atau alat yang rusak, biasanya industri akan menggantinya dengan cadangan lain agar prosedur filtrasi tetap bisa berlanjut. 5. Karena untuk meminimalisir kerusakan mesin, gangguan kesehatan, menjaga kualitas mesin, serta untuk memastikan kualitas hasil produksi sesuai standar
Dewa Praditya pujiono (18) 1.Aktifkan tanggap darurat, evakuasi jika perlu, laporkan kejadian, beri pertolongan pertama, dan amankan area. 2.Sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan (Ca dan Mg) melalui proses pengendapan. 3.Boleh, jika untuk keselamatan. Tapi tetap harus dilaporkan dan dievaluasi setelahnya 4.Sumbatan, penurunan efisiensi, kerusakan alat, atau kontaminasi hasil filtrat. 5.Untuk mencegah kecelakaan, menjaga keselamatan, dan memastikan proses berjalan aman dan efisien.
Elya Nuraini 21 XI TKI-1 1. Tindakan harus mengikuti prosedur yang berlaku dan terus dikomunikasikan dengan tim HSE, agar kecelakaan kerja dapat ditangani cepat dan tepat, terutama di lingkungan industri. 2. Lime softening unit adalah proses pelunakan air dengan menambahkan kapur, yang bereaksi dengan ion Mg dan Ca. Hasilnya disaring untuk menghasilkan air yang lebih aman bagi proses produksi dan kesehatan. 3. Shutdown tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika hanya satu mesin bermasalah, menghentikan seluruh sistem justru bisa membahayakan alat lain yang terhubung secara otomatis. 4. Jika ada gangguan atau kerusakan saat filtrasi, biasanya langsung diganti dengan alat cadangan agar proses tetap berjalan tanpa hambatan. 5. Penerapan K3 saat start-up dan shutdown penting untuk mencegah kerusakan alat, melindungi kesehatan pekerja, dan menjaga mutu produksi tetap stabil.
*1.* Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
Jika terjadi hal yang tidak diinginkan (seperti kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, kebakaran, atau kerusakan peralatan), tindakan yang harus dilakukan mengikuti prosedur tanggap darurat. Langkah-langkahnya: 1. Tetap Tenang dan Jangan Panik 2. Aktifkan Sistem Darurat / Alarm 3. Lindungi Diri dan Orang Lain 4. Isolasi Area 5. Laporkan ke Atasan / Tim K3 6. Lakukan Pertolongan Pertama 7. Pencatatan dan Investigasi
*2.* Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) dan kadang-kadang soda ash (Na₂CO₃) untuk mengurangi kekerasan air (hardness), terutama yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
Proses Kerja:
1. Penambahan Kapur
- Kapur ditambahkan ke air mentah yang mengandung kalsium dan magnesium bikarbonat.
2. Penambahan Soda Ash (bila perlu) - Untuk mengendapkan kalsium non-karbonat seperti kalsium sulfat (CaSO₄). - CaSO₄ + Na₂CO₃ → CaCO₃ ↓ + Na₂SO₄
3. Koagulasi dan Flokulasi - Agar partikel halus bergabung dan mengendap lebih cepat.
4. Sedimentasi dan Filtrasi - Endapan kalsium karbonat dan magnesium hidroksida diendapkan dan dipisahkan melalui filtrasi.
*3.* Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
- Jawaban: Boleh, bahkan harus, jika situasi darurat mengancam keselamatan manusia, lingkungan, atau peralatan.
- Namun, perlu diperhatikan:
- Emergency Shutdown (ESD) adalah bagian dari sistem prosedur darurat.
- ESD dapat dilakukan secara manual oleh operator atau otomatis oleh sistem proteksi.
- Contoh Situasi:
- Kebocoran gas beracun/inflamabel.
- Kebakaran atau ledakan.
- Overpressure/overheating pada sistem.
*4.* Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
- Jika terjadi hal yang tidak diinginkan (misalnya kegagalan pompa, kerusakan media filter, lonjakan tekanan, atau pencemaran bahan):
- Pengaruh yang Mungkin Terjadi:
1. Penurunan Efisiensi Penyaringan - Air yang keluar tidak lagi bersih, masih mengandung padatan tersuspensi.
2. Overload pada Filter - Padatan bisa menumpuk dan menyumbat filter → peningkatan tekanan diferensial.
3. Kerusakan Media Filter - Media bisa rusak, sobek, atau bocor → terjadi by-pass (air tidak tersaring dengan baik).
4. Kontaminasi Sistem Hilir - Air hasil filtrasi bisa mencemari sistem berikutnya (misal, RO atau boiler).
5. Shutdown Proses - Sistem harus dihentikan sementara untuk pembersihan atau perbaikan.
*5.* Mengapa penting menerapkan K3 saat start-up dan shutdown peralatan?
- Start-up dan shutdown adalah dua fase paling berisiko dalam operasi industri karena banyak perubahan kondisi terjadi.
Alasan Pentingnya Menerapkan K3:
1. Mencegah Ledakan atau Kebocoran 2. Menghindari Kesalahan Operasi 3. Melindungi Alat dan Sistem 4. Menghindari Cedera/Kecelakaan 5. Sesuai Regulasi dan Audit 6. Menjaga Keandalan Proses
Faura Faizah Alzahra/24 1. K3 Saat Insiden Saat insiden (kecelakaan/darurat) terjadi dalam K3: utamakan keamanan area dan korban, laporkan, jangan ubah lokasi kejadian, lalu investigasi untuk menemukan akar masalah dan terapkan tindakan perbaikan/pencegahan. 2. Lime Softening Unit Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk menghilangkan kesadahan (ion \text{Ca}^{2+} dan \text{Mg}^{2+}). Caranya: menambahkan kapur (\text{Ca(OH)}_2) dan kadang soda abu (\text{Na}_2\text{CO}_3) agar ion kesadahan mengendap menjadi padatan yang kemudian dipisahkan. 3. Shutdown Darurat Tanpa Prosedur Dalam situasi darurat yang mengancam jiwa atau aset, boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur standar penuh. Namun, ini harus sesuai prosedur emergency shutdown (ESD) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh personel berwenang. Keselamatan adalah prioritas utama. 4. Pengaruh Jika Terjadi Hal Tak Diinginkan di Filtrasi Jika ada masalah di filtrasi: kualitas air hasil saringan akan menurun (keruh, ada kontaminan), filter bisa rusak atau tersumbat parah, kapasitas pengolahan berkurang, tekanan diferensial meningkat, dan biaya operasional membengkak. 5. Pentingnya K3 Saat Start Up & Shutdown K3 sangat penting saat start up (penyalaan) dan shutdown (pemadaman) peralatan karena fase ini adalah momen paling berisiko tinggi. Terjadi perubahan kondisi operasi drastis yang bisa memicu kebocoran, ledakan, kebakaran, kerusakan alat, atau kesalahan manusia. Penerapan K3 meminimalkan bahaya ini.
1. hentikan alat terlebih dahulu, lalu segera melapor ke HSE (Hygiene Safety Engineering) untuk di tindak lanjuti. 2. Lime softening unit adalah salah satu unit sistem untuk mengurangi kesadahan (hardness) dalam air. yg di sebabkan oleh ion Mg²⁺ dan Ca²⁺. 3. tidak boleh, karena takut memperburuk situasi maka dari itu harus mengikuti prosedur yang ada 4. kualitas air menurun, air hasil menjadi keruh atau tidak sesuai dengan standar 5. prosedur K3 wajib diterapkan secara ketat agar proses berjalan aman dan terkendali.
Andhin Kirana Yudha (04) 1.Segera hentikan aktivitas di area kejadian.
Lindungi diri sendiri dan orang lain dari bahaya lanjutan.
Laporkan kejadian kepada atasan atau petugas K3.
Berikan pertolongan pertama jika aman dan memungkinkan.
Evakuasi area jika ada potensi bahaya serius (seperti kebakaran atau kebocoran bahan kimia).
Setelah keadaan aman, dilakukan investigasi untuk mengetahui penyebab dan mencegah kejadian serupa
2 Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama kandungan kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan menambahkan kapur (Ca(OH)₂) ke dalam air.
3 Ya, dalam situasi darurat (seperti kebakaran, ledakan, kebocoran bahan berbahaya), shutdown dapat dilakukan meskipun tidak sesuai prosedur normal, asalkan:
Untuk menjaga keselamatan jiwa dan peralatan.
Operator tetap melakukan shutdown darurat sesuai protokol emergency.
Setelah situasi terkendali, dilaporkan dan dievaluasi oleh tim K3 dan manajemen.
4 Jika terjadi insiden (seperti tekanan berlebih, bahan asing masuk, atau kerusakan filter), dampak pada proses filtrasi bisa berupa:
Kualitas hasil filtrat menurun (air atau larutan tidak jernih).
Filter tersumbat atau rusak, sehingga proses terhenti.
Kerusakan pada pompa atau pipa akibat tekanan abnormal.
Efisiensi proses menurun dan kemungkinan produk tercemar.
5 Start-up dan shutdown adalah fase paling kritis, di mana banyak perubahan tekanan, suhu, dan aliran terjadi.
Risiko kecelakaan lebih tinggi jika prosedur tidak diikuti.
Menjaga keselamatan pekerja dan peralatan.
Menghindari kerusakan alat dan kehilangan produksi.
Memastikan sistem berjalan stabil dan aman dari awal hingga akhir operasi.
1. Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan? Jika terjadi hal yang tidak diinginkan (misalnya kecelakaan, kebocoran bahan kimia, kebakaran, dll) maka tindakan yang perlu dilakukan adalah:
Aktifkan alarm darurat untuk memberi tahu seluruh area kerja.
Amankan diri dan orang lain sesuai prosedur evakuasi yang telah ditetapkan.
Laporkan segera kepada petugas K3 atau supervisor.
Lakukan pertolongan pertama jika aman dan memungkinkan.
Tutup sumber bahaya (misalnya mematikan valve gas, listrik, dll) jika sudah dilatih dan aman untuk dilakukan.
Catat kejadian untuk investigasi dan perbaikan prosedur ke depan.
2. Jelaskan tentang lime softening unit! Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
Bahan kimia utama: kapur tohor (Ca(OH)₂).
Proses kerja: Kapur ditambahkan ke dalam air → bereaksi dengan ion kalsium dan magnesium → membentuk endapan → endapan disaring → air menjadi lebih lunak.
Biasanya digunakan dalam pengolahan air boiler atau air industri agar tidak merusak peralatan.
3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur? Boleh dan bahkan wajib dilakukan, asal tindakan tersebut bertujuan menyelamatkan jiwa dan mencegah kerusakan besar.
Namun, setelah kondisi aman:
Segera laporkan ke pihak terkait.
Dokumentasikan kejadian untuk evaluasi.
Prosedur darurat biasanya sudah mencakup langkah-langkah "emergency shutdown" yang berbeda dari shutdown biasa.
4. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi? Jika terjadi gangguan seperti kebocoran, lonjakan tekanan, atau kerusakan mekanis, maka dapat terjadi:
Penurunan efisiensi penyaringan
Kerusakan media filter
Kontaminasi produk akhir
Tekanan diferensial meningkat
Shutdown sistem secara darurat
Hal ini dapat menyebabkan air atau fluida tidak tersaring dengan baik, bahkan bisa membahayakan proses berikutnya.
5. Mengapa penting menerapkan K3 saat start-up dan shutdown peralatan? Karena tahap start-up dan shutdown adalah momen paling rawan kecelakaan. Penerapan K3 penting untuk:
Mencegah ledakan atau kebocoran akibat perubahan tekanan atau suhu tiba-tiba.
Melindungi pekerja dari bahaya listrik, bahan kimia, atau gerakan mesin.
Menjaga stabilitas sistem agar proses berjalan aman.
Memastikan tidak ada bahan berbahaya tertinggal saat shutdown.
Meningkatkan keandalan operasional dan mencegah kerusakan alat.
Anisa Fitria (07) 1. cek terlebih dahulu sambungan dan sistemnya, pastikan semua sesuai prosedur kerja, hentikan sistem dengan aman, dan gunakan APD 2. Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk mengurangi kadar kesadahan (Ca & Mg) menggunakan kapur. 3. shutdown tidak boleh dilakukan sembarangan dan tetap harus mengikuti prosedur agar alat tidak rusak. 4. filtrasi bisa terganggu, air tidak tersaring maksimal. Jika ada alat yang rusak, harus segera diganti supaya proses tetap berjalan 5. Karena untuk menjaga keselamatan kerja, mencegah kerusakan alat, dan memastikan proses berjalan dengan aman.
1. 1. Segera hentikan aktivitas yang berbahaya jika memungkinkan dilakukan dengan aman.
2. Aktifkan sistem darurat (alarm, tombol emergency stop, dll).
3. Evakuasi area sesuai prosedur tanggap darurat.
4. Laporkan kejadian kepada petugas K3 atau atasan secepatnya.
5. Beri pertolongan pertama jika diperlukan dan aman untuk dilakukan.
6. Ikuti prosedur penanganan darurat sesuai SOP yang berlaku di tempat kerja.
2.Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (lime, biasanya Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan air (hardness). Kesadahan disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
3.Boleh dan bahkan harus dilakukan, tetapi:
Hanya jika kondisi sangat mendesak atau berisiko tinggi (misalnya kebakaran, kebocoran bahan beracun, ledakan).
4.Jika terjadi insiden seperti:
Kebocoran, tekanan tidak stabil, atau bahan kimia masuk ke filter, maka:
Dampaknya dapat berupa:
Penurunan efisiensi filtrasi (air tidak jernih).
Kerusakan media filter (misalnya pasir, karbon aktif).
Kontaminasi air hasil filtrasi.
Tersumbatnya filter akibat endapan mendadak.
Gangguan pada sistem hilir (seperti reverse osmosis atau demineralisasi).
5.Karena saat start-up dan shutdown adalah fase paling berisiko dalam pengoperasian sistem, penting menerapkan K3 karena:
Potensi tekanan berlebih, lonjakan arus, kebocoran bahan kimia.
1. yang pertama tetap utamakan keselamatan jiwa, jika ada korban segera memberikan pertolongan pertama , kemudian laporkan kejadian dan mengambil tindakan prosedur darurat serta komunikasikan dengan tim HSE 2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang mengurangi kesadahan (kalsium dan magnesium) dengan menambahkan kapur. Kapur ini bereaksi membentuk endapan padat yang kemudian dipisahkan dari air melalui pengendapan dan filtrasi, mencegah kerak dan meningkatkan kualitas air. 3. tidak boleh ,karena hal itu sangat berisiko karena dapat meningkatkan peluang kecelakaan kerja dan menyebabkan kerusakan parah pada peralatan. 4. berdampak penurunan kualitas air (jadi keruh atau ada kuman), gangguan efisiensi (filter cepat mampet, aliran lambat), serta kerusakan alat yang berujung pada peningkatan biaya operasional. 5.penting karena mencegah kecelakaan kerja, melindungi pekerja, dan menghindari kerusakan alat.
1.Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah pertolongan pertama, menjauhkan diri dari sumber bahaya, mengaktifkan alarm darurat, melaporkan kejadian agar dapat ditanggulangi dengan segera 2. Lime softening unit adalah sistem atau alat yang digunakan untuk mengurangi kadar kesadahan dalam air, terutama kandungan kalsium dan magnesium yang dapat membuat air terasa “keras". Proses ini biasa dipakai di instalasi pengolahan air terutama air baku dari sungai/danau 3. shutdown boleh dilakukan jika tujuannya untuk menyelamatkan jiwa karena keadaan darurat. 4. pengaruh utamanya yaitu dapat menurunkan efektivitas dan efisiensi penyaringan yang mengakibatkan partikel tidak tersaring dengan sempurna, sehungga aliran terhambat, dan kualitas filtrat menjadi buruk. 5. karena dengan adanya penerapan k3 dapat menjaga keselamatan pekerja serta mencegah kerusakan
Zahra Herlinda irfani/34 1.Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah pertolongan pertama, menjauhkan diri dari sumber bahaya, mengaktifkan alarm darurat, melaporkan kejadian agar dapat ditanggulangi dengan segera 2. Lime softening unit adalah sistem atau alat yang digunakan untuk mengurangi kadar kesadahan dalam air, terutama kandungan kalsium dan magnesium yang dapat membuat air terasa “keras". Proses ini biasa dipakai di instalasi pengolahan air terutama air baku dari sungai/danau 3. shutdown boleh dilakukan jika tujuannya untuk menyelamatkan jiwa karena keadaan darurat. 4. pengaruh utamanya yaitu dapat menurunkan efektivitas dan efisiensi penyaringan yang mengakibatkan partikel tidak tersaring dengan sempurna, sehungga aliran terhambat, dan kualitas filtrat menjadi buruk. 5. karena dengan adanya penerapan k3 dapat menjaga keselamatan pekerja serta mencegah kerusakan
1.melakukan pertolongan pertama,mengisolasi area terjadinya hal tersebut,dan laporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang seperti atasan industri pada PT tersebut.
2.pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kekerasan air (hardness), terutama kandungan kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan cara menambahkan bahan kimia berupa kapur (lime), yaitu kalsium hidroksida (Ca(OH)₂).
3.boleh jika situasi tersebut benar-benar darurat dan dokumentasi kan untuk mencegah kejadian serupa.
4.akan muncull beberapa pengaruh negatif seperti penyumbatan pada media filter,tekanan tidak stabil dan kebocoran sistem.
5.untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah kerusakan lingkungan dan untuk melindungi peralatan
1. Penjelasan tentang metode destilasi! 2. Bagaimana hasil akhir bentuk/tekstur yang dihasilkan dari praktikum ekstraksi Cair-Cair! 3. Bagaimana cara memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, lalu parameter uji apa yang dilakukan? 4. Apa resiko atau bahaya penggunaaan pelarut organik dalam proses ekstraksi Cair-Cair dalam metode K3? 5. Apa tujuan dilakukannya ekstraksi Cair-Cair dalam bidang industri?
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponennya. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap, lalu uap tersebut didinginkan dalam kondensor dan dikumpulkan kembali sebagai cairan (distilat) serta menghasilkan sisa dari cairan yang tidak ikut menguap berupa rafinat. Proses ini efektif untuk memisahkan zat cair dari zat lain yang memiliki titik didih berbeda secara signifikan.
2. Fase organik yang mengandung senyawa target (misalnya kafein). Dan Fase air yang mengandung sisa senyawa lain dari larutan awal.
3. Dilakukan pengamatan visual kestabilan dua fase, diikuti dengan analisis konsentrasi kafein pada masing-masing fase menggunakan metode kuantitatif seperti HPLC atau spektrofotometri. Efisiensinya diukur melalui koefisien distribusi (Kd) dan persentase recovery, memastikan kafein terkonsentrasi optimal di fase pelarut organik dengan minimal tertinggal di fase air atau emulsi. Kita dapat melakukan proses ekstraksi berulang kali hingga menghasilkan kafein yang pekat menggunakan metode soxhlet, kemudian hasilnya akan kita lakukan destilasi hingga menghasilkan rafinat murni berisikan kafein saja serta terhindar dari kandungan n-Hexana atau Destilat.
4. Bahaya bahan pelarut organik yang memiliki sifat beracun atau semacamnya yang bisa berbahaya dalam proses ekstraksi, sehingga dapat digantikan dengan n-Hexane namun memiliki kekurangan mudah terbakar namun masih bisa diatasi dengan parameter yang dikontrol.
5. Untuk memisahkan, memurnikan, atau mengekstrak senyawa tertentu dari suatu campuran cair berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Aqila Madu Triono (08) : 1. Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih, tahapan awalnya ialah pemanasan. Destilat dan rafinat merupakan hasil dari destilasi 2. Destilat yaitu bagian yang menguap dan rafinat yaitu hasil residu nya 3. Dari estraksi menggunakan soxhletasi Ketika, kita sudah mempunyai pelarut berulang dan tidak ada alkohol dan jg ekstrat bisa dipakai pada estraksi berikutnya 4. Pelarut organik cenderung flammable (mudah terbakar) 5. Mengambil zat ekstensi yang ada di larutan
Gusti Ayu Putu K. (26) 1. Metode Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih. 2. Hsil akhir bentuk/tekstur: dua lapisan cairan yang tidak tercampur. Lapisan pertama adalah pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan lapisan kedua adalah larutan hasil ekstraksi yang mengandung zat terlarut yang diinginkan. 3. Banyak faktor, salah satunya menggunakan pelarut yang tepat yaitu chloroform, mengontrol pH, Melakukan ekstraksi berulang kali, menggunakan suhu tinggi. Dan untuk Parameternya menggunakan waktu ekstraksi (suhu ruangan). 4. Resiko pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode k3, yaitu: mudah terbakar, beracun, iritasi, efek jangka panjang, dampak lingkungan (mencemari lingkungan) 5. Salah satu tujuannya ialah Mengambil zat esensi dlm bahan kimia
1.Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, lalu dikondensasikan menjadi cairan murni. 2.Hasil akhir berupa dua lapisan cairan (fase):
Fase air (aqueous)
Fase organik (mengandung kafein) Keduanya tidak tercampur, membentuk lapisan terpisah.
3.Gunakan corong pisah secara hati-hati dan lakukan ekstraksi berulang. Parameter uji:
Spektrofotometri UV-Vis untuk mengukur kadar kafein
pH dan volume fase organik sebagai indikator pemisahan 4.Risiko:
Uap beracun (seperti dari kloroform atau DCM)
Mudah terbakar
Iritasi kulit dan mata Tindakan K3:
Gunakan APD lengkap, kerja di lemari asam, hindari kontak langsung.
5.Untuk memisahkan dan memurnikan senyawa bernilai dari campurannya, seperti:
Kafein dari teh
Antibiotik dari kultur mikroba
Produk kimia dari reaksi Efisien, cepat, dan cocok untuk skala besar.
Arva alnathan P.P (09) 1. Metode Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih. 2. Hsil akhir bentuk/tekstur: dua lapisan cairan yang tidak tercampur. Lapisan pertama adalah pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan lapisan kedua adalah larutan hasil ekstraksi yang mengandung zat terlarut yang diinginkan. 3. Banyak faktor, salah satunya menggunakan pelarut yang tepat yaitu chloroform, mengontrol pH, Melakukan ekstraksi berulang kali, menggunakan suhu tinggi. Dan untuk Parameternya menggunakan waktu ekstraksi (suhu ruangan). 4. Resiko pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode k3, yaitu: mudah terbakar, beracun, iritasi, efek jangka panjang, dampak lingkungan (mencemari lingkungan) 5. Salah satu tujuannya ialah Mengambil zat esensi dlm bahan kimia
1. Destilasi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Proses ini melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan destilasi digunakan dalam berbagai industri seperti industri kimia, farmasi, dan minyak bumi, untuk memisahkan dan memurnikan komponen-komponen yang diinginkan.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dapat berupa: - Larutan kafein dalam pelarut organik yang jernih atau berwarna, tergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi kafein. - Fase air yang telah dipisahkan dari fase organik, dengan kandungan kafein yang lebih rendah. - Kafein yang telah diekstraksi dapat diisolasi dan dihasilkan dalam bentuk kristal atau serbuk, jika proses ekstraksi diikuti dengan proses penguapan atau kristalisasi.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, beberapa cara dapat dilakukan:
1. Penggunaan pelarut yang tepat: Pilih pelarut yang memiliki perbedaan densitas yang cukup besar dengan fase air, sehingga pemisahan fase dapat terjadi dengan baik. 2. Pengaturan waktu dan suhu: Atur waktu dan suhu ekstraksi untuk memastikan bahwa kafein dapat terdistribusi secara merata dalam fase organik. 3. Penggunaan corong pemisah yang sesuai: Gunakan corong pemisah yang sesuai untuk memastikan bahwa pemisahan fase dapat terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Parameter uji yang dapat dilakukan untuk memastikan pemisahan fase sempurna adalah:
1. Pengukuran densitas: Ukur densitas fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik. 2. Pengukuran konsentrasi kafein: Ukur konsentrasi kafein dalam fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa kafein telah terdistribusi secara merata dalam fase organik. 3. Pengamatan visual: Lakukan pengamatan visual terhadap pemisahan fase untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Dengan melakukan cara-cara dan parameter uji di atas, dapat dipastikan bahwa pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein.
4. Resiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah: - Iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan akibat paparan pelarut organik - Kerusakan lingkungan akibat pencemaran pelarut organik - Risiko kebakaran atau ledakan akibat sifat pelarut organik yang mudah terbakar - Risiko keracunan atau efek kesehatan lainnya akibat paparan pelarut organik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan pelarut organik dengan hati-hati, menggunakan alat pelindung diri, dan mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri adalah untuk memisahkan komponen-komponen yang diinginkan dari campuran kompleks, sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih murni dan berkualitas. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk-produk seperti kafein, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya. Dengan demikian, ekstraksi cair-cair dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi dalam industri.
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali. 2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein. 3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi. 4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung 5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien
1. Destilasi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Proses ini melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan destilasi digunakan dalam berbagai industri seperti industri kimia, farmasi, dan minyak bumi, untuk memisahkan dan memurnikan komponen-komponen yang diinginkan.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dapat berupa: - Larutan kafein dalam pelarut organik yang jernih atau berwarna, tergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi kafein. - Fase air yang telah dipisahkan dari fase organik, dengan kandungan kafein yang lebih rendah. - Kafein yang telah diekstraksi dapat diisolasi dan dihasilkan dalam bentuk kristal atau serbuk, jika proses ekstraksi diikuti dengan proses penguapan atau kristalisasi.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, beberapa cara dapat dilakukan:
1. Penggunaan pelarut yang tepat: Pilih pelarut yang memiliki perbedaan densitas yang cukup besar dengan fase air, sehingga pemisahan fase dapat terjadi dengan baik. 2. Pengaturan waktu dan suhu: Atur waktu dan suhu ekstraksi untuk memastikan bahwa kafein dapat terdistribusi secara merata dalam fase organik. 3. Penggunaan corong pemisah yang sesuai: Gunakan corong pemisah yang sesuai untuk memastikan bahwa pemisahan fase dapat terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Parameter uji yang dapat dilakukan untuk memastikan pemisahan fase sempurna adalah:
1. Pengukuran densitas: Ukur densitas fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik. 2. Pengukuran konsentrasi kafein: Ukur konsentrasi kafein dalam fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa kafein telah terdistribusi secara merata dalam fase organik. 3. Pengamatan visual: Lakukan pengamatan visual terhadap pemisahan fase untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Dengan melakukan cara-cara dan parameter uji di atas, dapat dipastikan bahwa pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein.
4. Resiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah: - Iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan akibat paparan pelarut organik - Kerusakan lingkungan akibat pencemaran pelarut organik - Risiko kebakaran atau ledakan akibat sifat pelarut organik yang mudah terbakar - Risiko keracunan atau efek kesehatan lainnya akibat paparan pelarut organik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan pelarut organik dengan hati-hati, menggunakan alat pelindung diri, dan mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri adalah untuk memisahkan komponen-komponen yang diinginkan dari campuran kompleks, sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih murni dan berkualitas. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk-produk seperti kafein, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya. Dengan demikian, ekstraksi cair-cair dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi dalam industri.
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali. 2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein. 3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi. 4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung 5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien
1. distilasi ialah proses pemisahan yang dilihat berdasarkan titik didih, distilasi tersebut memiliki boiling point jika pelarutnya alkohol maka boilinh pointnya 70°C setelah itu dilakukan proses kondensasi agar hasil ekstrak bisa menghasilkan secara sempurna 2. hasil akhir dari ekstraksi cair cair menghasilkan pelarut (solven) dan terlarut (solute) yang perlu dipisahkan lagi menggunakan metode distilasi yang nanti hasil akhirnya murni ekstrak kafein 3. melakukan proses kondensasi nanti fase gas akan menguap dan menjadi embun (dew point) akan ada destilat yaitu pelarutnya dan hasil murni ekstrak maka akan menghasilkan secara sempurna 4. dalam metode k3 bersifat mudah terbakar karena pelarut ekstraksi organik mengandung unsur karbon dan hidrogen 5. untuk mengambil zat esensi dalam larutan yang digunakan untuk hal tertentu bisa digunakan untuk parfum dll
DANISH AKMAL F. (15) : 1. Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih, tahapan awalnya ialah pemanasan. Destilat dan rafinat merupakan hasil dari destilasi 2. Destilat yaitu bagian yang menguap dan rafinat yaitu hasil residu nya 3. Dari estraksi menggunakan soxhletasi Ketika, kita sudah mempunyai pelarut berulang dan tidak ada alkohol dan jg ekstrat bisa dipakai pada estraksi berikutnya 4. Pelarut organik cenderung flammable (mudah terbakar) 5. Mengambil zat ekstensi yang ada di larutan
1. Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan perbedaan titik didih menggunakan panas sebagai pemisah. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uapnya dikondensasikan menjadi cairan kembali. 2.Ekstraksi cair-cair menghasilkan karakteristik bentuk seperti lapisan cairan yang tidak bercampur, yaitu lapisan pelarut organik dan lapisan air. Bentuk/tekstur yang dihasilkan akan tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi. 3.Pemisahan fase dapat dilakukan secara efektif melalui ekstraksi bertahap dengan pemilihan pelarut yang sesuai, serta pengaturan suhu dan durasi proses yang optimal. Beberapa parameter yang sering diuji mencakup identifikasi kandungan kafein, pengujian titik leleh. 4.Dalam konteks K3 adalah memiliki beberapa risiko dan bahaya. Bahaya utamanya adalah gangguan kesehatan akibat paparan, potensi kebakaran, dan pencemaran lingkungan. 5.Tujuan utama ekstraksi cair-cair dalam industri adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu komponen dari suatu campuran cair. Proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur untuk memindahkan zat yang diinginkan dari satu pelarut ke pelarut lain.
DAVIN JUNIO CAESARO / 06 / XI-TKI-1 1. Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan perbedaan titik didih menggunakan panas sebagai pemisah. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uapnya dikondensasikan menjadi cairan kembali. 2.Ekstraksi cair-cair menghasilkan karakteristik bentuk seperti lapisan cairan yang tidak bercampur, yaitu lapisan pelarut organik dan lapisan air. Bentuk/tekstur yang dihasilkan akan tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi. 3.Pemisahan fase dapat dilakukan secara efektif melalui ekstraksi bertahap dengan pemilihan pelarut yang sesuai, serta pengaturan suhu dan durasi proses yang optimal. Beberapa parameter yang sering diuji mencakup identifikasi kandungan kafein, pengujian titik leleh. 4.Dalam konteks K3 adalah memiliki beberapa risiko dan bahaya. Bahaya utamanya adalah gangguan kesehatan akibat paparan, potensi kebakaran, dan pencemaran lingkungan. 5.Tujuan utama ekstraksi cair-cair dalam industri adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu komponen dari suatu campuran cair. Proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur untuk memindahkan zat yang diinginkan dari satu pelarut ke pelarut lain.
1. metode destilasi adalah pemisahan campuran berdasarkan titik didih. dilakukan pemanasan hingga menguap, lalu uap tersebut di dinginkan dan dikondensasi menjadi cairan. 2. hasil akhirnya terdapat 2 fase cairan terpisah, fase organik dan fase air, lalu juga terdapat hasil dari kristal kafein nya. 3. ketika kafein teh sebagai bahan pelarut dalam alkohol berwarna semakin pekat, maka proses destilasi berjalan dengan lancar. parameter yang dilakukan adalah mengatur waktu ekstraksi. 4. mudah terbakar, dapat menyebabkan keracunan, iritasi, dan efek jangka panjang seperti kerusakan organ dalam, kanker, dll. 5. tujuan dilakukan nya ekstraksi cair-cair adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu zat dari campuran nya
Elya Nuraini 1. Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap, lalu uapnya dikondensasi menjadi cairan (distilat), sementara sisanya (rafinat) tetap tertinggal. 2. Ekstraksi cair-cair menghasilkan dua fase: fase organik yang mengandung senyawa target (seperti kafein), dan fase air yang mengandung sisa senyawa lainnya. L 3. Analisis hasil dilakukan dengan pengamatan visual kestabilan fase, lalu diuji kandungan kafein menggunakan HPLC atau spektrofotometri. Efisiensi dinilai dari koefisien distribusi dan persen recovery. Proses dapat diulang (misalnya dengan metode Soxhlet), lalu dilanjutkan destilasi untuk menghasilkan kafein murni tanpa pelarut. 4. Bahaya pelarut organik seperti n-Hexane adalah sifatnya yang mudah terbakar dan beracun, namun masih bisa dikendalikan dengan pengaturan parameter kerja yang tepat. 5. Tujuan ekstraksi adalah memisahkan atau memurnikan senyawa tertentu dari campuran cair, berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Cahaya Clarissa P.H (13) 1. destilasi secara sederhana prinsipnya adalah pemisahan berdasarkan titik didih. dilakukan pemanasan hingga menguap, lalu dari uap tersebut di kondensasikan menjadi cairan. 2. hasil akhir dari destilasi terdapat 2 fase terpisah, yaitu fase organik dan fase air, dan terdapat kristal kafein yang dihasilkan. 3. ketika pelarut atau kafein teh berubah warna menjadi semakin pekat, maka proses destilasi berjalan dengan lancar dan parameter yang digunakan adalah mengatur waktu ekstraksi. 4. mudah terbakar, dapat menyebabkan infeksi, iritasi, keracunan ran efek jangka panjang seperti kerusakan organ dalam, dll. 5. tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair yaitu untuk mengambil zat esensi yang ada di dalam suatu bahan atau sampel.
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran yang bekerja dengan memanfaatkan perbedaan titik didih antar zat. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan campuran hingga salah satu komponen menguap, kemudian uap tersebut dikondensasikan kembali menjadi cairan, sehingga diperoleh zat yang lebih murni. 2. Setelah proses berlangsung, akan terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah secara alami: lapisan air (disebut aqueous) dan lapisan pelarut organik yang mengandung zat seperti kafein. 3. Agar proses pemisahan berjalan optimal, diperlukan pemilihan pelarut yang tepat sesuai sifat senyawa, pengaturan pH larutan, serta pengulangan proses ekstraksi beberapa kali. Selain itu, penting untuk menjaga suhu agar tidak terlalu tinggi, karena suhu ekstrem bisa merusak senyawa yang ingin diambil. 4. Pelarut organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar, sehingga perlu penanganan hati-hati. Jika terhirup atau bersentuhan langsung dengan kulit, pelarut ini juga bisa menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan. 5. Dalam skala industri, ekstraksi cair-cair banyak digunakan untuk memisahkan komponen penting dari suatu campuran, memurnikan produk akhir, dan sebagai salah satu metode yang efisien dalam proses pemisahan bahan kimia.
Jasmine Putri Sanjaya / 29 1. Metode destilasi: Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen dengan pemanasan dan pengembunan.
2. Hasil akhir ekstraksi cair-cair: Terbentuk dua fase cair terpisah dengan tekstur jernih atau keruh tergantung kemurnian.
3. Memastikan pemisahan sempurna: Gunakan corong pisah dengan waktu settling cukup, hindari tumpahan fase, uji kadar kafein dengan analisis spektrofotometri atau kromatografi.
4. Risiko pelarut organik: Mudah terbakar, beracun, menyebabkan iritasi kulit/pernapasan, dan pencemaran lingkungan.
5. Tujuan di industri: Memisahkan, memurnikan, atau mengekstrak senyawa tertentu dari campuran untuk bahan baku atau produk akhir.
1. Penjelasan tentang metode destilasi Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap lebih dulu, lalu uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan (kondensasi) dan ditampung terpisah. Jenis-jenis destilasi meliputi:
Destilasi sederhana → untuk campuran dengan perbedaan titik didih besar (>25°C).
Destilasi fraksionasi → untuk campuran dengan perbedaan titik didih kecil, menggunakan kolom fraksionasi.
Destilasi vakum → untuk zat yang mudah terurai pada suhu tinggi, dilakukan di tekanan rendah.
Destilasi uap → untuk memisahkan minyak atsiri atau komponen tidak larut air.
---
2. Hasil akhir bentuk/tekstur dari praktikum ekstraksi cair-cair
Lapisan organik → biasanya jernih atau agak berwarna, bergantung pada senyawa terlarut dan jenis pelarut (misal diklorometana → bening sedikit kebiruan).
Lapisan air → biasanya keruh atau jernih tergantung ada/tidaknya sisa pelarut organik atau emulsi.
Jika ekstraksi berhasil sempurna, kedua lapisan akan terlihat terpisah jelas tanpa gumpalan emulsi.
---
3. Cara memastikan pemisahan fase sempurna tanpa kehilangan kafein, serta parameter uji
Gunakan corong pisah dengan hati-hati agar lapisan organik dan air tidak tercampur kembali.
Lakukan ekstraksi berulang (biasanya 2–3 kali) dengan pelarut segar untuk memaksimalkan perpindahan kafein ke lapisan organik.
Hindari pengadukan terlalu kuat yang menyebabkan emulsi.
Gunakan drying agent (misalnya natrium sulfat anhidrat) untuk menghilangkan sisa air pada fase organik.
Parameter uji:
Analisis kafein dengan spektrofotometri UV-Vis, HPLC, atau TLC.
Pengukuran massa kafein hasil isolasi untuk menentukan rendemen (% yield).
---
4. Risiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair (K3)
Bahaya kesehatan: Uap pelarut bisa beracun, iritasi pernapasan, kulit, atau mata. Beberapa pelarut bersifat karsinogenik.
Bahaya fisik: Mudah terbakar atau meledak jika terkena sumber panas/percikan api.
Bahaya lingkungan: Limbah pelarut mencemari air dan tanah jika dibuang sembarangan.
Langkah K3:
Gunakan lemari asam saat bekerja.
Kenakan APD (sarung tangan, kacamata, jas lab).
Simpan pelarut di wadah tertutup jauh dari panas dan api.
Buang limbah melalui prosedur limbah B3.
---
5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri
Memisahkan komponen berharga dari campuran (contoh: kafein dari biji kopi/teh, minyak atsiri dari bahan alami).
Memurnikan produk dari pengotor terlarut.
Mengkonsentrasikan bahan aktif (misal obat, senyawa farmasi).
Mengurangi kadar senyawa berbahaya dari larutan proses.
Digunakan di industri farmasi, pangan, petrokimia, dan lingkungan.
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali. 2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein. 3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi. 4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung 5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien.
Zahra Herlinda irfani/34 1. metode destilasi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. 2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi cair-cair berupa dua lapisan cairan yang terpisah, karena proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan dua zat cair yang tidak saling larut sempurna 3. 1. Gunakan corong pisah dengan benar. 2. Lakukan ekstraksi berulang 3. Diamkan sampai lapisan benar-benar terpisah. 4. Gunakan pelarut organik yang tepat 5. memastikan ph larutan netral 4. mudah terbakar, uap beracun, iritan kulit, pencemaran lingkungan 5. Untuk memisahkan komponen tertentu dari campuran cair dengan bantuan dua pelarut yang tidak saling larut
1. Destilasi => titik didih 2. Hasil akhir yg berupa dua lapis mendapat krmurniaan kafein => terlarut (deksan/alc) yg mengambil zat & warna berubah artinya ekstraksi berjalan 3. Pelarut => destilasi, ketika kita mempunyai pelarut berulang hingga 10x tidak ada alkohol dan ekstart hingga warnanya menjadi pekat 4. Bahan yang mengandung unsur C-H-O dikimia organik disebut titik didihnya rendah, timah contohnya 5. Tujuan nya untuk mengambil tensi ekstraksi minyak aciir
1. Destilasi adalah metode pemisahan yang menggunakan perbedaan titik didih antara komponen-komponen dalam suatu campuran. Dalam proses destilasi, campuran dipanaskan hingga komponen dengan titik didih lebih rendah menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan. Contohnya, destilasi alkohol yang memiliki titik didih lebih rendah daripada air.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dengan contoh kafein dari teh adalah kafein yang telah dipisahkan dari komponen lain dalam teh, biasanya berupa kristal atau serbuk putih.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, perlu dilakukan pemilihan pelarut yang tepat dan kontrol terhadap kondisi proses seperti suhu dan waktu ekstraksi. Parameter uji yang dapat dilakukan adalah analisis spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan konsentrasi kafein dalam larutan.
4. Penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi Cair-Cair dapat memiliki resiko atau bahaya seperti mudah terbakar (flammable), toksisitas, dan dampak lingkungan. Contoh pelarut organik yang digunakan dalam ekstraksi adalah n-hexane yang memiliki titik didih 70°C dan mudah terbakar.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi Cair-Cair dalam bidang industri adalah untuk mengambil zat esensi atau komponen yang diinginkan dari suatu bahan, seperti ekstraksi kafein dari teh atau kopi untuk menghasilkan produk kafein yang murni.
Devita Apriliana XI TKI-1 1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih antar komponen. Proses ini melibatkan pemanasan larutan hingga komponen dengan titik didih lebih rendah menguap lebih dulu, lalu uap dikondensasikan kembali menjadi cairan murni.
- Jenis-jenis destilasi:
- Destilasi Sederhana: Untuk campuran dua cairan dengan perbedaan titik didih > 25°C.
- Destilasi Fraksionasi: Untuk campuran dengan perbedaan titik didih kecil; menggunakan kolom fraksionasi.
- Destilasi Uap: Digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap panas (misalnya minyak atsiri).
- Destilasi Vakum: Dilakukan pada tekanan rendah untuk menurunkan titik didih, cocok untuk senyawa yang mudah terurai pada suhu tinggi.
2. Ekstraksi cair-cair menghasilkan dua lapisan cairan:
- Lapisan atas atau bawah tergantung pada massa jenis pelarut (misal: pelarut organik vs air)
- Setelah ekstraksi selesai dan dilakukan pemisahan:
- Fasa hasil ekstraksi berbentuk cairan jernih atau berwarna, tergantung jenis zat terlarut
- Bisa mengandung sedikit emulsi atau partikel halus jika pemisahan kurang sempurna
3. Langkah untuk memastikan pemisahan sempurna tanpa kehilangan kafein:
- Pemilihan pelarut yang selektif terhadap kafein (misalnya diklorometana atau etil asetat)
- Pengadukan dan waktu kontak cukup lama agar kafein pindah ke pelarut
- Ekstraksi berulang (multiple extraction) untuk memaksimalkan pemindahan kafein
- Pemisahan lapisan sempurna menggunakan corong pisah
- Pengeringan pelarut menggunakan natrium sulfat anhidrat (menghilangkan sisa air)
4. Penggunaan pelarut organik menyimpan risiko besar jika tidak diikuti prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja):
- Bahaya yang umum:
- Inflamabilitas (mudah terbakar): seperti eter, kloroform, dan etil asetat
- Toksisitas (keracunan): bisa diserap melalui kulit, inhalasi, atau tertelan
- Iritasi kulit dan saluran pernapasan
- Bahaya lingkungan: jika dibuang sembarangan, mencemari air dan tanah
Anisa Fitria (07) 1. destilasi adalah metode pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan campuran dua zat cair yang punya titik didih berbeda. 2. hasil akhir ekstraksi cair-cair berupa dua lapisan cairan yang terpisah, yaitu lapisan air dan lapisan pelarut organik yang mengandung kafein. 3. gunakan rasio pelarut yang tepat, aduk merata, ulang ekstraksi beberapa kali, dan atur pH supaya kafein larut sempurna ke pelarut organik. 4. Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair punya risiko seperti beracun, mudah terbakar, dan bisa menyebabkan iritasi. 5. untuk memisahkan atau mengambil senyawa penting dari bahan cair, misalnya kafein.
Indri Indira (27) 1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih, dengan berbagai jenis seperti destilasi sederhana, fraksionasi, uap, dan vakum, tergantung pada sifat zat yang dipisahkan. 2. Hasil akhir ekstraksi cair-cair berupa dua fase terpisah (organik dan air), dan jika pelarutnya diuapkan, senyawa target (seperti kafein) dapat berbentuk kristal atau serbuk padat. 3. Pemisahan fase yang sempurna dipastikan dengan pengamatan visual batas fase, penghilangan emulsi (misal dengan NaCl atau sentrifugasi), dan ekstraksi berulang. 4. Risiko penggunaan pelarut organik meliputi toksisitas, mudah terbakar, dan iritasi. Pencegahan dilakukan dengan bekerja di lemari asam, menggunakan APD, dan penyimpanan yang tepat. 5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri mencakup pemurnian senyawa (seperti kafein), isolasi produk farmasi, pengolahan limbah, dan ekstraksi minyak atsiri, karena metode ini efisien, selektif, dan mudah diskalakan.
Aisyah Ratri A/02 1. metode destilasi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih 2. dihasilkan dua lapisan cairan (fase organik dan fase air), bentuk akhir tetap cair dengan warna/kejernihan berbeda. 3. terdapat banyak faktor, menggunakan pelarut yang tepat, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi. 4. Bersifat racun dan flammable (mudah terbakar) 5. mengambil zat esensi dalam larutan
1. Metode destilasi adalah salah satu metode pemisahan yang berdasarkan dari titik didihnya. Tahapan metode ini dimulai dari pemanasan terlebih dahulu. 2. Tidak tercampurnya larutan adalah hasil akhir dari praktikum ekstraksi cair-cair. 3. Perlu melakukan pemilihan pelarut dan mengontrol kondisi prosesnya, seperti suhu dan waktu ekstraksi. Lakukan esktraksi beberapa kali dan atur pHnya. 4. Biasanya bersifat mudah terbakar. Jadi, penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 sangat berbahaya jika terhirup ataupun kontak secara langsung. 5. Dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri untuk mengambil zat esensi dalam larutan.
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponennya. 2.Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah yaitu pelarut organik yang mengandung kafein dan lapisan air 3. ketika kita mempunyai pelarut berulang dan ekstart ,bisa dipakai untuj ekstraksi selanjutnya 4. mudah terbakar (highly flammable) karena bahan yang di dalamnya mengandung c-h-o dan uapnya bisa meledak jika ada percikan api. 5. Tujuan utama dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam skala industri adalah untuk memisahkan atau memurnikan suatu zat dari campurannya secara efisien dan ekonomis.
1.metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya.
2.Fase organik: Mengandung senyawa yang larut dalam pelarut organik (misalnya kafein dalam kloroform). Fase air/aqueous: Sisa larutan awal yang tidak larut dalam pelarut organik.
3.Gunakan corong pisah dengan benar dan biarkan kedua fase memisah sempurna (jangan tergesa-gesa).
Pastikan tidak terjadi emulsi (campuran tak terpisah) selama pengocokan.
Lakukan ekstraksi berulang (multiple extraction) untuk memastikan semua kafein pindah ke pelarut organik.
Jangan buang fase manapun sebelum diuji keberadaan kafein.
Spektrofotometri UV-Vis: Untuk mengukur konsentrasi kafein pada fase hasil ekstraksi.
Kromatografi (TLC atau HPLC): Untuk memastikan keberadaan dan kemurnian kafein di fase hasil ekstraksi.
Gravimetri (jika dilakukan evaporasi pelarut): Menimbang berat kafein murni hasil penguapan.
4.Volatilitas tinggi → mudah menguap dan menyebabkan pencemaran udara (inhalasi berbahaya).
Inflamabilitas → mudah terbakar (misalnya etil asetat, eter).
Toksisitas → beracun jika terhirup, terserap kulit, atau tertelan.
Reaktivitas kimia → bisa bereaksi dengan bahan lain jika tidak disimpan dengan baik.
5.memisahkan dan memurnikan senyawa tertentu, memperoleh bahan baku bernilai tinggi,efiensi proses produksi lebih cepat
1. Sebutkan & Jelaskan macam-macam fluida serta macam-macam viskositas ! 2. Apa tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur, serta alat ukur mana yang direkomendasikan! 3. Apa perbedaan utama antara aliran laminar dan turbulen, dan bagaimana cara mengetahui suatu aliran termasuk yang mana? 4. Kasih contoh soal dan cara penyelesaiannya persamaan bernoulli! 5. Faktor apa saja yabg mempengaruhi pengukuran aliran fluida? 6. Jelaskan apa itu densitas dan temperatur!
Aldyansyah Putra (03) 1. - Macam Macam Fluida Fluida Statis (Diam) Fluida yang tidak bergerak, hanya dipengaruhi tekanan dan gaya gravitasi. Contoh: air dalam gelas yang diam. Fluida Dinamis (Mengalir) Fluida yang mengalir, dipengaruhi kecepatan, tekanan, dan gesekan. Contoh: air dalam pipa, angin, minyak di saluran. Fluida Ideal Fluida teoretis, tak memiliki viskositas dan tak bisa dikompresi. Digunakan dalam penyederhanaan perhitungan. Fluida Nyata (Real) Fluida yang ada di dunia nyata, memiliki viskositas dan bisa mengalami gesekan serta turbulensi. - Viskositas Viskositas adalah ukuran kekentalan atau hambatan fluida terhadap aliran. Viskositas tinggi, fluida kental, alirannya lambat (contoh: madu) Viskositas rendah, fluida encer, alirannya cepat (contoh: air)
2. Jika terdapat fluida yang kental susah untuk mengkondisikan aliran pipa yang dapat menyebabkan kebuntuan pada pipa, dapat menggunakan alat magnetic flow meter.
3. Dengan membedakan bahwa laminar merupakan aliran yang tenang dan turbulen merupakan aliran yang tidak tenang, dalam matematika di dasarkan pada rumus NRe dari Reynolds Number, Laminar <1500 dan Turbulen 2100>.
4. Air mengalir dalam pipa horizontal yang diameternya mengecil di titik B, kecepatan air naik jadi 4m/s. Jika massa jenis air 1.000kg/m^3 berapa tekanan di titik B? Rumus : P1+1/2pv1^2+pgh1 = P2+1/2pv2^2+pgh2 Diketahui : P1 : 120.000 Pa v1 : 2m/s v2 : 4m/s pgh : 1000kg/m^3 Jawaban : 120.000+1/2(1000)(2)^2 = P2+1/2(1000)(4)^2 P2 = 122.000 - 8.000 P2 = 114.000 Pa
5. Karakteristik fluida, kondisi aliran, pemasangan alat ukur, dan bilangan Reynolds.
6. Densitas (ρ) Densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat, yaitu massa per satuan volume. Semakin besar densitas, semakin berat zat tersebut dalam volume yang sama. Temperatur (T) Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau energi kinetik rata-rata partikel dalam suatu zat. Diukur dalam °C (Celcius), K (Kelvin), atau °F (Fahrenheit). Semakin tinggi temperatur, partikel bergerak lebih cepat dan zat bisa memuai atau berubah fase.
Nomor 1 - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2 Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3 -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4 Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
Nomor 5 faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6 Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida: - Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara) - Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas: - Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran) - Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah: - Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran - Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan: - Flow meter ultrasonik - Flow meter magnetik - Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah: - Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur - Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen: - Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran - Re < 2000: aliran laminar - Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida: - Viskositas fluida - Densitas fluida - Kecepatan fluida - Tekanan fluida - Suhu fluida - Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
DINDA NAZILATUL FAJRI/20 1. Macam-macam fluida dan viskositas
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida: - Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara) - Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas: - Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran) - Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah: - Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran - Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan: - Flow meter ultrasonik - Flow meter magnetik - Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah: - Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur - Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen: - Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran - Re < 2000: aliran laminar - Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida: - Viskositas fluida - Densitas fluida - Kecepatan fluida - Tekanan fluida - Suhu fluida - Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
Nomor 1 - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2 Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3 -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4 Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
Nomor 5 faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6 Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
1. terdapat 2 macam fluida yakni - incompressible fluids (fluida tak mampu mampat) fluida jika ditekan tidak mengalami perubahan sifat atau densitasnya - compressible fluids (fluida mampu mampat) fluida jika ditekan mengalami perubahan sifat viskositas terbagi menjadi tiga jenis mulai viskositas absolut/dinamis, viskositas spesifik, viskositas kinematis 2. dalam fluida ada yang dinamakan non newtonian (kental) dan sludge/slurry (becean) ini menjadi tantangan tersendiri dalam fluida karena tergantung partikel padatannya 3. perbedaan besarnya adalah dibilangan reynolds pada aliran laminar itu alirannya tenang dan stabil menunjukkan re 1500 dan turbulen terlihat tidak stabil, kacau, alirannya sangat cepat renya 2100 keatas 5. faktor yang mempengaruhi pengukuran diantaranya: - jenis fluida - temperatur dan tekanan - kecepatan dan jenis aliran - kondisi pipa - kalibrasi dan kualitas alat ukur - kebersihan sensor/alat 6. densitas merupakan satuan yang menunjukkan beberapa berat untuk setiap satuan volume dari suatu massa temperatur menunjukkan adanya energi panas pada suatu benda padat cair dan gas
1. Fluida Statis: Tidak bergerak, hanya dipengaruhi tekanan & gravitasi. Contoh: air diam di gelas. Fluida Dinamis: Mengalir, dipengaruhi kecepatan dan gesekan. Fluida Ideal:Fluida tanpa viskositas. Fluida Nyata: Fluida yang punya viskositas. Macam Viskositas: Viskositas Tinggi: Kental, alirannya lambat (contoh: madu). Viskositas Rendah: Encer, alirannya cepat (contoh: air).
2. Fluida kental/lumpur sulit mengalir, bisa menyumbat pipa. Solusi: Gunakan magnetic flow meter karena bisa mengukur tanpa hambatan langsung dan cocok untuk fluida non-bersih.
3. Laminar: Aliran tenang, rapi, teratur. Turbulen: Aliran kacau, tidak beraturan.
4. Soal: Air mengalir dari pipa besar ke kecil. P₁ = 120.000 Pa v₁ = 2 m/s v₂ = 4 m/s ρ = 1000 kg/m³ Jawab (pakai Bernoulli): P₁ + ½ρv₁² = P₂ + ½ρv₂² → 120.000 + ½(1000)(2)² = P₂ + ½(1000)(4)² → 120.000 + 2.000 = P₂ + 8.000 → P₂ = 122.000 – 8.000 = 114.000 Pa
5. Jenis fluida (kental/encer) Kondisi aliran (laminar/turbulen) Posisi alat ukur Bilangan Reynolds
6. Densitas (ρ): Massa per volume. Semakin besar, semakin berat zatnya. Temperatur (T): Ukuran panas/zat, makin tinggi suhu → partikel makin cepat bergerak. Bisa ubah bentuk atau volume.
Indri Indira I. (27) 1. Fluida itu ada yang ideal dan nyata. Fluida ideal tidak ada gesekan, cuma teori. Fluida nyata itu seperti air atau udara yang kita pakai sehari-hari. Kalau fluida diam, disebut statis. Kalau mengalir, disebut dinamis. Viskositas adalah ukuran kekentalan. Air itu viskositasnya rendah, mudah mengalir. Madu atau oli kental, viskositasnya tinggi. 2. Mengukur fluida kental atau berlumpur itu sulit karena bisa menyumbat alat. Selain itu, hasilnya sering berubah-ubah karena viskositasnya tidak stabil. Alat yang cocok adalah magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter. 3. Aliran laminar itu tenang dan rapi, seperti air yang mengalir pelan. Aliran turbulen itu berantakan, seperti air yang deras dan berputar 4. Soal: Air mengalir dari pipa besar ke kecil. P₁ = 120.000 Pa v₁ = 2 m/s v₂ = 4 m/s ρ = 1000 kg/m³ Jawab (pakai Bernoulli): P₁ + ½ρv₁² = P₂ + ½ρv₂² → 120.000 + ½(1000)(2)² = P₂ + ½(1000)(4)² → 120.000 + 2.000 = P₂ + 8.000 → P₂ = 122.000 – 8.000 = 114.000 Pa 5. Yang memengaruhi pengukuran aliran antara lain: Jenis fluida, suhu, tekanan, kecepatan aliran, ukuran pipa, dan kebersihan alat 6. Densitas adalah seberapa padat suatu zat. Rumusnya massa dibagi volume. Contoh: air punya densitas 1000 kg/m³. Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya zat. Temperatur memengaruhi kecepatan aliran dan kekentalan fluida.
1. Jenis-jenis Fluida dan Viskositas Fluida terbagi menjadi: Cair: volume tetap, bentuk mengikuti wadah. Gas: bentuk dan volume berubah mengikuti wadah. Statis: fluida diam, dipelajari dalam hidrostatika. Dinamis: fluida bergerak, dipelajari dalam hidrodinamika. Viskositas terdiri dari: Viskositas dinamik: mengukur tahanan fluida terhadap aliran. Viskositas kinematik: perbandingan viskositas dinamik dengan densitas fluida.
2. Tantangan Mengukur Fluida Kental Fluida kental sulit diukur karena alirannya tidak merata, mudah berubah akibat suhu, dan bisa menyumbat alat ukur. Alat yang direkomendasikan: - Coriolis Mass Flow Meter -Positive Displacement Flow Meter -Magnetic Flow Meter
3. Aliran Laminar vs Turbulen Laminar: aliran teratur dan sejajar, terjadi pada kecepatan rendah. Turbulen: aliran kacau dan berpola pusaran, terjadi pada kecepatan tinggi. Untuk membedakannya, amati pola aliran dan bandingkan karakteristiknya dengan teori.
Langkah penyelesaian: 1. Hitung kecepatan di penampang kecil: A1 × v1 = A2 × v2 → v2 = 4 m/s 2. Gunakan hukum Bernoulli untuk mencari tekanan P2: P2 = 28.000 Pa
5. Faktor Pengaruh Pengukuran Fluida Pengukuran dipengaruhi oleh: Sifat fluida (viskositas, suhu, densitas) Kondisi aliran (laminar/turbulen) Cara pemasangan alat ukur
6. Pengertian Temperatur dan Densitas Temperatur: ukuran panas/dingin benda, berkaitan dengan energi kinetik partikel. Densitas: tingkat kerapatan zat, dihitung dari massa per volume satuan.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06 1. Macam-macam fluida dan viskositas terbagi menjadi beberapa jenis. Fluida ideal adalah fluida teoritis tanpa viskositas dan tidak dapat dimampatkan, sedangkan fluida nyata memiliki viskositas dan sifat alir yang sesuai kenyataan. Fluida juga dibedakan menjadi kompresibel (seperti gas, densitasnya bisa berubah) dan inkompresibel (seperti air, densitasnya tetap). Sementara itu, viskositas terbagi menjadi dua jenis, yaitu viskositas dinamis yang menunjukkan ketahanan fluida terhadap aliran (dengan satuan Pa·s) dan viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamis dibagi densitas, dengan satuan m²/s.
2. Pengukuran fluida kental atau berlumpur memiliki tantangan tersendiri, seperti risiko penyumbatan alat, viskositas tinggi, serta adanya partikel padat dalam aliran. Hal ini membuat pembacaan alat menjadi tidak akurat jika menggunakan metode konvensional. Untuk kondisi tersebut, alat yang direkomendasikan adalah magnetic flowmeter untuk fluida konduktif, dan ultrasonic Doppler flowmeter untuk fluida berlumpur karena keduanya tidak memiliki bagian bergerak dan tahan terhadap gangguan partikel padat.
3. Aliran fluida dapat dibagi menjadi aliran laminar dan turbulen. Aliran laminar memiliki pola aliran yang teratur dan tenang, biasanya terjadi pada kecepatan rendah dan bilangan Reynolds (Re) di bawah 2000. Sebaliknya, aliran turbulen bersifat kacau dan berputar-putar, dengan Re di atas 4000. Untuk mengetahui jenis aliran tersebut, digunakan perhitungan bilangan Reynolds yang mempertimbangkan kecepatan fluida, densitas, viskositas, dan diameter pipa.
4. Contoh penerapan persamaan Bernoulli adalah ketika air mengalir dari pipa besar ke pipa kecil dengan perbedaan ketinggian. Misalnya, jika kecepatan awal air 2 m/s di ketinggian 3 m, dan mengalir ke pipa di ketinggian 1 m, maka kecepatan akhirnya dapat dihitung dengan rumus Bernoulli:
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida antara lain tekanan dan temperatur fluida, viskositas, kecepatan aliran, diameter pipa, dan jenis alat ukur yang digunakan. Selain itu, stabilitas aliran (laminar atau turbulen) juga memengaruhi akurasi hasil pengukuran.
6. Densitas adalah massa fluida per satuan volume (kg/m³), yang sangat memengaruhi perhitungan aliran fluida, terutama dalam sistem tertutup. Sementara itu, temperatur adalah ukuran panas atau energi termal suatu zat, yang dapat memengaruhi viskositas dan densitas fluida. Semakin tinggi suhu, biasanya viskositas menurun, sehingga aliran menjadi lebih lancar.
1. sebutkan dan jelaskan macam'' fluida serta macam'' viskositas! jawab: A. macam' fluida ada beberapa kriteria • wujud • pergerakan • responsnya terhadap gaya geser
1. jika berdasarkan Wujud Fluida Cair (Liquid) : Fluida Gas (Gas)
2. Berdasarkan Respons Terhadap Gaya Geser Fluida Newtonian Fluida yang viskositasnya konstan dan tidak berubah-ubah meskipun gaya geser yang diberikan padanya berubah. Hubungan antara tegangan geser (shear stress) dan laju regangan geser (shear rate) adalah linier.
Fluida Non-Newtonian Fluida yang viskositasnya berubah-ubah tergantung pada gaya geser atau laju regangan geser yang diberikan.
3.Berdasarkan Pergerakan • Fluida Statis • Fluida Dinamis B. Macam-Macam Viskositas 1. Viskositas Dinamik Viskositas dinamik mengukur seberapa besar gaya geser yang dibutuhkan untuk mempertahankan suatu laju regangan geser tertentu. 2. Viskositas Kinematik Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik dengan massa jenis (densitas) fluida.
2.Mengukur fluida kental atau berlumpur itu susah karena: • Fluida kental punya gesekan internal tinggi, bisa bikin alat ukur biasa macet • Fluida berlumpur punya partikel padat yang bisa mengikis, menyumbat, atau merusak sensor. • Aliran tidak merata, jadi pengukuran kecepatan jadi tidak akurat. Alat Ukur yang Direkomendasikan: • Coriolis Mass Flow Meter Paling akurat karena mengukur massa langsung, bukan volume.
3.Aliran laminar itu rapi, gerakannya teratur seperti lapisan-lapisan yang meluncur mulus. Sedangkan aliran turbulen itu kacau, bergejolak, dan banyak pusaran. Kita bisa tahu suatu aliran termasuk yang mana dengan menghitung Bilangan Reynolds (Re): jika Re di bawah 2.000, alirannya laminar; jika di atas 4.000, alirannya turbulen.
4.Bayangkan kamu sedang menyiram tanaman pakai selang. Selang itu punya dua bagian dengan ukuran berbeda.
• Bagian yang tebal (seperti selang normal) punya kecepatan air 1 m/s dan tekanan 120.000 Pa. • Lalu, di ujung selang, kamu tekan dengan jempol sehingga lubangnya jadi lebih kecil. Di bagian yang kecil itu, kecepatan airnya jadi 4 m/s.
Pertanyaannya: Berapa tekanan air di ujung selang yang kamu tekan dengan jempol itu? (Anggap densitas air ρ=1.000kg/m3).
Karena selang ini lurus (horizontal), kita bisa pakai rumus yang lebih sederhana:
Pbesar+21ρvbesar2=Pkecil+21ρvkecil2
Di mana diketahui: • Pbesar = Tekanan di bagian selang yang besar (120.000 Pa) • vbesar = Kecepatan di bagian selang yang besar (1 m/s) • vkecil = Kecepatan di bagian selang yang kecil (4 m/s) • ρ = Densitas air (1.000 kg/m3) Dicari : Pkecil = Tekanan di bagian selang yang kecil
Langkah-langkah penyelesaiannya • Susun ulang rumusnya untuk mencari Pkecil: Pkecil=Pbesar+21ρvbesar2−21ρvkecil2 Atau biar lebih ringkas: Pkecil=Pbesar+21ρ(vbesar2−vkecil2) Pkecil=120.000+21(1.000)×(12−42) Pkecil=120.000+500×(1−16) Pkecil=120.000+500×(−15) Pkecil=120.000−7.500 Pkecil=112.500 Pa
Tekanan air di ujung selang yang kamu tekan dengan jempol adalah 112.500 Pa.
5. Tiga faktor utama yang memengaruhi pengukuran aliran fluida adalah sifat fluida (kekentalan, densitas, partikel), kondisi aliran (turbulen, tidak stabil), dan pemasangan serta pemeliharaan alat (instalasi, kalibrasi).
6.#Densitas atau sering disebut massa jenis adalah ukuran seberapa padat suatu benda. #Temperatur atau suhu adalah ukuran seberapa panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur sebenarnya mengukur energi kinetik rata-rata dari molekul-molekul dalam suatu benda.
Aqila madu/XI TKI-1/08 1. Fluida ada dua, yaitu cair dan gas. Viskositas ada dua juga: dinamis (mengukur kekentalan) dan kinematik (perbandingan viskositas dengan densitas). 2.Fluida kental sulit diukur karena alirannya lambat dan bisa menyumbat alat. Flowmeter elektromagnetik atau ultrasonik cocok digunakan karena tahan terhadap lumpur dan partikel. 3.Laminar mengalir halus, turbulen berputar-putar. Kita bisa mengetahuinya lewat bilangan Reynolds. Di bawah 2000 laminar, di atas 4000 turbulen. 4. Jika air mengalir lebih cepat di pipa kecil, tekanannya jadi lebih rendah. Dengan rumus Bernoulli, kita bisa hitung tekanan berdasarkan perubahan kecepatan. 5. Faktor pengukuran aliran fluida Yang memengaruhi antara lain viskositas, densitas, suhu, tekanan, jenis aliran, dan kondisi pipa. 6.Densitas dan temperatur Densitas adalah massa per volume. Temperatur adalah ukuran panas dinginnya zat yang memengaruhi sifat fluida.
1.) a) macam macam fluida: 1) Fluida statis: fluida yang tidak bergerak, dipengaruhi tekanan dan gaya gravitasi. 2) Fluida dinamis: fluida yang mengalir, dipengaruhi kecepatan, tekanan, dan gesekan. b)Macam-macam viskositas: 1) Viskositas dinamis: ukuran hambatan fluida terhadap deformasi geser saat mengalir (Pa·s). 2) Viskositas kinematik: perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida (m²/s).
2.) Tantangan utama: aliran tidak stabil, risiko penyumbatan, pengendapan partikel, dan gesekan tinggi yang mempengaruhi akurasi alat. Alat yang direkomendasikan: Magnetic flow meter (tidak memiliki bagian bergerak, cocok untuk fluida kental/berlumpur).
3.) a) Aliran laminar: aliran teratur, lapisan fluida bergerak sejajar, gesekan rendah. b) Aliran turbulen: aliran tidak teratur, banyak pusaran, gesekan tinggi. - Cara mengetahuinya: menggunakan bilangan Reynolds (Re): Re < 2000: laminar Re > 4000: turbulen 2000 ≤ Re ≤ 4000: transisi
4.) Air (ρ = 1,6 × 10³ kg/m3) mengalir melewati pipa mendatar yang makin mengecil. Pada ujung pipa yang besar air melalui kelajuan 6,0 m/s. Perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa adalah 5,6 kPa. Kelajuan air di ujung pipa yang kecil adalah.. Jawab: Persamaan Bernoulli: [ P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2] Jika h1 = h2, maka: P1 – P2 = 1/2 ρ . v²2 – 1/2 ρ . v²1 ∆P = 1/2 ρ (v²2 – v²1) 5.600 = 1/2 1.600 (v²2 – 36) 56 = 8 (v² 2 – 36) v²2 = 43 v2 = 6,557... m/s
5.) Jenis fluida (densitas, viskositas, konduktivitas), suhu dan tekanan, kecepatan aliran.
6.) a) Densitas: massa per satuan volume suatu zat (kg/m³). b) Temperatur: ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat, biasanya dalam °C atau K.
Aulia Nabilla R./10 1. fluida terbagi menjadi dua jenis : a. fluida newtonian: kekentalannya konstan b. fluida non-newtonian: viskositasnya berubah-ubah tergantung kecepatan gerakan
viskositas terbagi menjadi dua: a. viskositas dinamis: mengukur seberapa besar gaya internal fluida untuk melawan aliran. b. viskositas kinematis: Mengukur seberapa cepat fluida mengalir akibat gravitasi. 2. penyumbatan dan kerusakan pada sensor karena partikel padat, viskositas yang tidak stabil, membuat pengukuran sulit, dan terdapat partikel padat yang dapat menyumbat alat. => alat ukur yang direkomendasikan untuk mengatasi masalah ini adalah flowmeter elektromagnetik dan flowmeter ultrasonik. 3. aliran laminar: aliran fluidanya memiliki.pola yang teratur dan terorganisir. => aliran turbulen: aliran fluidanya memilikinpola yang tidak teratur dan acak. untuk mengetahui nya dengan cara melihat bilangan reynoldnya : laminar > 1500, transisi ada dibatas antara laminar dan turbulen, turbulen < 2100 4. Contoh Soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa? => penyelesaian: P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2 dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0. P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 arena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s. P2 = P1 = 100 kPa 5. sifat fluida itu sendiri, seperti viskositas, densitas, suhu, dan tekanan, kondisi pemasangan alat ukur, termasuk adanya turbulensi atau getaran di pipa, jenis alat ukur yang digunakan. 6. densitas : ukuran seberapa padat suatu zat. temperatur : ukuran seberapa panas atau dingin suatu benda.
Dinda nazilatul fajri/20 Nomor 1 - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2 Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3 -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4 Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
Nomor 5 faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6 Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
DANISH AKMAL FAIZ XI TKI 1 / 15 Nomor 1 - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2 Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3 -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4 Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
Nomor 5 faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6 Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
Gusti Ayu P. (26) 1. Macam macam Fluida: Fluida ideal — Fluida yang dianggap tidak memiliki viskositas (kekentalan) dan tidak mengalami kehilangan energi akibat gesekan. Fluida nyata — Fluida yang memiliki viskositas dan mengalami gesekan antar lapisan fluida atau antara fluida dengan dinding saluran., Fluida konpresibel — Fluida yang volume atau densitasnya bisa berubah ketika diberi tekanan., Fluida inkonpresibel — Fluida yang dianggap tidak bisa dimampatkan atau volume/densitasnya tetap meski diberi tekanan., Fluida Newtonian — Fluida yang gaya geseknya (viskositas) tidak berubah terhadap perubahan kecepatan alirnya (shear rate). , Fluida non-Newtonian — Fluida yang viskositasnya berubah tergantung pada laju geser (tidak linear). Macam-macam Viskositas: Terdapat 4 macam: dinamis, kinematik, Newtonian, non newtonian 2. Tantangan Utama dalam pengukuran fluida kental/ berlumpur serta alat ukur yang di rekomendasikan: Pengukuran fluida kental atau berlumpur memiliki tantangan seperti viskositas tinggi yang membuat aliran sulit diukur, serta adanya partikel padat yang bisa menyumbat atau merusak alat. Selain itu, fluida ini cenderung mengendap dan dapat menyebabkan abrasi atau korosi pada alat. Untuk mengatasinya, alat yang direkomendasikan adalah magnetic flow meter 3. Perbedaan Aliran laminar dan turbulen: Aliran laminar adalah aliran fluida yang teratur dan halus, di mana partikel fluida bergerak dalam garis lurus atau lapisan sejajar. Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan rendah dan memiliki gesekan yang kecil. Sebaliknya, aliran turbulen bersifat tidak teratur, penuh pusaran, dan kacau, dengan partikel fluida bergerak acak ke segala arah. Aliran turbulen terjadi pada kecepatan tinggi dan menghasilkan gesekan serta kehilangan energi yang lebih besar. 4. Contoh soal persamaan bernoulli: sudah di jelaskan saat presentasi. 5. Faktor mempengaruhi pengukuran aliran Fluida: Jenis Fluida — Gas, cair, temperature, kecepatan dan jenis aliran, kondisi pipa — diameter, kalibrasi, pembersihan sensor atau alat. 6. Penjelasan tentang Densitas dan Temperatur: Densitas merupakan Ukuran seberapa padat suatu zat. Sedangkan Temperatur merupakan Ukuran seberapa panas atau dingin dalam suatu Zat.
Zahra Herlinda I./34 1. Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida: - Fluida Newtonian - Fluida non-Newtonian
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas: - Viskositas dinamis - Viskositas kinematik 2. Tantangan: Endapan, penyumbatan, aliran tak stabil, abrasif.
Alat: Magnetic flowmeter, ultrasonic flowmeter. 3.Aliran laminar → aliran teratur, garis-garis alir sejajar, gesekan kecil, biasanya pada kecepatan rendah.
Aliran turbulen → aliran kacau, banyak pusaran, gesekan besar, biasanya pada kecepatan tinggi. 4. Diketahui: P₁ = 200 kPa, v₁ = 2 m/s, P₂ = 100 kPa, ρ = 1000 kg/m³, h₁ = h₂. Hitung v₂!
7. Jenis fluida (Newtonian / non-Newtonian) 6.Densitas adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat, satuan kg/m³. Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat, satuan °C atau K.
Fluida ideal → dianggap tidak memiliki viskositas dan tidak mengalami kehilangan energi. Hanya ada di teori.
Fluida nyata (real fluid) → memiliki viskositas dan sifat kompresibilitas, contohnya air, udara, oli.
Fluida Newtonian → viskositasnya konstan pada berbagai laju geser, misalnya air, minyak mineral.
Fluida non-Newtonian → viskositasnya berubah tergantung laju geser, misalnya cat, darah, lumpur.
Macam-macam viskositas
Viskositas dinamis (μ) → mengukur hambatan internal fluida terhadap aliran akibat gesekan antar molekul, satuan Pa·s atau cP.
Viskositas kinematis (ν) → perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida, satuan m²/s atau cSt.
2. Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur & alat rekomendasi
Tantangan utama:
Alat ukur mudah tersumbat oleh partikel padat.
Laju alir tidak stabil akibat sedimentasi atau perubahan konsistensi.
Abrasi (pengikisan) pada sensor.
Sulit menjaga kebersihan sensor karena endapan cepat terbentuk.
Alat yang direkomendasikan:
Magnetic flow meter (tidak ada bagian bergerak dan cocok untuk fluida konduktif, termasuk lumpur).
Ultrasonic flow meter tipe clamp-on (tidak kontak langsung dengan fluida).
3. Perbedaan aliran laminar & turbulen, dan cara mengetahuinya
Aliran laminar: aliran fluida teratur, partikel bergerak sejajar, kehilangan energi rendah, terjadi pada bilangan Reynolds rendah (Re < 2000).
Aliran turbulen: aliran tidak teratur, banyak pusaran (eddy), kehilangan energi tinggi, terjadi pada bilangan Reynolds tinggi (Re > 4000).
Cara mengetahui: hitung Reynolds number →
Re = \frac{\rho v D}{\mu}
Re = \frac{v D}{\nu}
ρ = densitas (kg/m³)
v = kecepatan alir (m/s)
D = diameter pipa (m)
μ = viskositas dinamis (Pa·s)
ν = viskositas kinematis (m²/s)
4. Contoh soal & penyelesaian persamaan Bernoulli Soal: Air mengalir dalam pipa horizontal dari titik 1 ke titik 2. Kecepatan di titik 1 adalah 2 m/s, tekanan 250 kPa, di titik 2 kecepatan 4 m/s. Tentukan tekanan di titik 2 (abaikan kerugian energi). Densitas air = 1000 kg/m³.
Penyelesaian: Persamaan Bernoulli untuk pipa horizontal (z₁ = z₂):
1. fluida ideal→ nggak punya viskositas (hambatan aliran), nggak ada gaya gesek di dalamnya, sifatnya cuma teori buat memudahkan perhitungan. 2. fluida nyata→ punya viskositas, bisa mengalami gesekan, ini yang ada di dunia nyata seperti air, minyak, udara. 3. fluida kompresibel → volumenya bisa berubah kalau ditekan/dipanasin, contohnya udara & gas. 4. fluida inkompresibel → volumenya dianggap tetap walau ditekan, contohnya air (untuk perhitungan teknik biasanya air dianggap inkompresibel).
* macam-macam viskositas
1. viskositas dinamis (μ) → ukuran tahanan fluida terhadap geser (shear), dinyatakan dalam satuan Pa·s atau cP. 2. viskositas kinematis (ν)→ perbandingan viskositas dinamis dengan densitas fluida, satuannya m²/s atau cSt.
2. tantangan utama pengukuran fluida kental/berlumpur & alat yang direkomendasikan
* tantangan utama
partikel padat di dalam lumpur bisa nyumbat sensor. aliran nggak stabil (ada gumpalan). viskositas tinggi bikin pengukuran kecepatan susah. korosi atau abrasi ke sensor kalau partikel kasar. * alat ukur yang direkomendasikan
magnetic flow meter→ cocok buat fluida konduktif, nggak ada bagian mekanis di dalam, jadi nggak gampang nyumbat. ultrasonic flow meter → pake gelombang ultrasonik, cocok buat cairan kental & berlumpur.
3.-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
4.Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
5. faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
* densitas fluida * viskositas * temperatur * tekanan * jenis aliran (laminar/turbulen) * kebersihan pipa (korosi/kerak) * kalibrasi alat ukur
6. pengertian densitas & temperatur
* densitas (ρ)→ massa fluida per satuan volume, satuannya kg/m³. menentukan berat jenis dan mempengaruhi perhitungan aliran. * temperatur→ ukuran panas/dingin fluida, mempengaruhi viskositas, densitas, dan tekanan.
Keyla Adrika R. (30) 1. Sebutkan & Jelaskan macam-macam fluida serta macam-macam viskositas !
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida: - Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara) - Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas: - Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran) - Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Apa tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur, serta alat ukur mana yang direkomendasikan!
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah: - Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran - Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan: - Flow meter ultrasonik - Flow meter magnetik - Flow meter Coriolis
3. Apa perbedaan utama antara aliran laminar dan turbulen, dan bagaimana cara mengetahui suatu aliran termasuk yang mana?
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah: - Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur - Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen: - Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran - Re < 2000: aliran laminar - Re > 4000: aliran turbulen
4. Kasih contoh soal dan cara penyelesaiannya persamaan bernoulli!
Contoh soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor apa saja yabg mempengaruhi pengukuran aliran fluida?
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida: - Viskositas fluida - Densitas fluida - Kecepatan fluida - Tekanan fluida - Suhu fluida - Geometrik pipa atau saluran
6. Jelaskan apa itu densitas dan temperatu
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
KELOMPOK 3 1. Jelaskan tentang absorpsi kimia 2. Dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan metode regenerasi yang digunakan pelarut apa? 3. Fungsi absoropsi dalam industri? 4. Apa perbedaan absorben reaktif & non reaktif? 5. Apakah absorben hanya berupa cairan? 6. Bagaimana cara menangani fenomena foaming yang sering terjadi di dalam kolom absorpsi dan apa dampaknya jika tidak ditangani?
1. Proses Absorpsi Kimia H₂S dengan NaOH Absorpsi kimia H₂S dengan NaOH terjadi melalui reaksi asam-basa. H₂S yang bersifat asam bereaksi dengan NaOH sebagai basa kuat membentuk ion sulfid dan air Proses ini berlangsung dalam kolom absorpsi di mana gas H₂S dikontakkan dengan larutan NaOH. Proses ini efektif untuk menghilangkan H₂S dari gas buang atau gas alam.
2. Pelarut yang dapat diregenerasi dengan pemanasan (melalui stripping atau desorpsi) adalah amina, seperti:
MEA (Monoethanolamine) DEA (Diethanolamine) MDEA (Methyldiethanolamine)
Proses regenerasi ini umumnya dilakukan dalam reboiler pada menara desorpsi, sehingga gas yang terserap dapat dipisahkan dan pelarut digunakan kembali.
3. Fungsi utama proses absorpsi dalam industri adalah: Pemurnian gas alam dari CO₂, H₂S, NH₃ Kontrol emisi gas buang (SO₂, NOx) Produksi bahan kimia seperti HCl, Cl₂ Pengolahan biogas dan syngas Recovery solvent dan pemisahan gas dalam unit pemrosesan
4. Jenis Absorben Kimia Karakteristik dan Contoh : Reaktif, Bereaksi kimia dengan gas yang diserap MEA (dengan CO₂), NaOH (dengan H₂S) Non-Reaktif, Hanya melarutkan gas secara fisik (tanpa reaksi) Air, gliserol, pelarut organik.
5. Umumnya, absorpsi menggunakan pelarut cair karena efisiensi kontak gas–cair lebih tinggi. Namun secara prinsip, absorpsi gas juga bisa terjadi dalam fase padat atau polimer khusus, tetapi itu sudah masuk ke adsorpsi atau absorpsi padat, yang berbeda dari absorpsi cair konvensional.
6. Foaming adalah pembentukan busa berlebihan akibat kontaminan, kecepatan gas tinggi, atau sifat larutan amina.
Cara Penanganan: Gunakan antifoam agent (silikon, polimer) Kontrol pH dan suhu larutan Gunakan demister pad atau pemisah mekanik Bersihkan larutan secara berkala dari minyak/partikel
Dampak jika tidak ditangani: Penurunan efisiensi absorpsi Flooding (banjir dalam kolom) Kerusakan pompa dan kompresor Overhead carryover (larutan terbawa naik bersama gas)
Berikut jawaban singkat untuk Kelompok 3 – Materi Absorpsi:
1. Jelaskan tentang absorpsi kimia
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia*antara gas dan cairan (absorben). Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan NaOH.
2. Pelarut regenerasi dalam pelepasan gas
Untuk regenerasi (pelepasan gas dari pelarut) melalui pemanasan, pelarut yang umum digunakan adalah MEA (Monoethanolamine) atau NaOH, tergantung jenis gas.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Menghilangkan gas beracun (misalnya H₂S, CO₂) Pemurnian gas Pengendalian emisi Pemisahan komponen campuran gas
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Reaktif: Bereaksi kimia dengan gas (contoh: NaOH + CO₂) Non-reaktif: Tidak bereaksi, hanya melarutkan gas secara fisik (contoh: air untuk NH₃)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
Tidak. Absorben biasanya cairan, tapi juga bisa padatan (contoh: zeolit, karbon aktif) dalam sistem adsorpsi, namun dalam konteks absorpsi, dominan berupa cairan.
6. Cara menangani foaming & dampaknya
Penanganan:
Tambah antifoam agent Jaga kebersihan pelarut Kontrol pH dan suhu Gunakan desain kolom yang tepat
Dampak jika tidak ditangani:
Penurunan efisiensi penyerapan Terjadi (flooding) Kerusakan alat & penurunan kapasitas produksi
1. absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben) berbeda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan. 2. Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif menggunakan metode adsorber-stripper
3. Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas.
4. Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif. Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
5. Absorben tidak harus cairan,absorben bisa berbentuk: - Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam. - Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. - Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi). - Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia*antara gas dan cairan (absorben). Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan NaOH.
2. Pelarut regenerasi dalam pelepasan gas
Untuk regenerasi (pelepasan gas dari pelarut) melalui pemanasan, pelarut yang umum digunakan adalah MEA (Monoethanolamine) atau NaOH, tergantung jenis gas.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Menghilangkan gas beracun (misalnya H₂S, CO₂) Pemurnian gas Pengendalian emisi Pemisahan komponen campuran gas
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Reaktif: Bereaksi kimia dengan gas (contoh: NaOH + CO₂) Non-reaktif: Tidak bereaksi, hanya melarutkan gas secara fisik (contoh: air untuk NH₃)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
Tidak. Absorben biasanya cairan, tapi juga bisa padatan (contoh: zeolit, karbon aktif) dalam sistem adsorpsi, namun dalam konteks absorpsi, dominan berupa cairan.
6. Cara menangani foaming & dampaknya
Penanganan:
Tambah antifoam agent Jaga kebersihan pelarut Kontrol pH dan suhu Gunakan desain kolom yang tepat
Dampak jika tidak ditangani:
Penurunan efisiensi penyerapan Terjadi (flooding) Kerusakan alat & penurunan kapasitas produksi
elya nuraini 21 1. Proses Penyerapan Gas dengan Reaksi Kimia Gas bisa diserap oleh cairan dan bereaksi secara kimia. Contoh: Gas H₂S diserap oleh larutan NaOH dan menghasilkan air serta ion sulfid. Proses ini umum digunakan untuk menghilangkan gas beracun.
2. Regenerasi Pelarut Amina Pelarut seperti MEA, DEA, dan MDEA dapat digunakan kembali. Caranya dengan memanaskannya (desorpsi), agar gas yang terserap dilepaskan dan pelarut bisa dipakai ulang.
3. Fungsi Absorpsi Gas - Menghilangkan gas berbahaya seperti CO₂ dan H₂S - Mengurangi emisi gas buang - Memurnikan dan memisahkan komponen gas - Mengolah biogas dan gas sintetis
4. Absorben Reaktif dan Non-Reaktif Reaktif: bereaksi kimia dengan gas (contoh: MEA dengan CO₂) Non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi (contoh: air, gliserol)
5. Wujud Absorben Absorben biasanya berupa cairan karena lebih efisien. Namun, ada juga yang berbentuk padat seperti polimer, tapi itu termasuk dalam proses adsorpsi, bukan absorpsi biasa.
6. Masalah Foaming (Busa Berlebih) Foaming terjadi karena adanya kontaminasi atau gas berlebih, sehingga terbentuk busa dalam sistem. Cara mengatasinya: -Tambahkan antifoam -Atur pH dan suhu -Gunakan demister -Bersihkan pelarut secara rutin Jika dibiarkan, foaming bisa menurunkan efisiensi, menyebabkan kolom banjir, merusak alat, dan membuat pelarut ikut terbawa gas keluar.
1.Proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia. Contoh: H₂S + NaOH → air + ion sulfid. Digunakan untuk menghilangkan gas beracun.
2.Pelarut amina seperti MEA, DEA, dan MDEA bisa diregenerasi lewat pemanasan (desorpsi) agar gas terlepas dan pelarut bisa dipakai ulang.
3. Fungsi absorpsi dalam industri -Menghilangkan gas berbahaya (CO₂, H₂S) -Menurunkan emisi gas buang -Pemurnian dan pemisahan gas -Pengolahan biogas dan gas sintetik
4.Absorben reaktif bereaksi kimia dengan gas (contoh: MEA-CO₂), sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas tanpa reaksi (contoh: air, gliserol).
5.Umumnya ya, berbentuk cair karena efisien. Tapi bisa juga padat (polimer).
6.Foaming = busa berlebih karena kontaminan/gas tinggi. Cara atasi: antifoam, kontrol pH & suhu, pakai demister, bersihkan pelarut. Dampak jika dibiarkan: efisiensi turun, banjir kolom, alat rusak, larutan terbawa gas.
1.Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan cara mengontakkannya dengan cairan penyerap (absorben) yang diikuti dengan reaksi kimia. Berbeda dengan absorpsi fisik di mana gas hanya larut, di sini gas yang diserap bereaksi dengan absorben. Reaksi ini meningkatkan laju penyerapan dan kapasitas absorben, karena gas yang sudah bereaksi tidak lagi menempati ruang sebagai gas terlarut, sehingga lebih banyak gas dapat terserap. Prosesnya terjadi di dalam sebuah alat yang disebut kolom absorpsi. Pertama, campuran gas dialirkan dari bagian bawah kolom, sementara cairan penyerap mengalir dari bagian atas. Keduanya bergerak berlawanan arah untuk memaksimalkan kontak. Di dalam kolom, terdapat packing atau pelat yang berfungsi memperluas area permukaan kontak. Ketika gas melewati packing yang dibasahi cairan, gas yang ingin diserap berdifusi ke dalam cairan dan segera bereaksi. Setelah reaksi, gas yang sudah bersih keluar dari bagian atas kolom, sedangkan cairan yang kini mengandung produk reaksi dikeluarkan dari bagian bawah.
2.Pelarut yang paling umum digunakan untuk regenerasi melalui pemanasan adalah larutan amina, seperti monoetanolamina (MEA), dietanolamina (DEA), dan metildietanolamina (MDEA). Pelarut ini memiliki kemampuan unik untuk bereaksi secara reversibel dengan gas asam seperti karbon dioksida dan hidrogen sulfida pada suhu rendah.
3.Absorpsi memiliki peran penting dalam berbagai industri. Fungsi utamanya adalah pembersihan gas buang untuk menghilangkan polutan berbahaya seperti sulfur dioksida sebelum dilepaskan ke atmosfer. Selain itu berguna meningkatkan kualitasnya (proses gas sweetening). Fungsi lain adalah pemulihan produk berharga dari aliran gas dan pengeringan gas dengan menyerap uap air menggunakan cairan higroskopis.
4.PerbedaanPerbedaan utama antara absorben reaktif dan non-reaktif terletak pada mekanismenya. Absorben reaktif (kimia) melibatkan reaksi kimia antara gas dan cairan, yang menghasilkan kapasitas penyerapan yang sangat tinggi dan laju absorpsi yang cepat.
5. Tidak, absorber tidak hanya berupa cairan. Meskipun istilah "absorber" sering dikaitkan dengan cairan dalam konteks penyerapan gas (seperti pada scrubber basah), absorber juga dapat berupa padatan atau zat lain yang mampu menyerap suatu zat dari campurannya.
6.Penanganan Foaming Foaming adalah fenomena di mana busa stabil terbentuk di dalam kolom absorpsi, yang dapat mengganggu seluruh proses. Untuk menanganinya, industri biasanya menggunakan agen antifoaming (defoamer) yang disuntikkan ke dalam sistem untuk memecah busa. Selain itu, kontrol ketat terhadap laju aliran gas dan cairan, serta pencegahan kontaminasi, juga sangat penting untuk mencegah foaming.
1. Proses penyerapan gas dengan reaksi kimia Gas masuk ke dalam cairan dan langsung bereaksi secara kimia. Contohnya, gas CO₂ diserap oleh larutan amina dan membentuk senyawa yang larut dalam cairan. Proses ini membantu memisahkan gas dari campurannya.
2. Pelarut untuk regenerasi Biasanya digunakan larutan amina seperti MEA, DEA, atau MDEA karena mampu menyerap gas seperti CO₂, lalu melepaskannya kembali saat dipanaskan. Proses pelepasan ini disebut regenerasi, dan membuat pelarut bisa dipakai berulang.
3. Fungsi utama proses ini Digunakan untuk memurnikan gas dari kotoran, menghilangkan gas beracun seperti H₂S atau CO₂, serta menangkap gas yang memiliki nilai ekonomi, misalnya CO₂ untuk industri minuman, pupuk, atau penyimpanan karbon (carbon capture).
4. Absorben reaktif dan non-reaktif
Reaktif: bereaksi langsung dengan gas (contoh: amina dengan CO₂), cocok untuk gas asam. Non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi kimia, seperti air atau minyak, dan cocok untuk gas yang tidak terlalu reaktif.
5. Bentuk absorben tidak hanya cair Absorben tidak selalu berupa cairan. Bisa juga berbentuk padat, seperti karbon aktif atau zeolit, yang biasanya digunakan dalam bentuk butiran untuk menyerap gas tanpa cairan.
6. Foaming (buih) dalam proses penyerapan Buih bisa mengganggu aliran gas dan cairan, serta menurunkan efisiensi proses. Foaming bisa dicegah dengan menambahkan anti-foam, menjaga kebersihan pelarut, serta menghindari kontaminasi oleh minyak, debu, atau bahan asing lainnya.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06 1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan zat (biasanya gas) oleh pelarut yang melibatkan reaksi kimia antara zat terlarut dan absorben. Berbeda dengan absorpsi fisik yang hanya bergantung pada kelarutan, absorpsi kimia menciptakan ikatan baru sehingga penyerapan lebih kuat dan selektif. Proses ini sering digunakan untuk menangkap gas asam seperti CO₂, H₂S, atau SO₂ menggunakan pelarut kimia seperti amina.
2. Untuk melepaskan gas hasil absorpsi, pelarut dapat diregenerasi melalui proses pemanasan, umumnya menggunakan metode stripping atau desorpsi. Pelarut yang umum digunakan dalam proses regenerasi ini adalah pelarut kimia seperti monoethanolamine (MEA) atau diethanolamine (DEA). Setelah dipanaskan, gas yang terikat akan dilepaskan, dan pelarut dapat digunakan kembali dalam siklus absorpsi berikutnya.
3. Fungsi absorpsi dalam industri sangat penting, khususnya dalam pengendalian polusi udara dan pemurnian gas. Contohnya, absorpsi digunakan untuk menghilangkan CO₂ dari gas alam, menyerap uap beracun dari cerobong asap, atau memisahkan gas-gas bernilai tinggi. Proses ini juga umum digunakan dalam industri petrokimia, kimia, dan pengolahan limbah.
4. Absorben reaktif adalah pelarut yang bereaksi secara kimia dengan zat yang diserap, seperti amina yang bereaksi dengan CO₂. Sedangkan absorben non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia, seperti air atau minyak ringan. Absorben reaktif biasanya memiliki kapasitas penyerapan lebih tinggi dan selektivitas lebih baik terhadap zat tertentu.
5. Tidak, absorben tidak selalu berupa cairan. Meskipun cairan adalah bentuk yang paling umum, absorben juga bisa berbentuk padat, seperti zeolit atau karbon aktif, yang digunakan untuk menyerap uap atau gas dalam bentuk adsorpsi. Namun dalam konteks absorpsi (bukan adsorpsi), bentuk cair tetap paling sering digunakan, terutama dalam kolom gas-cair.
6. Foaming (busa) di kolom absorpsi dapat mengganggu efisiensi penyerapan gas. Fenomena ini disebabkan oleh kontaminan, reaksi kimia, atau kecepatan alir gas-cair yang terlalu tinggi. Untuk mengatasinya, digunakan antifoam (penghilang busa) dan dilakukan kontrol kecepatan aliran serta pemeliharaan sistem secara berkala. Jika foaming tidak ditangani, bisa terjadi overflow, penurunan efisiensi, bahkan kerusakan alat.
1. Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas di mana gas yang ingin diserap bereaksi secara kimia dengan cairan penyerapnya. Berbeda dengan absorpsi fisik yang hanya mengandalkan gaya tarik-menarik, proses ini mengikat gas secara permanen, sehingga meningkatkan kapasitas penyerapan dan menjadikannya lebih selektif. Karena adanya reaksi kimia, proses ini sangat efektif untuk menyerap gas yang sulit larut. Contohnya adalah pemisahan gas karbon dioksida (CO₂) dari gas buang dengan menggunakan larutan amina. 2. Pelarut yang paling umum digunakan untuk regenerasi gas hasil absorpsi melalui pemanasan adalah alkanolamina (seperti MEA, DEA, dan MDEA) dan larutan kalium karbonat (K2CO3). 3.Dalam industri, absorpsi berfungsi untuk memisahkan gas dari campurannya dengan melarutkannya ke dalam cairan. Tujuannya adalah untuk membersihkan aliran gas dari zat polutan berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2) demi keamanan lingkungan, atau untuk memurnikan gas seperti memisahkan karbon dioksida (CO2) dari gas alam. Proses ini juga bisa digunakan untuk memulihkan dan memproduksi produk berharga, misalnya pembuatan asam nitrat. 4.Absorben non-reaktif (atau absorpsi fisik) bekerja dengan cara sederhana, yaitu melarutkan gas ke dalam cairan tanpa ada reaksi kimia. Efektivitasnya sangat bergantung pada kelarutan gas, suhu, dan tekanan. Sebaliknya, absorben reaktif (atau absorpsi kimia) bekerja dengan mereaksikan gas yang diserap, sehingga gas tersebut terikat secara kimia dalam cairan. Mekanisme reaksi ini membuat absorben reaktif memiliki kapasitas penyerapan yang jauh lebih tinggi, lebih selektif, dan efektif untuk memisahkan gas yang sulit larut. 5.Tidak, absorben tidak selalu berupa cairan. Meskipun dalam konteks absorpsi industri kita umumnya menggunakan cairan, ada juga material absorben padat yang bekerja melalui proses yang disebut adsorpsi. Perbedaannya, pada absorpsi molekul gas masuk dan tersebar ke dalam seluruh volume cairan, sedangkan pada adsorpsi molekul gas hanya menempel di permukaan material padat. Contoh absorben padat yang umum adalah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap gas dan zat pengotor di permukaan pori-porinya. 6. Mengatasi Pembusaan • Pakai Zat Anti-busa: Tambahkan bahan kimia khusus (anti-foaming agent) untuk memecahkan gelembung. • Kontrol Aliran: Kurangi laju alir gas atau cairan agar tidak terlalu banyak turbulensi. • Jaga Kebersihan Pelarut: Bersihkan pelarut dari kotoran atau partikel padat yang bisa memicu busa.
Dampaknya Jika Diabaikan • Efisiensi Turun: Proses penyerapan gas jadi tidak maksimal. • Aliran Tersumbat (Flooding): Tekanan di dalam kolom naik dan aliran terhenti. • Pelarut Terbuang: Busa bisa terbawa keluar kolom bersama gas, ,menyebabkan kerugian material.
Aqila Madu / XI TKI-1/08 1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas dan cairan tersebut. Contohnya CO₂ diserap oleh larutan amina.
2. Untuk melepas gas dari pelarut setelah absorpsi, digunakan proses pemanasan (regenerasi) dengan pelarut seperti larutan amina yang bisa digunakan berulang kali.
3. Dalam industri, absorpsi berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan gas berbahaya seperti CO₂ atau H₂S dari gas buangan agar aman bagi lingkungan.
4. Absorben reaktif bereaksi secara kimia dengan gas, sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia.
5. Absorben tidak selalu berupa cairan. Ada juga yang padat.
6. Foaming adalah pembentukan busa di kolom absorpsi yang bisa mengganggu proses. Jika tidak ditangani, bisa merusak alat. Cara mengatasinya adalah dengan antifoam, kontrol aliran, dan menjaga sistem tetap bersih.
1.) Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan yang disertai reaksi kimia antara gas dan pelarut. Contohnya, CO₂ diserap oleh larutan amina sehingga terbentuk senyawa terikat yang stabil.
2.) Pada proses regenerasi (stripping), pelarut yang umum digunakan adalah larutan amina seperti monoethanolamine (MEA), diethanolamine (DEA), atau methyldiethanolamine (MDEA).
3.) - Pengendalian emisi (menangkap gas berbahaya seperti SO₂ dari gas buang). - Produksi bahan kimia (menangkap gas tertentu untuk diproses menjadi produk lain). - Pengolahan udara (misalnya menghilangkan kelembapan atau polutan udara dalam industri).
4.) - Absorben reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap. - Absorben non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi kimia, prosesnya murni fisik.
5.) Tidak. Absorben dapat berupa:
- Cairan (paling umum, seperti larutan amina, air, atau pelarut organik). - Padatan (dalam bentuk solid sorbent untuk penyerapan tertentu, meskipun ini sering dikategorikan sebagai adsorben). Namun, untuk absorpsi secara definisi umumnya menggunakan fase cair sebagai media penyerap.
6) - Penanganan foaming: Menjaga kebersihan pelarut dari minyak, padatan, atau kontaminan, mengontrol laju alir gas & cairan agar tidak berlebihan, menggunakan desain kolom yang meminimalkan turbulensi. - Dampak jika tidak ditangani: Penurunan efisiensi penyerapan gas, Gangguan operasi dan potensi kerusakan peralatan.
Aulia Nabilla R./10 1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan. 2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali. 3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga. 4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi 5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut. 6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan. dampak jika tidak ditangani adalah efisiensi menurun karena area kontak gas-cairan berkurang, peralatan bisa rusak jika busa meluap, tekanan dalam kolom meningkat dan berpotensi berbahaya.
Gusti Ayu P. (26) 1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu zat, seperti gas atau cairan, ke dalam permukaan zat lain yang disertai dengan terjadinya reaksi kimia antara keduanya. Dalam proses ini, zat yang diserap tidak hanya menempel di permukaan, tetapi juga bereaksi membentuk senyawa baru. Absorpsi kimia bersifat selektif dan biasanya tidak dapat dibalik (irreversibel). Proses ini sering digunakan dalam industri untuk menghilangkan gas berbahaya, seperti menyerap gas SO₂ menggunakan larutan basa. 2. bisa lakukan absorpsi termal. Metode stripping column dan reboiler. 3. Fungsi proses Absorpsi dalam Industri: Menyaring udara dari polusi, menetralkan gas buang, menyerap bau tak sedap, menyerap gas dalam masker, menghilangkan uap beracun di laboratorium, menyerap kelembaban. 4. Fisika tidak menghasilkan produk, Kimia menghasilkan produk. 5. Pembahasan dalam skala Industri. Bisa Cair, bisa Padat. 6. Foaming dalam kolom absorpsi terjadi karena adanya zat pembentuk busa seperti surfaktan. Untuk mengatasinya, digunakan antifoam atau defoamer, serta pengendalian suhu, tekanan, dan laju aliran. Jika tidak ditangani, foaming dapat menurunkan efisiensi proses, menyebabkan overflow, dan merusak peralatan.
1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan. 2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali. 3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga. 4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi 5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut. 6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan.
Zahra Herlinda I. (34) 1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas atau uap oleh cairan disertai reaksi kimia antara zat terlarut dan pelarut. 2. Pelarut metode regenerasi panas biasanya menggunakan amine (misalnya MEA, DEA) untuk melepas gas seperti CO₂ atau H₂S. 3. Fungsi absorpsi dalam industri yaitu memisahkan, menghilangkan, atau memurnikan gas dari campuran, misalnya penghilangan CO₂, H₂S, SO₂, atau pemulihan gas bernilai ekonomis. 4. Reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap (contoh: amine dengan CO₂).
Non-reaktif: hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia (contoh: air melarutkan NH₃). 5.Tidak. Absorben umumnya cair, tapi bisa juga padat (solid absorbent) seperti zeolit. 6.Penanganan foaming di kolom absorpsi
Cara menangani: gunakan antifoam, kontrol kualitas pelarut, kurangi kontaminan, desain kolom yang tepat.
Dampak jika tidak ditangani: efisiensi penyerapan turun, tekanan kolom naik, dan risiko kerusakan peralatan.
Arva alnathan p.p/09 1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan. 2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali. 3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga. 4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi 5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut. 6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan.
1. Absorpsi kimia Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara komponen gas dengan pelarut. Reaksi ini membuat gas terikat lebih kuat dan meningkatkan kapasitas penyerapan. Contoh umum adalah penyerapan CO₂ oleh larutan amina (MEA) pada proses pemurnian gas.
2. Regenerasi pelarut dengan pemanasan Metode ini digunakan untuk melepaskan kembali gas yang sudah terserap di dalam pelarut melalui proses pemanasan. Pemanasan membuat reaksi kimia berjalan terbalik sehingga gas terlepas dan pelarut dapat dipakai ulang. Pelarut yang umum digunakan dalam metode ini adalah pelarut reaktif seperti larutan amina (MEA, DEA, MDEA) untuk menghilangkan CO₂ dan H₂S.
3. Fungsi absorpsi dalam industri Absorpsi digunakan untuk memurnikan gas dari pengotor seperti H₂S, CO₂, dan SO₂, mengendalikan polusi udara dengan menangkap gas berbahaya sebelum dilepaskan, memulihkan kembali gas bernilai seperti amonia atau SO₂, serta mengatur kelembapan atau komposisi gas dalam sistem pengkondisian udara.
4. Perbedaan absorben reaktif dan non-reaktif Absorben reaktif adalah cairan yang bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap sehingga membentuk senyawa baru, contohnya larutan amina atau larutan NaOH. Sementara absorben non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia, misalnya air atau pelarut organik seperti metanol.
5. Bentuk absorben Absorben tidak selalu berupa cairan, walaupun dalam kolom absorpsi industri sebagian besar berbentuk cair. Ada juga absorben padat yang digunakan pada proses khusus, seperti logam hidrida untuk menyerap hidrogen. Namun, dalam proses gas–cair yang umum, absorben biasanya cairan.
6. Foaming di kolom absorpsi Foaming adalah pembentukan busa berlebih di dalam kolom yang biasanya disebabkan oleh kontaminan, surfaktan, atau degradasi pelarut. Cara menanganinya antara lain menambahkan antifoam agent, membersihkan atau memfilter pelarut untuk menghilangkan pengotor, mengontrol kualitas umpan agar bebas minyak atau partikel penyebab busa, dan jika perlu memasang foam breaker di desain kolom. Jika foaming tidak ditangani, efisiensi penyerapan akan turun, bisa terjadi liquid carry-over ke peralatan hilir, dan tekanan kolom dapat berfluktuasi hingga merusak peralatan.
Cahaya Clarissa P.H (13) 1. Absorpsi Kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan yang disertai reaksi kimia antara gas dan pelarut. 2. Pelarut yang umum digunakan ada, MEA atau Monoethanolamine, DEA atau Diethanolamine, dan MDEA atau Methyldiethanolamine 3. Absorpsi di dalam industri berfungsi untuk mengelandaikan emisi, menangkap gas untuk diolah menjadi produk baru, dan menghilangkan kelembapan atau polutan dalam industri. 4. Adsorben reaktif bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap, sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas tanpa reaksi kikia (proses fisik). 5. Tidak, adsorben bisa berupa padatan atau solid, tetapi umumnya adsorben berupa cairan. 6. Untuk menangani fenomena foaming kita bisa menjaga kebersihan peralrut dari minyak/padatan, mengatur laju alir gas & cairan agar tidak berlebihan, serta menggunakan desain kolom yang meminimalkan turbulensi.
Cahaya Clarissa P.H (13) 1. • Fluida Newtonian : kekentalannya konstan • Fluida Non-newtonian : viskositasnya berubah-ubah tergantung kecepatan gerakan • Viskositas dinamis : mengukur seberapa besar gaya internal fluida untuk melawan aliran • Viskositas Kinematis : Mengukur seberapa besar cepat fluida mengalir akibat gravitasi. 2. Risiko penyumbatan pada alat ikur, akurasi rendah karena aliran tidak stabil, dan gesekan tinggi — alat ukur yang digunakan : magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter 3. aliran laminar : aliran fluida yang teratur, garis alir sejajar, perpindahan partikel halus aliran turbulen : aliran tidak teratur, banyak pusaran, kecepatan berubah ubah 4. Contoh Soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa? => penyelesaian: P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2 dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0. P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 arena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s. P2 = P1 = 100 kPa 5. Sifat fluida, suhu, dan tekanan, kondisi pemasangan alat ukur, termasuk adanya turbulensi atau getaran di pipa, dan jenis alat ukur yang digunakan. 6. Densitas : ukuran seberapa padat suatu zat (massa jenis) — Temperatur : ukursn seberapa panas atau dingin suatu suhu dari benda.
Lidya Rahmadani (33) 1. jelaskan tentang absorpsi kimia absorpsi kimia adalah proses pemisahan suatu komponen gas dengan cara melarutkannya ke dalam suatu pelarut (absorben) melalui reaksi kimia. beda sama absorpsi fisika yang cuma melarutkan secara fisik, di absorpsi kimia ada pembentukan senyawa baru antara gas dan pelarut. contoh: penyerapan gas CO₂ dengan larutan NaOH yang membentuk Na₂CO₃.
2. dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan, metode regenerasi yang digunakan pelarut apa? kalau regenerasi pakai pemanasan (thermal regeneration), biasanya dipakai pelarut amine seperti monoethanolamine (MEA), diethanolamine (DEA), atau methyldiethanolamine (MDEA). pelarut ini digunakan untuk menangkap gas asam seperti CO₂ dan H₂S, lalu dipanaskan di regenerator untuk melepaskan gas tersebut dan memulihkan pelarut.
3. fungsi absorpsi dalam industri
* menghilangkan gas pengotor, misalnya H₂S dari gas alam * mengurangi emisi gas berbahaya, misalnya CO₂ dari flue gas pembangkit listrik * memisahkan komponen gas untuk bahan baku, misalnya penyerapan SO₂ untuk pembuatan asam sulfat * peningkatan kualitas produk, seperti menghilangkan uap air atau gas yang bikin kualitas turun
4. perbedaan absorben reaktif dan non reaktif
* absorben reaktif → bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap. contoh: larutan NaOH, MEA. cocok untuk penyerapan gas asam * absorben non reaktif → hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia. contoh: air, minyak mineral, pelarut organik seperti toluena. cocok untuk gas yang cukup larut tanpa perlu reaksi
5. apakah absorben hanya berupa cairan? nggak. absorben bisa:
* cairan → paling umum (air, larutan amine, pelarut organik) * padat → biasanya disebut adsorben kalau mekanismenya adsorpsi, tapi beberapa padatan bisa digunakan untuk proses mirip absorpsi (contoh: CaO menyerap CO₂ membentuk CaCO₃) * campuran cair-padat (slurry) → misalnya suspensi Ca(OH)₂ untuk menangkap SO₂
6. bagaimana cara menangani fenomena foaming di kolom absorpsi dan apa dampaknya jika tidak ditangani? cara menangani:
* gunakan antifoaming agent (bahan kimia penghilang busa) * kontrol kemurnian pelarut dengan membuang kontaminan seperti minyak atau partikel * atur laju alir gas dan cairan agar tidak terlalu tinggi * pasang demister atau foam breaker di bagian atas kolom
dampak jika tidak ditangani:
* kapasitas penyerapan turun karena busa menghalangi kontak gas-cair * terjadi carryover, pelarut ikut terbawa ke gas keluaran * pressure drop naik drastis * efisiensi proses turun sehingga biaya operasi meningkat
1. Fluida Ideal Tidak punya viskositas dan tidak bisa dimampatkan. Cuma ada di teori. Contoh: digunakan dalam perhitungan hukum Bernoulli.
2. Fluida Nyata Punya viskositas dan bisa mengalami turbulensi. Contoh: air, minyak, udara.
3. Fluida Kompresibel Volumenya bisa berubah kalau ditekan. Contoh: gas.
4. Fluida Inkompresibel Volumenya dianggap tetap meskipun ditekan. Contoh: air (dalam kebanyakan kasus).
5. Fluida Newtonian Viskositasnya konstan, tidak berubah terhadap kecepatan aliran. Contoh: air, minyak goreng.
6. Fluida Non-Newtonian Viskositasnya berubah tergantung gaya yang bekerja. Contoh: lumpur, darah, saus tomat.
Macam-Macam Viskositas:
1. Viskositas Dinamis (mu) Ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Satuan: Pa·s atau N·s/m²
2. Viskositas Kinematik (nu) Perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida. Rumus: nu = mu / rho Satuan: m²/s
2. Tantangan Utama: Alat mudah tersumbat oleh lumpur/partikel. Pengukuran sulit karena aliran tidak stabil. Sensor bisa rusak karena lumpur bersifat abrasif. Viskositas bisa berubah tergantung suhu.
Alat Ukur yang Direkomendasikan:
Ultrasonic Doppler Flow Meter Cocok untuk cairan berlumpur karena tidak bersentuhan langsung dengan fluida. Magnetic Flow Meter Cocok untuk fluida yang mengandung partikel dan bisa menghantarkan listrik.
3. Aliran Laminar: Aliran fluida mengalir lurus dan teratur. Terjadi pada kecepatan rendah. Tidak ada pusaran.
Aliran Turbulen: Aliran kacau, berputar, dan tidak teratur. Terjadi pada kecepatan tinggi atau pipa kasar. Banyak pusaran (vortex).
Cara Mengetahui Jenis Aliran:
Gunakan Bilangan Reynolds (Re) Rumus: Re = (rho x v x D) / mu Jika Re < 2000 → Laminar Jika Re > 4000 → Turbulen 2000–4000 → Transisi
4. Soal:
Air mengalir dari titik A ke titik B. Di A: kecepatan 2 m/s, tekanan 100 kPa, tinggi 3 m Di B: kecepatan 4 m/s, tinggi 1 m Densitas air = 1000 kg/m³, g = 9.8 m/s² Hitung tekanan di titik B.
Jawaban:
P1 + 0.5 x rho x v1² + rho x g x h1 = P2 + 0.5 x rho x v2² + rho x g x h2 100000 + 0.5 x 1000 x 2² + 1000 x 9.8 x 3 = P2 + 0.5 x 1000 x 4² + 1000 x 9.8 x 1 100000 + 2000 + 29400 = P2 + 8000 + 9800 131400 = P2 + 17800 P2 = 113600 Pa atau 113.6 kPa
5. Jenis fluida (Newtonian atau tidak) Viskositas Suhu dan tekanan Partikel padat di dalam fluida Jenis dan kalibrasi alat ukur Diameter dan bentuk pipa Kecepatan aliran (Reynolds Number)
6. Densitas (rho): Ukuran massa zat dalam satuan volume. Rumus: massa / volume Satuan: kg/m³ Contoh: air = 1000 kg/m³
Temperatur: Ukuran panas atau energi gerak partikel. Satuan: derajat Celcius (°C), Kelvin (K), Fahrenheit (°F) Temperatur mempengaruhi viskositas dan kecepatan aliran.
KHAIRINA NASYIEFA U.K 1. Macam-macam fluida dan viskositas
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida: - Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara) - Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas: - Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran) - Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah: - Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran - Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan: - Flow meter ultrasonik - Flow meter magnetik - Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah: - Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur - Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen: - Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran - Re < 2000: aliran laminar - Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida: - Viskositas fluida - Densitas fluida - Kecepatan fluida - Tekanan fluida - Suhu fluida - Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
Anisa Fitria (07) 1. Fluida dibagi dua: fluida ideal tidak punya viskositas dan hanya untuk teori, sedangkan fluida nyata punya viskositas seperti air atau udara. Berdasarkan sifatnya ada fluida kompresibel yang densitasnya berubah karena tekanan (contoh: gas) dan fluida inkompresibel yang densitasnya dianggap tetap (contoh: air).
Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida. Viskositas dinamis (µ) menunjukkan tahanan fluida terhadap geseran, sedangkan viskositas kinematis (ν) adalah viskositas dinamis yang dibagi dengan densitas fluida.
2. Fluida kental atau berlumpur susah diukur karena alirannya lambat, mudah menyumbat, dan bikin alat cepat kotor. Alat yang biasanya dipakai adalah magnetic flowmeter atau ultrasonic flowmeter karena tahan kotoran dan tidak mudah tersumbat.
3. Aliran laminar teratur dan sejajar, terjadi di kecepatan rendah. Aliran turbulen acak dan berpusar, muncul di kecepatan tinggi. Ditentukan dengan Reynolds: Re < 2000 laminar, Re > 4000 turbulen, di antaranya transisi.
4. Soal: Air mengalir dari pipa berdiameter 10 cm ke pipa 5 cm. Kecepatan aliran di pipa besar 2 m/s, tekanan di pipa besar 200 kPa. Hitung tekanan di pipa kecil! Diketahui ρ air = 1000 kg/m³, abaikan kehilangan energi.
Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
Contoh:
Gas CO₂ diserap oleh larutan NaOH → terjadi reaksi kimia menghasilkan Na₂CO₃.
NH₃ diserap oleh larutan H₂SO₄ → menghasilkan larutan amonium sulfat.
Ciri khas absorpsi kimia:
Biasanya tidak reversibel (gas sulit dilepaskan lagi).
Kapasitas penyerapan tinggi.
Sangat selektif (hanya menangkap jenis gas tertentu).
2. Dalam Mengolah Pelarut untuk Melepas Gas Hasil Absorpsi, Pelarut Apa yang Digunakan untuk Regenerasi?
Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti:
Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA) Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
Metodenya:
Pelarut dipanaskan dalam stripper column (kolom desorpsi), agar gas keluar dari larutan.
Setelah itu, pelarutnya bisa digunakan lagi (regenerasi).
3. Fungsi Absorpsi dalam Industri
Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S.
Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃.
Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi.
Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂.
Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Apa Perbedaan Absorben Reaktif & Non-Reaktif?
Jenis Absorben Penjelasan
Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif. Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
Contoh:
Reaktif: Larutan amina menyerap CO₂ → membentuk senyawa karbamat.
Non-reaktif: Air menyerap gas NH₃ → hanya larut tanpa reaksi kimia besar.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan?
Tidak. Absorben tidak harus cairan.
Absorben bisa berbentuk:
1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam. 2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi). 3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
Tapi dalam konteks absorpsi kimia, yang umum digunakan memang cairan, karena lebih efisien untuk reaksi dan transfer massa.
6. Bagaimana Cara Menangani Foaming di Dalam Kolom Absorpsi & Dampaknya Jika Tidak Ditangani?
Foaming = Busa berlebihan di kolom absorpsi.
Penyebab:
Kandungan zat organik atau surfaktan dalam gas atau cairan.
Akumulasi kotoran/limbah dalam larutan.
Reaksi kimia yang menghasilkan gelembung gas cepat.
Overflooding (larutan terbawa ke bagian atas kolom).
Kerusakan pompa atau kompresor akibat cairan ikut terbawa.
Kontaminasi produk di bagian hilir.
Naiknya tekanan operasi → bahaya kebocoran atau ledakan.
Cara Menanganinya:
1. Gunakan antifoam agent (bahan kimia anti-busa). 2. Filtrasi larutan secara rutin untuk menghilangkan pengotor. 3. Desain kolom yang baik: pakai internals (tray/packing) yang tahan foaming. 4. Pengendalian suhu & kecepatan aliran untuk menghindari turbulensi berlebih. 5. Monitoring level cairan secara otomatis untuk menghindari overflow.
Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
Contoh:
Gas CO₂ diserap oleh larutan NaOH → terjadi reaksi kimia menghasilkan Na₂CO₃.
NH₃ diserap oleh larutan H₂SO₄ → menghasilkan larutan amonium sulfat.
Ciri khas absorpsi kimia:
Biasanya tidak reversibel (gas sulit dilepaskan lagi).
Kapasitas penyerapan tinggi.
Sangat selektif (hanya menangkap jenis gas tertentu).
2. Dalam Mengolah Pelarut untuk Melepas Gas Hasil Absorpsi, Pelarut Apa yang Digunakan untuk Regenerasi?
Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti:
Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA) Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
Metodenya:
Pelarut dipanaskan dalam stripper column (kolom desorpsi), agar gas keluar dari larutan.
Setelah itu, pelarutnya bisa digunakan lagi (regenerasi).
3. Fungsi Absorpsi dalam Industri
Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S.
Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃.
Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi.
Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂.
Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Apa Perbedaan Absorben Reaktif & Non-Reaktif?
Jenis Absorben Penjelasan
Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif. Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
Contoh:
Reaktif: Larutan amina menyerap CO₂ → membentuk senyawa karbamat.
Non-reaktif: Air menyerap gas NH₃ → hanya larut tanpa reaksi kimia besar.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan?
Tidak. Absorben tidak harus cairan.
Absorben bisa berbentuk:
1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam. 2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi). 3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
Tapi dalam konteks absorpsi kimia, yang umum digunakan memang cairan, karena lebih efisien untuk reaksi dan transfer massa.
6. Bagaimana Cara Menangani Foaming di Dalam Kolom Absorpsi & Dampaknya Jika Tidak Ditangani?
Foaming = Busa berlebihan di kolom absorpsi.
Penyebab:
Kandungan zat organik atau surfaktan dalam gas atau cairan.
Akumulasi kotoran/limbah dalam larutan.
Reaksi kimia yang menghasilkan gelembung gas cepat.
Overflooding (larutan terbawa ke bagian atas kolom).
Kerusakan pompa atau kompresor akibat cairan ikut terbawa.
Kontaminasi produk di bagian hilir.
Naiknya tekanan operasi → bahaya kebocoran atau ledakan.
Cara Menanganinya:
1. Gunakan antifoam agent (bahan kimia anti-busa). 2. Filtrasi larutan secara rutin untuk menghilangkan pengotor. 3. Desain kolom yang baik: pakai internals (tray/packing) yang tahan foaming. 4. Pengendalian suhu & kecepatan aliran untuk menghindari turbulensi berlebih. 5. Monitoring level cairan secara otomatis untuk menghindari overflow.
Aisyah Ratri A/02 1. Macam-macam fluida: - Fluida ideal: tidak memiliki viskositas dan tidak dapat dimampatkan (tidak nyata). - Fluida nyata: memiliki viskositas dan bisa mengalami gesekan (contohnya air, minyak). - Fluida kompresibel: densitasnya bisa berubah-ubah (contohnya udara, gas). - Fluida inkompresibel: densitasnya dianggap tetap (biasanya cairan). - Fluida Newtonian: viskositasnya konstan terhadap perubahan kecepatan aliran (misalnya air, udara). - Fluida Non-Newtonian: viskositasnya berubah tergantung gaya geser atau kecepatan aliran (misalnya lumpur, darah, pasta).
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran atau gesekan dalam. Semakin besar viskositas, semakin "kental" fluida tersebut.
Contoh: Air → viskositas rendah → mudah mengalir Madu atau oli → viskositas tinggi → mengalir lambat
2.Tantangan utama: 1. Partikel padat bisa menyumbat alat 2. Aliran tidak stabil (banyak turbulensi) 3. Fluida sulit mengalir dengan lancar 4. Rentan menyebabkan keausan alat
Alat ukur yang direkomendasikan: - Magnetic flowmeter (Electromagnetic Flow Meter) → Cocok untuk fluida kental, berlumpur, atau korosif karena tidak ada bagian bergerak. - Ultrasonic flowmeter → Cocok untuk pengukuran tanpa kontak langsung
3. Perbedaan Aliran Laminar dan Turbulen - Aliran Laminar: Aliran ini memiliki pola yang teratur, mulus, dan terorganisir. Partikel fluida bergerak dalam lapisan lapisan(lamina) yg sejajar dan tidak berpotongan - Aliran Turbulen: Aliran ini memiliki pola yang acak, tidak teratur, dan kacau. Partikel fluida bergerak dengan cepat dan tidak beraturan, menciptakan pusaran dan vorteks.
4. Contoh Soal Persamaan Bernoulli Air mengalir dalam pipa dari titik A ke B. Di titik A, kecepatan air 2 m/s, tekanan 200 kPa, dan ketinggian 5 m. Di titik B, ketinggian 2 m dan tekanan 150 kPa. Berapa kecepatan air di titik B?
Penyelesaian: Air mengalir dari titik A ke titik B. Di A: kecepatan 2 m/s, tekanan 100 kPa, tinggi 3 m Di B: kecepatan 4 m/s, tinggi 1 m Densitas air = 1000 kg/m³, g = 9.8 m/s² Hitung tekanan di titik B.
Jawaban: P1 + 0.5 x rho x v1² + rho x g x h1 = P2 + 0.5 x rho x v2² + rho x g x h2 100000 + 0.5 x 1000 x 2² + 1000 x 9.8 x 3 = P2 + 0.5 x 1000 x 4² + 1000 x 9.8 x 1 100000 + 2000 + 29400 = P2 + 8000 + 9800 131400 = P2 + 17800 P2 = 113600 Pa atau 113.6 kPa
5. 1. Jenis fluida (gas/cair, viskositas, ada partikel padat atau tidak) 2. Temperatur dan tekanan fluida 3. Kecepatan dan jenis aliran (laminar atau turbulen) 4. Kondisi pipa (diameter, kekasaran, korosi) 5. Kalibrasi dan kualitas alat ukur 6. Kebersihan sensor atau alat
6. Penjelasan Densitas dan Temperatur - Densitas (ρ): Besarnya massa per satuan volume fluida. Satuan: kg/m³ - Temperatur: Ukuran panas atau energi kinetik partikel dalam fluida. Mempengaruhi viskositas dan densitas fluida. Temperatur naik → viskositas turun (pada cairan) Temperatur naik → densitas turun
Fluida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida Newtonian memiliki viskositas konstan, sedangkan fluida non-Newtonian memiliki viskositas yang berubah-ubah tergantung pada kondisi. Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran, dan semakin kental fluida, semakin tinggi viskositasnya.
2. Tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur
Tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur adalah kesulitan dalam mengukur laju aliran yang akurat dan risiko penyumbatan pada alat ukur. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan alat ukur seperti magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter.
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, dengan kecepatan yang konstan. Aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan tidak teratur, dengan kecepatan yang berubah-ubah. Untuk mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen, dapat digunakan bilangan Reynolds (NRe = DVρ/μ). Jika NRe < 2000, aliran laminar, jika NRe > 4000, aliran turbulen, dan jika 2000 < NRe < 4000, aliran transisi.
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
contoh soal : Air mengalir dalam pipa horizontal yang diameternya mengecil di titik B, kecepatan air naik jadi 4m/s. Jika massa jenis air 1.000kg/m^3 berapa tekanan di titik B? - Diketahui: P1 = 120.000 Pa v1 = 2m/s v2 = 4m/s ρ = 1000 kg/m^3 - Penyelesaian: P1 + 1/2 ρv1^2 = P2 + 1/2 ρv2^2 120.000 + 1/2(1000)(2)^2 = P2 + 1/2(1000)(4)^2 P2 = 122.000 - 8.000 P2 = 114.000 Pa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida antara lain densitas fluida, viskositas fluida, kecepatan fluida, tekanan fluida, dan suhu fluida.
6. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume fluida, sedangkan temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dinginnya suatu fluida. Semakin tinggi temperatur, semakin rendah densitas fluida.
1. Absorpsi kimia: proses penyerapan zat melalui reaksi kimia antara absorbate dan absorben.
2. Regenerasi pelarut: menggunakan pelarut seperti larutan amina atau basa untuk menyerap gas asam, kemudian diregenerasi dengan pemanasan.
3. Fungsi absorpsi: menghilangkan atau mengurangi kandungan gas tertentu dalam aliran gas, seperti CO2 dan H2S.
4. Perbedaan absorben reaktif dan non-reaktif: absorben reaktif bereaksi kimia dengan gas, sedangkan absorben non-reaktif menyerap melalui proses fisik.
5. Absorben: dapat berupa cairan, padatan, atau gas, tetapi cairan lebih umum digunakan karena kemampuan penyerapan yang lebih baik.
6. Fenomena foaming: dapat ditangani dengan anti-foaming agent atau desain kolom yang optimal. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan penurunan efisiensi, peningkatan tekanan, dan kerusakan peralatan.
Aisyah Ratri A/02 1. Jelaskan Tentang Absorpsi Kimia Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
2. Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti: Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA) Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
3. Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
- Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S. -Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃. -Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi. -Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂. -Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Perbedaan absorben reaktif&non reaktif - Absorben Reaktif: Menyerap zat dengan reaksi kimia. Contoh: NaOH menyerap CO₂. - Absorben Non-Reaktif: Menyerap zat tanpa reaksi kimia, hanya secara fisik. Contoh: Air menyerap amonia.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan? Tidak. Absorben tidak harus cairan. Absorben bisa berbentuk: 1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam. 2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi). 3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
6. Cara Menangani Foaming: 1. Gunakan Anti-foaming Agent (Antibusa): Tambahkan zat kimia khusus (seperti silikon, polieter) untuk menghambat pembentukan busa. 2. Kontrol Komposisi Larutan Absorben: Hindari kontaminan seperti minyak, bahan organik, atau padatan yang bisa memicu busa. 3. Desain Ulang Tray atau Packing: Gunakan tray yang sesuai atau packing dengan struktur yang meminimalkan turbulensi dan akumulasi cairan. 4. Turunkan Laju Alir Gas atau Cairan: Laju alir tinggi bisa meningkatkan pembentukan busa; perlu dikontrol. 5. Pemeliharaan Berkala: Bersihkan kolom dan ganti larutan secara rutin untuk menghindari penumpukan zat pembusa.
Dampak nya: 1. Penurunan Efisiensi Absorpsi: Gas tidak bisa kontak optimal dengan absorbennya. 2. Flooding (Kebanjiran Kolom): Busa menutup ruang aliran gas, menyebabkan tekanan naik dan aliran tidak stabil. 3. Kontaminasi Produk: Busa bisa terbawa ke atas kolom, mencemari produk. 4. Kerusakan Peralatan: Tekanan berlebih dapat merusak tray, valve, atau bagian lain. 5. Meningkatkan Biaya Operasional: Akibat penurunan performa, downtime, dan kebutuhan perawatan ekstra.
khanza salwa azzahra(32) 1. Penjelasan tentang metode destilasi: Destilasi adalah metode pemisahan campuran zat berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prosesnya melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen yang lebih mudah menguap akan berubah menjadi uap, lalu uap tersebut didinginkan dan dikondensasi kembali menjadi cairan. Tujuan utama destilasi adalah memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan volatilitasnya. 2. Hasil akhir bentuk/tekstur ekstraksi cair-cair: Praktikum ekstraksi cair-cair akan menghasilkan dua fase cairan yang terpisah. Satu fase adalah larutan air, dan fase lainnya adalah pelarut organik. Kedua fase ini akan terlihat berbeda secara visual, misalnya warna atau kejernihan, dan akan terpisah di corong pemisah. Bentuk akhir akan tergantung pada jenis pelarut organik yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi. 3. Memastikan pemisahan fase sempurna dan parameter uji: Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kafein, beberapa hal perlu diperhatikan: Pemilihan pelarut: Gunakan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki kemampuan melarutkan kafein dengan baik. Keseimbangan: Biarkan fase cair dan organik bercampur dengan baik di corong pemisah (dengan cara dikocok) dan kemudian didiamkan beberapa saat hingga fase terpisah sempurna. Pengulangan: Lakukan ekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik baru untuk memastikan semua kafein terambil. Parameter uji: Uji kandungan kafein dalam larutan air sebelum dan sesudah ekstraksi menggunakan metode seperti kromatografi (misalnya Kromatografi Cair Kinerja Tinggi/KCKT) untuk mengetahui jumlah kafein yang terambil. 4. Resiko penggunaan pelarut organik dalam K3: Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair dapat menimbulkan resiko, terutama dalam konteks Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Mudah terbakar: Banyak pelarut organik bersifat mudah terbakar dan dapat menyebabkan kebakaran jika tidak ditangani dengan hati-hati. Beracun: Beberapa pelarut organik berbahaya jika terhirup, tertelan, atau terkena kulit. Iritasi: Pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Dampak lingkungan: Pembuangan limbah pelarut organik yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan. 5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri: Ekstraksi cair-cair memiliki berbagai tujuan penting dalam industri: Pemurnian produk: Memisahkan senyawa yang diinginkan dari campuran yang tidak diinginkan untuk mendapatkan produk yang lebih murni. Peningkatan nilai tambah: Memisahkan senyawa berharga dari bahan baku yang murah untuk meningkatkan nilai produk. Pemisahan produk samping: Memisahkan produk samping yang tidak diinginkan dari produk utama untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi proses. Konsentrasi senyawa: Meningkatkan konsentrasi senyawa target dalam larutan untuk memudahkan proses selanjutnya
1. apakah akibat jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu? 2. bagaimana penggunaan silika gel dalam proses permunian gas? 3. bagaimana pengaruh suhu dan fungsi dari adsorber hamparan tetap 4. jelaskan contoh dan fungsi dari adsorber hamparan tetap 5. untuk mendernihkan VCO menggunakan adsorber apa? 6. sebutkan efesien dan kelemahan dari masing-masing proses pengoperasian adsorpsi? 7. berikan contoh peneran adsorpsi di dalam industri
Anisa Fitria (07) 1. bisa terjadi penurunan kapasitas absorben, kualitas produk menurun, tekanan oprasi meningkat, dan kerusakan absorben lebih cepat 2. Silika gel berfungsi sebagai penyerap uap air dari aliran gas, sehingga mencegah terjadinya korosi, pembekuan, atau reaksi yang tidak diinginkan pada proses berikutnya. 3. Pengaruh suhu: Suhu tinggi cenderung menurunkan kapasitas penyerapan karena molekul lebih mudah terlepas dari permukaan adsorben. Fungsi : Menyerap komponen tertentu dari aliran fluida yang melewati lapisan adsorben diam di dalam kolom. 4. Contoh: Kolom berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau, warna, dan zat organik pada air minum. Kolom molecular sieve untuk memisahkan nitrogen dari oksigen dalam proses produksi gas murni. Fungsi : Menyerap atau memisahkan komponen tertentu dari aliran fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui lapisan adsorben yang diam di dalam kolom, sehingga komponen yang diinginkan dapat dipisahkan atau dimurnikan. 5. Pemurnian VCO umumnya menggunakan karbon aktif karena efektif menyerap pigmen, senyawa penyebab bau, dan kotoran, sehingga menghasilkan minyak yang jernih dan beraroma netral. 6. 1. Adsorber Hamparan Tetap (Fixed Bed Adsorber)
Efisiensi: Efektif untuk pemisahan pada aliran kontinu. Daya serap tinggi karena aliran kontak merata. Kelemahan: Saat adsorben jenuh, perlu dihentikan operasi untuk regenerasi atau penggantian. Tekanan jatuh (pressure drop) bisa tinggi jika ukuran partikel kecil.
2. Adsorber Tangki Aduk (Agitated Tank Adsorber)
Efisiensi: Kontak adsorben–fluida lebih merata karena pengadukan. Cocok untuk pengolahan batch atau larutan kental. kelemahan: Konsumsi energi tinggi untuk pengadukan.Tidak efisien untuk volume besar secara kontinu.
3. Adsorber Kontinu (Moving Bed atau Fluidized Bed Adsorber) Efisiensi: Dapat beroperasi tanpa henti karena adsorben segar bisa ditambahkan dan adsorben jenuh bisa dikeluarkan. Kontak antara fluida dan adsorben sangat baik. Kelemahan : Desain dan pengoperasian lebih rumit. Memerlukan sistem kontrol yang baik untuk menjaga stabilitas aliran dan kecepatan partikel. 7. •Pemurnian gas alam dengan menghilangkan H₂S dan CO₂. •Pengeringan udara atau gas menggunakan silika gel atau molecular sieve. •Pengolahan air minum untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna.
1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik. 2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi. 3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben. 5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik. 6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel. 7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Danish Akmal faiz (15) 1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik. 2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi. 3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben. 5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik. 6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel. 7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Abieza Masye PH (01) 1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik. 2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi. 3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben. 5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik. 6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel. 7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06 1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik. 2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi. 3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben. 5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik. 6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel. 7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Soal Kelompok 4 : 1. Apa akibat yang terjadi jika adsorben tidak di regenarasi secara tepat waktu? 2. Bagaimana pengguna silika gel dalam proses pemurnian gas? 3. Bagaimana pengaruh suhu & tekanan terhadap proses adsorpsi? 4. Jelaskan fungsi dan proses dari contoh yang tertera pada proses Pengoperasian Hamparan Tetap! 5. Adsorben apa yang digunakan untuk menjernihkan VCO? 6. Sebutkan efisiensi & kelemahan dari masing-masing Pengoperasian Peralatan Adsorpsi! 7. Berikan contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri!
1. Regenerasi yang tidak tepat waktu menyebabkan kapasitas adsorpsi menurun drastis karena pori-pori adsorben jenuh oleh adsorbat, mengakibatkan efisiensi pemisahan rendah, peningkatan tekanan diferensial, dan potensi kerusakan struktur adsorben
2. Silika gel digunakan untuk mengadsorpsi uap air pada pemurnian gas agar gas menjadi kering. Proses ini bekerja melalui interaksi fisik (fisisorpsi) antara molekul air dan permukaan silanol
3. Suhu tinggi umumnya menurunkan kapasitas adsorpsi karena sifat adsorpsi bersifat eksoterm, sedangkan tekanan tinggi meningkatkan kapasitas adsorpsi untuk gas karena mendorong lebih banyak molekul gas menempel pada permukaan adsorben
4. Pada pengoperasian hamparan tetap (fixed bed), fluida melewati lapisan adsorben stasioner secara kontinu. Fungsinya untuk memisahkan komponen tertentu dari campuran fluida secara efisien. Prosesnya meliputi: pengisian adsorben, aliran fluida masuk, penahanan adsorbat hingga zona jenuh terbentuk, diikuti regenerasi atau penggantian adsorben
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO adalah karbon aktif dari tempurung kelapa atau bentonit aktif, yang berfungsi menghilangkan pigmen, bau, dan kotoran mikro
6. - Fixed Bed: Efisien untuk pemisahan skala besar; kelemahan: perlu regenerasi berkala, risiko penurunan tekanan. - Moving Bed: Regenerasi kontinu; kelemahan: desain kompleks, biaya tinggi. - Fluidized Bed: Perpindahan massa cepat; kelemahan: kebutuhan energi tinggi, erosi adsorben. - Pressure Swing Adsorption (PSA): Cepat dan regenerasi mudah; kelemahan: tidak efektif untuk konsentrasi sangat rendah.
7. Contoh penerapan di industri: - Pemurnian gas alam dari CO₂ dan H₂S (menggunakan PSA dan zeolit). - Penghilangan warna dan bau pada minyak nabati (karbon aktif). - Pemisahan udara menjadi O₂ dan N₂ (PSA). - Pemurnian etanol dari air (molekular sieve). - Penjernihan VCO (karbon aktif, bentonit).
Cecillia salsabila /XI TKI-1/14 proses pengoperasian absorpsi 1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Dewa praditya pujiono /XI TKI-1/18 proses pengoperasian absorpsi 1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Arva alnathan P.P /XI TKI-1/09 proses pengoperasian absorpsi 1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitasnya untuk menyerap zat akan menurun drastis karena jenuh. Ini membuat proses pemurnian tidak efektif dan kualitas produk menurun, serta bisa meningkatkan biaya operasional dan merusak peralatan. 2. Silika gel digunakan untuk dehidrasi gas, yaitu menghilangkan uap air. Ini penting untuk mengeringkan gas alam, udara tekan, atau gas industri lainnya demi mencegah korosi dan masalah operasional. 3. Suhu rendah dan tekanan tinggi meningkatkan efisiensi adsorpsi. Adsorpsi lebih baik pada suhu rendah karena sifatnya eksotermik, dan tekanan tinggi mendorong lebih banyak molekul gas menempel pada adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap adalah kolom berisi adsorben yang tidak bergerak, berfungsi memisahkan komponen spesifik dari fluida secara berkelanjutan. Contohnya adalah filter karbon aktif untuk menjernihkan air minum. 5. Untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil), adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Ini efektif menghilangkan zat penyebab warna gelap dan bau tidak sedap, meningkatkan kemurnian dan stabilitas VCO. 6. Hamparan tetap efisien tapi batch; hamparan bergerak kontinu tapi kompleks; hamparan fluidisasi kontak baik tapi boros energi dan berisiko entrainment. 7. Adsorpsi banyak diterapkan, seperti pengeringan gas alam, penjernihan air limbah dengan karbon aktif, pemisahan produk kimia, dan penjernihan makanan/minuman seperti gula atau minyak.
1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, pori-porinya akan penuh sehingga daya serap menurun, proses pemurnian tidak efektif, kualitas produk turun, dan biaya operasi meningkat karena proses harus diulang.
2. Silika gel digunakan untuk menghilangkan uap air dari gas, misalnya pada pemurnian gas alam atau tabung oksigen, dengan cara menangkap molekul air di dalam pori-porinya sehingga gas tetap kering.
3. Adsorpsi lebih efektif pada suhu rendah dan tekanan tinggi; suhu tinggi membuat molekul mudah lepas, sedangkan tekanan tinggi mendorong molekul menempel di adsorben.
4. Fixed bed adsorber adalah kolom berisi adsorben diam yang dilalui cairan atau gas, contohnya karbon aktif di pengolahan air minum untuk menyerap bau, rasa, dan warna.
5. VCO dapat dijernihkan menggunakan bentonit, zeolit, atau karbon aktif; karbon aktif menghilangkan warna dan bau, sedangkan bentonit dan zeolit menyaring kotoran halus.
6. Fixed bed sederhana dan murah tapi cepat jenuh; moving bed bisa regenerasi sambil jalan namun mahal; fluidized bed efisien dan pencampuran baik tapi butuh kontrol aliran presisi.
7. Contoh penerapan adsorpsi: karbon aktif memurnikan gula, silika gel mengeringkan gas alam, karbon aktif memurnikan obat, dan pengolahan air untuk menghilangkan bau serta zat berbahaya.
Anisa Fitria (07) 1. bisa terjadi penurunan kapasitas absorben, kualitas produk menurun, tekanan oprasi meningkat, dan kerusakan absorben lebih cepat 2. Silika gel berfungsi sebagai penyerap uap air dari aliran gas, sehingga mencegah terjadinya korosi, pembekuan, atau reaksi yang tidak diinginkan pada proses berikutnya. 3. Pengaruh suhu: Suhu tinggi cenderung menurunkan kapasitas penyerapan karena molekul lebih mudah terlepas dari permukaan adsorben. Fungsi : Menyerap komponen tertentu dari aliran fluida yang melewati lapisan adsorben diam di dalam kolom. 4. Contoh: Kolom berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau, warna, dan zat organik pada air minum. Kolom molecular sieve untuk memisahkan nitrogen dari oksigen dalam proses produksi gas murni. Fungsi : Menyerap atau memisahkan komponen tertentu dari aliran fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui lapisan adsorben yang diam di dalam kolom, sehingga komponen yang diinginkan dapat dipisahkan atau dimurnikan. 5. Pemurnian VCO umumnya menggunakan karbon aktif karena efektif menyerap pigmen, senyawa penyebab bau, dan kotoran, sehingga menghasilkan minyak yang jernih dan beraroma netral. 6. 1. Adsorber Hamparan Tetap (Fixed Bed Adsorber)
Efisiensi: Efektif untuk pemisahan pada aliran kontinu. Daya serap tinggi karena aliran kontak merata. Kelemahan: Saat adsorben jenuh, perlu dihentikan operasi untuk regenerasi atau penggantian. Tekanan jatuh (pressure drop) bisa tinggi jika ukuran partikel kecil.
2. Adsorber Tangki Aduk (Agitated Tank Adsorber)
Efisiensi: Kontak adsorben–fluida lebih merata karena pengadukan. Cocok untuk pengolahan batch atau larutan kental. kelemahan: Konsumsi energi tinggi untuk pengadukan.Tidak efisien untuk volume besar secara kontinu.
3. Adsorber Kontinu (Moving Bed atau Fluidized Bed Adsorber) Efisiensi: Dapat beroperasi tanpa henti karena adsorben segar bisa ditambahkan dan adsorben jenuh bisa dikeluarkan. Kontak antara fluida dan adsorben sangat baik. Kelemahan : Desain dan pengoperasian lebih rumit. Memerlukan sistem kontrol yang baik untuk menjaga stabilitas aliran dan kecepatan partikel. 7. •Pemurnian gas alam dengan menghilangkan H₂S dan CO₂. •Pengeringan udara atau gas menggunakan silika gel atau molecular sieve. •Pengolahan air minum untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna.
Zahra Herlinda I./34 1. kapasitas penyerapan menurun, efisiensi rendah, produk terkontaminasi, dan umur adsorben lebih pendek. 2. Penggunaan silika gel dalam pemurnian gas menyerap uap air dari gas agar gas kering, mencegah korosi dan pembentukan es pada peralatan. 3.Pengaruh suhu: suhu tinggi mengurangi kapasitas adsorpsi, suhu rendah biasanya lebih efektif.
Fungsi: menyaring dan menyerap zat tertentu dari aliran gas/cairan menggunakan lapisan adsorben tetap. 4.Contoh: kolom berisi karbon aktif untuk menyaring uap pelarut.
Fungsi: memisahkan atau memurnikan zat dengan aliran fluida melewati bed adsorben yang diam. 5.Untuk mendernihkan VCO biasanya menggunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau zeolit untuk menyerap warna dan bau. 6.Efisiensi: selektivitas tinggi, dapat digunakan berulang setelah regenerasi.
Kelemahan: kapasitas terbatas, perlu regenerasi, biaya adsorben khusus bisa mahal. 7.Pemurnian udara (penyaringan CO₂, H₂O)
BRIENA RADINKA H. (12) TKI 1 1. Penurunan kapasitas adsorben, kualitas menurun, tekanan operasi meningkat, dan kerusakan adsorben lebih cepat.
2. Silika gel dipakai untuk menyerap uap air sehingga gas menjadi kering, melalui proses fisisorpsi pada permukaan silika.
3. Suhu tinggi menurunkan kapasitas adsorpsi (karena adsorpsi bersifat eksoterm), sedangkan tekanan tinggi dapat meningkatkannya. Fungsi adsorber hamparan tetap adalah memisahkan komponen tertentu dari campuran fluida.
4. Contoh: kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau pada gas buang. Fungsinya memisahkan zat tertentu secara kontinu ketika fluida melewati lapisan adsorben.
5. Absorber untuk menjernihkan VCO Karbon aktif (tempurung kelapa) atau bentonit aktif, untuk menghilangkan warna, bau, dan kotoran halus.
6. Efisiensi dan kelemahan tiap proses adsorpsi Fixed Bed: Efisien untuk skala besar; kelemahan: perlu regenerasi berkala. Moving Bed: Regenerasi terus-menerus; kelemahan: desain rumit, mahal.
7. Contoh penerapan di industri Pemurnian gas alam dari Pemurnian gas industri menggunakan silica gel Di industri petrokimia: memisahkan gas aktif Di industri makanan: pemurnian gula untuk menghilangkan senyawa kotor.
DINDA NAZILATUL F/20 1.Akibat adsorben tidak diregenerasi tepat waktu → Kapasitas penyerapan menurun, proses jadi tidak efektif, kualitas produk turun, dan potensi kerusakan peralatan meningkat. 2.Penggunaan silika gel dalam pemurnian gas → Menyerap uap air atau kelembapan dari gas sehingga gas menjadi kering. 3.Pengaruh suhu & tekanan → Suhu tinggi menurunkan kapasitas adsorpsi, tekanan tinggi umumnya meningkatkan kapasitas adsorpsi (untuk gas). 4.Fungsi & proses hamparan tetap (fixed bed) → Gas/cairan dilewatkan melalui lapisan adsorben yang diam; fungsi: memisahkan atau memurnikan komponen tertentu; proses: fluida mengalir, molekul terikat di permukaan adsorben, lalu regenerasi saat jenuh. 5.Adsorben untuk menjernihkan VCO → Karbon aktif, tanah bleaching, atau silika gel. 6.Efisiensi & kelemahan peralatan adsorpsi: Fixed bed: efisien tinggi, desain sederhana; kelemahan → jenuh cepat, perlu regenerasi. Moving bed: regenerasi lebih mudah; kelemahan → desain kompleks. Fluidized bed: kontak optimal, efisien untuk partikel kecil; kelemahan → butuh energi besar. 7.Contoh penerapan di industri → Pemurnian gas alam, penjernihan air, penghilangan bau pada makanan, pemisahan udara menjadi O₂ & N₂, pengolahan limbah.
1. jika adsorben tidak di regenarsi maka akan menimbulkan titik jenuh, kenapa? karena jika tidak regenarsi contoh karbon aktif akan mengalami penurunan fungsi, semua adsorben jika terus menerus digunakan maka akan mengalami penurunan fungsi 2. penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas disitu silika gel bekerja untuk menangkap udara yang ada disuatu ruangan atau dalam kelembaban dan akan menyebabkan menjadi dry 3. pengaruh suhu dan kelembaban pada adsorpsi, suhu akan naik jika adsorpsi menurun karena adsorpsi adalah proses eksotermis (melepaskan panas) jadi jika suhu naik maka performa adsorpsi akan turun. Jika tekanan semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi kapasitas adsorpsi karena akan banyak molekul gas yang terdorong. 4. - kolom adsorpsi berfungsi sebagai tempat media yakni adsorben seperti silika gel, karbon aktif - katup mengatur aliran gas 5. bisa menggunakan arang aktif dan zeolit karena sifat adsorbennya bisa menjernihkan vco 6. hamparan tetap efisiensi tapi batch hamparan bergerak secara kontinu dan konteks hamparan fluidisasi kontak baik tapi boros energi 7. penerapan adsorbsi dalam industri bisa melalui penjernihan air limbah dengan karbon aktif, pemisahan produk kimia
1.) a) Penurunan kapasitas adsorpsi b) Kerusakan adsorben lebih cepat c) Kualitas hasil pemurnian menurun d) Risiko tumbuhnya mikroorganisme
2.) Silika gel berbentuk padatan berpori digunakan sebagai adsorben dalam proses pengeringan pada pemurnian gas. Gas dialirkan melalui kolom berisi butiran silika gel, di mana pori-porinya akan menangkap dan menyerap uap air sebagai pengotor. Uap air ini umumnya berasal dari kelembapan alami gas, proses kondensasi, atau sisa tahap produksi, sehingga setelah melewati silika gel, gas menjadi lebih bersih. Ketika silika gel telah mencapai kondisi jenuh, material ini dapat diregenerasi melalui pemanasan agar dapat digunakan kembali.
3.) Adsorpsi bekerja lebih optimal pada suhu rendah, karena panas tidak mengganggu ikatan molekul di permukaan adsorben, dan pada tekanan tinggi, karena lebih banyak molekul terdorong untuk menempel. Sebaliknya, suhu tinggi dan tekanan rendah cenderung menurunkan efisiensi proses ini.
4.) Pada pengoperasian hamparan tetap, seperti kolom berisi silika gel untuk pengeringan gas, aliran gas dilewatkan melalui lapisan butiran silika gel yang diam. Pori-pori silika gel akan menyerap uap air yang umumnya berasal dari kelembapan alami, kondensasi, atau sisa proses produksi, sehingga gas yang keluar menjadi lebih murni dan kering. Seiring waktu, silika gel mencapai titik jenuh dan tidak lagi efektif menyerap uap air. Pada tahap ini, proses dihentikan dan silika gel diregenerasi melalui pemanasan untuk menguapkan air yang terikat di pori-porinya, sehingga dapat digunakan kembali pada siklus berikutnya.
5.) Penjernihan Virgin Coconut Oil (VCO) umumnya menggunakan adsorben seperti karbon aktif, bentonit, zeolit aktif, atau silika gel.
6.) a) hamparan tetap (fixed bed) efisien karena seluruh fluida kontak dengan adsorben sehingga kapasitas penyerapan optimal, namun cepat jenuh di bagian inlet dan menyebabkan pressure drop tinggi b) hamparan bergerak (moving bed) menjaga kapasitas adsorpsi tetap tinggi karena adsorben segar terus masuk, tetapi desainnya kompleks dan adsorben mudah aus c) hamparan terfluidisasi (fluidized bed) memiliki kontak fluida–adsorben yang sangat baik dan perpindahan massa cepat, namun memerlukan kecepatan alir yang tepat dan berisiko kehilangan partikel halus d) kontak berputar (rotary contactor) memberikan pencampuran merata dengan kontrol waktu kontak yang baik, tetapi membutuhkan biaya konstruksi dan energi yang lebih tinggi.
7.) 1. Pemurnian air minum: Menghilangkan bau, rasa, dan warna menggunakan karbon aktif. 2. Pemisahan gas: Menyerap H₂S atau CO₂ dari gas alam di industri petrokimia menggunakan zeolit. 3. Pengeringan udara: Menghilangkan uap air pada pabrik amonia menggunakan silica gel.
Lidya Rahmadani (33) 1. akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
- kapasitas penyerapan menurun drastis karena adsorben menjadi jenuh - kualitas produk turun karena kontaminan lolos - beban kerja proses berikutnya meningkat - biaya operasional naik karena harus mengganti adsorben lebih cepat - potensi kerusakan peralatan akibat kontaminasi
2. penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
- silika gel berfungsi untuk menyerap uap air dari gas (dehidrasi gas) - digunakan dalam pemurnian gas alam, udara tekan, atau gas industri - cara kerja: gas dilewatkan melalui lapisan silika gel → molekul air terikat pada permukaan silika gel → gas keluar menjadi kering
3. pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
- suhu tinggi menyebabkan adsorpsi berkurang karena proses adsorpsi umumnya bersifat eksoterm sehingga panas menghambat penyerapan - suhu rendah meningkatkan adsorpsi - tekanan tinggi meningkatkan adsorpsi gas karena molekul gas terdorong lebih banyak ke permukaan adsorben - tekanan rendah membuat adsorpsi menurun
4. fungsi dan proses dari pengoperasian hamparan tetap (fixed bed)
- fungsi: menyerap kontaminan dari aliran fluida menggunakan lapisan adsorben yang diam atau tidak bergerak - proses: fluida (gas atau cair) mengalir dari atas ke bawah atau sebaliknya melalui kolom berisi adsorben → molekul target menempel pada permukaan adsorben → fluida keluar sudah murni - setelah jenuh, adsorben diregenerasi atau diganti
5. adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (virgin coconut oil)
- umumnya digunakan arang aktif (activated carbon) - fungsinya menyerap pigmen, bau, dan senyawa pengotor sehingga minyak menjadi jernih dan beraroma netral
6. efisiensi dan kelemahan dari masing-masing pengoperasian peralatan adsorpsi
- fixed bed: efisiensi tinggi karena kontak adsorben–fluida maksimal, kelemahan waktu operasi terbatas sebelum adsorben jenuh dan regenerasi butuh penghentian proses - moving bed: efisiensi cukup tinggi dan regenerasi bisa dilakukan terus-menerus, kelemahan desain sistem lebih kompleks dan biaya investasi tinggi - fluidized bed: efisiensi pencampuran baik dan perpindahan massa cepat, kelemahan risiko kehilangan adsorben dan kontrol operasi lebih sulit
7. contoh penerapan proses adsorpsi di industri
- pemurnian gas alam (menghilangkan H₂S dan CO₂) - pengolahan air minum (menghilangkan bau, warna, dan rasa) - industri makanan dan minuman (dekolorisasi gula) - industri farmasi (pemurnian obat) - pengendalian emisi gas buang (penyerapan uap pelarut organik)
Aisyah Ratri A/02 1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapannya akan menurun sehingga proses pemisahan tidak efektif dan kualitas produk menurun. 2. Silika gel digunakan dalam pemurnian gas untuk menyerap uap air, dan setelah jenuh dapat digunakan kembali melalui pemanasan. 3. Adsorpsi lebih efektif pada suhu rendah dan tekanan tinggi karena molekul lebih mudah menempel pada permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap digunakan dengan cara melewatkan aliran fluida melalui lapisan adsorben yang diam, contohnya karbon aktif untuk menyaring uap pelarut. 5. Untuk menjernihkan VCO biasanya digunakan bentonit, zeolit, atau karbon aktif. 6. Fixed-bed memiliki efisiensi tinggi namun perlu regenerasi rutin, moving-bed memungkinkan regenerasi sambil beroperasi tetapi desainnya rumit, dan fluidized-bed memberikan pencampuran merata namun boros energi. 7. Proses adsorpsi digunakan di industri untuk pemurnian gas alam, pengolahan air, pemucatan minyak, dan pemulihan pelarut kimia.
1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
Kapasitas adsorpsi menurun karena pori-pori adsorben sudah jenuh.
Kualitas produk/efluen menurun karena zat pengotor lolos.
Tekanan operasi naik akibat penyumbatan pori atau saluran alir.
Umur adsorben berkurang karena kerusakan fisik atau kimia.
Potensi kontaminasi silang jika digunakan bergantian untuk bahan berbeda.
---
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Silika gel berfungsi sebagai pengering (desiccant) untuk menghilangkan uap air dari gas.
Ditempatkan dalam fixed bed column (hamparan tetap) yang dilalui aliran gas.
Gas basah masuk dari bagian bawah atau atas kolom, uap air teradsorpsi oleh silika gel, gas kering keluar dari sisi lainnya.
Saat silika gel jenuh, dilakukan regenerasi dengan pemanasan (temperature swing adsorption) atau aliran gas kering panas agar air terlepas.
---
3. Pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu: Adsorpsi umumnya eksoterm, sehingga kenaikan suhu akan menurunkan kapasitas adsorpsi. Suhu rendah meningkatkan kapasitas karena molekul lebih mudah menempel.
Tekanan: Pada adsorpsi gas, kenaikan tekanan meningkatkan kapasitas adsorpsi karena molekul gas lebih terdorong masuk ke pori adsorben. Penurunan tekanan akan mengurangi kapasitas adsorpsi.
---
4. Fungsi dan proses pada pengoperasian hamparan tetap (fixed bed operation)
Fungsi: Menyediakan media adsorben yang tetap di tempat sehingga gas atau cairan dapat mengalir melaluinya untuk mengadsorpsi zat pengotor atau komponen target.
Proses: Fluida masuk dari satu sisi kolom → melewati lapisan adsorben → molekul pengotor terperangkap di permukaan adsorben → fluida bersih keluar. Saat adsorben jenuh, kolom dihentikan atau diganti ke unit lain untuk regenerasi.
---
5. Adsorben untuk menjernihkan VCO
Karbon aktif → menghilangkan warna dan bau tak diinginkan.
Silika gel food-grade → mengurangi kadar air.
Bentonit/bleaching earth → menghilangkan pigmen dan kotoran halus.
Aulia Nabilla R./10 1. jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapannya menurun dan proses pemurnian menjadi tidak efektif. 2. silika gel digunakan untuk mengeringkan gas dengan menyerap molekul air melalui pori-pori halusnya. 3. peningkatan suhu mengurangi kapasitas adsorpsi. fungsi adsorber hamparan tetap adalah untuk memisahkan atau memurnikan komponen dari suatu aliran fluida secara terus menerus. 4. contohnya adalah unit Pressure Swing Adsorption (PSA) di industri. Fungsinya untuk pemurnian dan pemisahan zat, seperti menghilangkan uap air dari gas alam. 5. ntuk menjernihkan VCO, digunakan karbon aktif atau lempung pemucat (bleaching clay). 6. proses Batch: efisien untuk skala kecil, tetapi tidak terus menerus. hamparan tetap: efisien untuk skala besar, tetapi regenerasi bisa kompleks. hamparan bergerak: beroperasi tanpa henti, tetapi desain dan operasi lebih rumit. 7. contoh penerapan adsorpsi, yaitu : pemurnian gas alam di industri minyak dan gas, pemurnian air limbah dengan karbon aktif, dan pemucatan sirup gula di pabrik gula.
Khanza salwa azzahra (32) 1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
Kapasitas adsorpsi menurun karena pori-pori adsorben sudah jenuh.
Kualitas hasil pemurnian menurun (kontaminan ikut terbawa).
Tekanan aliran fluida bisa meningkat (pressure drop) akibat pori tersumbat.
Umur pakai peralatan menurun karena beban kerja lebih berat.
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Fungsi utama: Menyerap uap air (desikan) dari aliran gas, sehingga gas menjadi kering.
Contoh: Pemurnian gas alam sebelum dikompresi, pemurnian udara instrumen, dan gas industri seperti nitrogen atau oksigen agar tidak mengandung kelembapan.
Cara kerja: Molekul air menempel pada permukaan berpori silika gel melalui adsorpsi fisik.
3. Pengaruh suhu dan fungsi dari adsorber hamparan tetap
Pengaruh suhu:
Suhu terlalu tinggi → kapasitas adsorpsi menurun (karena ikatan molekul lebih mudah lepas).
Suhu terlalu rendah → kapasitas meningkat, tapi kecepatan difusi molekul ke pori bisa melambat.
Fungsi: Menghilangkan kontaminan dari fluida dengan cara melewatkan fluida melalui lapisan adsorben yang tetap diam (tidak bergerak).
4. Contoh dan fungsi adsorber hamparan tetap
Contoh: Kolom pengering udara dengan silika gel, karbon aktif untuk pemurnian air, molecular sieve untuk pemurnian gas alam.
Fungsi:
Menyerap uap air, gas beracun, atau zat warna dari cairan/gas.
Digunakan dalam proses pemurnian, pengeringan, dan penghilangan bau.
5. Untuk memurnikan VCO (Virgin Coconut Oil) menggunakan adsorber apa?
Biasanya digunakan karbon aktif (activated carbon) untuk menyerap warna, bau, dan zat pengotor.
Bisa juga digunakan silika gel atau zeolit alam tergantung target kemurnian.
6. Efisiensi dan kelemahan masing-masing proses pengoperasian adsorpsi
Adsorpsi fisik:
Efisiensi: Cepat, regenerasi mudah.
Kelemahan: Kapasitas rendah untuk molekul tertentu, dipengaruhi suhu dan tekanan.
Adsorpsi kimia:
Efisiensi: Ikatan kuat, mampu menangkap molekul spesifik.
Kelemahan: Regenerasi sulit, sering kali adsorben sekali pakai.
Adsorber hamparan tetap:
Efisiensi: Stabil, desain sederhana.
Kelemahan: Jika jenuh, seluruh bed harus diganti atau diregenerasi.
Adsorber moving bed / fluidized bed:
Efisiensi: Kontinyu, dapat regenerasi online.
Kelemahan: Desain dan operasi lebih kompleks.
7. Contoh penerapan adsorpsi di industri
Pemurnian gas alam (menghilangkan H₂S dan uap air dengan molecular sieve).
Pemurnian air minum (menghilangkan bau/warna dengan karbon aktif).
Pemisahan udara menjadi nitrogen dan oksigen (PSA – Pressure Swing Adsorption).
Pemurnian minyak goreng (karbon aktif untuk menyerap warna dan bau).
Industri farmasi (pemurnian pelarut organik).
Industri makanan (penghilangan kafein pada kopi – decaffeination).
1. Akibat jika adsorpsi tidak diregenerasi tepat waktu Kapasitas adsorben menurun karena jenuh. Efisiensi pemurnian turun, pengotor masih lolos. Tekanan diferensial naik, aliran tersumbat. Peralatan downstream berisiko rusak.
2. Penggunaan silica gel dalam proses pemurnian gas Menghilangkan uap air dari gas. Prinsip adsorpsi fisik pada permukaan berpori. Proses: gas lembap → melewati kolom silica gel → air teradsorpsi → gas kering. Regenerasi: pemanasan 120–150 °C atau purging gas kering panas.
3. Pengaruh suhu & tekanan terhadap proses adsorpsi Suhu rendah → kapasitas adsorpsi tinggi (karena eksotermis). Suhu tinggi → kapasitas turun. Tekanan tinggi → laju adsorpsi meningkat.
4. Contoh & fungsi adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) Contoh: kolom pengering udara berisi silica gel, kolom karbon aktif gas buang. Fungsi: fluida mengalir melalui lapisan adsorben tetap untuk menangkap pengotor.
5. Adsorben untuk menjernikan VCO Zeolit alam teraktivasi, bentonit, atau karbon aktif.
6. Efisiensi & kelembapan PPA Silica gel: efisiensi ±95%, kelembapan akhir <0,01% (dew point −40 °C). Molecular sieve: efisiensi >99%, kelembapan akhir sangat rendah (dew point −60 °C). Activated alumina: efisiensi ±90–95%, kelembapan akhir ±−40 °C dew point.
7. Contoh penerapan adsorpsi di industri Pengeringan gas alam (molecular sieve). Pemurnian udara laboratorium. Penyisihan merkuri dari gas buang. Penghilangan bau industri makanan/minuman. Penjernihan VCO, minyak goreng, dan gula.
DAVIN JUNIO CAESARO / 16 / XI-TKI-1 1. - Jika adsorben tidak di regenerasi maka yang terjadi antara lain adalah : 1.Penurunan kapasitas adsorpsi 2.Kerusakan adsorben lebih cepat 3.Kualitas hasil pemurnian menurun 4.risiko tumbuhnya mikroorganisme
2. -Silika gel yang berbentuk padat berpori sebagai adsorben digunakan untuk pengeringan dalam pemurnian gas dengan melewatkan gas melalui kolom berisi butiran silika gel. Pori-porinya menyerap uap air sebagai zat pengotor, yang biasanya berasal dari kelembapan alami gas, kondensasi, atau sisa proses produksi, sehingga gas menjadi lebih murni. Setelah jenuh, silika gel diregenerasi dengan pemanasan agar dapat digunakan kembali.
3. Proses adsorpsi dengan pengaruh suhu dan tekanan menghasilkan panas. Panas ini dilepaskan ketika satu mol adsorbat diadsorpsi, dan keseluruhan proses ini dikenal sebagai entalpi. Entalpi bernilai negatif karena adsorpsi merupakan fenomena eksotermik. Pergerakan molekul terbatas selama proses adsorpsi, sehingga entalpinya rendah. Ketika tekanan dan suhu berada pada kondisi yang sama, adsorpsi merupakan proses spontan.
4. Contoh adsorber hamparan tetap: -Kolom pengering udara dengan silika gel sebagai adsorben tetap. -Filter karbon aktif dalam pemurnian gas untuk menyerap bau dan zat organik.
Fungsi adsorber hamparan tetap: Menyaring atau menghilangkan zat pengotor dari gas atau cairan dengan cara adsorpsi pada permukaan adsorben yang tetap di dalam kolom. Menjaga kestabilan proses karena adsorben tidak bergerak sehingga aliran fluida bisa terkontrol. Memudahkan proses regenerasi dan pemeliharaan adsorben tanpa perlu mengganti seluruh isi kolom.
5. Untuk menjernihkan biasanya digunakan adsorber seperti tanah liat aktif atau karbon aktif. Adsorben ini berfungsi menyerap warna, bau, dan zat pengotor dalam minyak sehingga membuat VCO menjadi lebih jernih dan stabil. Proses ini biasa disebut bleaching dan sering menggunakan adsorben dalam bentuk hamparan tetap.
6. Efisiensi dan kelemahan pengoperasian adsorber hamparan tetap 1.Efisiensi: -Proses stabil dan cocok untuk operasi kontinu. -Aliran fluida terkontrol sehingga kontak antara adsorben dan zat pengotor maksimal. 2.Kelemahan: -Adsorben cepat jenuh sehingga perlu regenerasi rutin. -Regenerasi memerlukan waktu dan biaya tambahan. -Tidak fleksibel untuk variasi beban dan jenis zat pengotor.
7. Contoh penerapan adsorpsi di bidang industri: 1.Pengolahan udara dan gas: Menghilangkan uap air, gas beracun, dan bau menggunakan silika gel atau karbon aktif. 2.Pengolahan air: Menghilangkan warna, bau, dan zat organik dari air minum dengan karbon aktif. 3.Industri minyak: Memurnikan minyak, seperti bleaching minyak kelapa sawit atau VCO menggunakan tanah liat aktif. 4.Industri farmasi: Memisahkan atau menghilangkan zat pengotor dalam proses produksi obat. 5.Industri kimia: Memurnikan bahan baku atau produk dengan mengadsorpsi senyawa tidak diinginkan.
Gusti Ayu Putu K. (26) 1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas adsorpsi menurun karena adsorben jenuh, sehingga proses pemurnian atau pemisahan menjadi kurang efektif dan bisa menimbulkan penurunan kualitas produk serta peningkatan biaya operasional. 2. Silica gel digunakan dalam pemurnian gas untuk menyerap uap air dan kelembapan agar gas menjadi kering, mencegah korosi dan kerusakan pada peralatan berikutnya. 3. Suhu tinggi biasanya menurunkan kemampuan adsorpsi karena adsorpsi eksotermik, sedangkan tekanan tinggi meningkatkan adsorpsi pada gas karena mendorong molekul gas menempel pada permukaan adsorben. 4. Adsorber hamparan tetap berupa lapisan padat adsorben yang tidak bergerak, contohnya bed filter. Fungsinya untuk menyaring atau menyerap zat tertentu dari aliran cair atau gas secara kontinu. 5. Untuk menjernihkan VCO biasanya digunakan karbon aktif sebagai adsorben untuk menghilangkan warna dan bau tidak diinginkan. 6. Efisiensi PPA (Pengolahan Pelarut Aktif) tinggi dalam menyerap zat tertentu, tapi kelemahannya bisa mahal, membutuhkan regenerasi rutin, dan adsorben bisa rusak jika dipakai berulang. 7. Contoh penerapan adsorpsi industri: penghilangan uap organik di pabrik kimia, pengeringan gas dengan silica gel, pemurnian air menggunakan karbon aktif, serta penyaringan udara di ruang bersih.
khanza salwa azzahra(32) 1. - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
2. Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
3. -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
4. Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
5. faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
6. Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
khanza salwa azzahra(32) 1. Jelaskan tentang absorpsi kimia Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campurannya menggunakan pelarut cair, di mana terjadi reaksi kimia antara komponen gas yang diinginkan dengan pelarut. Gas akan larut dalam cairan dan bereaksi membentuk senyawa baru, sehingga pemisahan menjadi lebih selektif dan efisien. Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan amina (MEA).
2. Dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan, metode regenerasi yang digunakan pelarut apa? Metode regenerasi pelarut dengan pemanasan biasanya digunakan pada pelarut kimia reaktif seperti larutan amina (misalnya Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA). Pemanasan memecah ikatan kimia antara gas terlarut (misalnya CO₂ atau H₂S) dengan pelarut, sehingga gas dilepaskan dan pelarut dapat digunakan kembali.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Pemisahan gas (misalnya CO₂ removal pada gas alam)
Pengendalian polusi udara (menyerap SO₂ dari gas buang cerobong)
Pemurnian produk (menghilangkan kontaminan pada aliran proses)
Pengambilan bahan berharga (menangkap uap pelarut organik untuk didaur ulang)
Pengendalian kelembapan (dalam pengolahan udara)
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Jenis Karakteristik Contoh
Reaktif Terjadi reaksi kimia antara gas dengan pelarut, selektif, biasanya membutuhkan regenerasi termal Larutan amina, larutan NaOH Non-reaktif Hanya terjadi pelarutan fisik tanpa reaksi kimia, biasanya dioperasikan pada suhu rendah & tekanan tinggi Air, pelarut organik (metanol, propilen karbonat)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan? Tidak. Walaupun pada umumnya absorben berupa cairan, ada juga absorben padat untuk aplikasi tertentu, namun prosesnya biasanya disebut adsorpsi. Dalam konteks absorpsi murni, fase absorben adalah cairan, tetapi ada bentuk hybrid seperti membran cair atau cairan ionik.
6. Cara menangani fenomena foaming dalam kolom absorpsi dan dampaknya jika tidak ditangani
Foaming = terbentuknya busa berlebihan akibat kontaminan, zat aktif permukaan (surfactant), atau degradasi pelarut.
Cara mengatasi:
Menjaga kebersihan pelarut dan mencegah kontaminasi minyak/padat
Menggunakan anti-foaming agent
Mengontrol laju alir gas dan cairan agar tidak terlalu tinggi
Melakukan filtering atau purging pelarut secara berkala
Dampak jika tidak ditangani:
Efisiensi absorpsi menurun
Flooding pada kolom (pelarut terbawa naik bersama gas)
Tekanan diferensial meningkat sehingga bisa merusak peralatan
khairina nasyiefa u.k (31) 1. Efisiensi menurun drastis, produk menjadi terkontaminasi, biaya operasional meningkat, dan adsorben bisa rusak permanen. 2. Silika gel digunakan untuk mengeringkan gas dengan menyerap uap air, mencegah korosi dan penyumbatan pada pipa. 3. Pengaruh Suhu: Suhu tinggi menurunkan efisiensi adsorpsi tapi penting untuk regenerasi. Suhu rendah meningkatkan efisiensi adsorpsi. Fungsi: Memurnikan fluida secara kontinu dengan memisahkan komponen yang tidak diinginkan melalui unggun padatan adsorben 4. Contoh: Kolom pengeringan gas alam dengan silika gel, filter karbon aktif untuk pemurnian air. Fungsi: Memungkinkan operasi pemurnian skala besar yang efisien dan kontinu. 5. Menggunakan karbon aktif. Fungsinya untuk menyerap zat warna, bau, rasa tidak enak, dan kontaminan lain agar VCO menjadi lebih jernih dan berkualitas. 6. Adsorber Tangki Aduk: Efisien karena kontak maksimal, tapi mahal dan berisiko merusak adsorben. Adsorber Unggun Tetap: Efisien dan ideal untuk skala besar, tapi butuh banyak kolom dan rentan terhadap penurunan tekanan serta channeling. 7. Industri Gas: Pengeringan gas alam. Industri Makanan: Penjernihan sirup gula dan minyak nabati. Industri Lingkungan: Pengolahan air limbah.
DEVITA APRILIANA XI TKI-1/17 1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapan (adsorpsi) akan menurun karena pori-porinya sudah penuh oleh zat teradsorpsi. Akibatnya:
- Efisiensi proses menurun. - Produk yang dihasilkan tidak murni. - Tekanan operasi bisa meningkat (karena aliran terhambat). - Umur adsorben menjadi lebih pendek.
2. Silika gel digunakan untuk menghilangkan uap air atau kelembapan dari gas. Prosesnya:
- Gas dialirkan melalui lapisan silika gel. - Molekul air menempel pada permukaan pori silika gel. - Gas keluar dalam keadaan kering dan lebih murni. - Silika gel efektif karena punya luas permukaan besar dan daya serap tinggi terhadap uap air.
3. Suhu: Adsorpsi umumnya eksotermis, jadi semakin tinggi suhu → kapasitas adsorpsi menurun. Suhu rendah lebih menguntungkan.
- Tekanan: Untuk adsorpsi gas pada padatan, semakin tinggi tekanan (pada suhu tetap) → jumlah zat yang teradsorpsi meningkat, sampai titik jenuh tercapai.
4. Pada hamparan tetap (fixed bed), adsorben diam di dalam kolom dan fluida (gas atau cairan) dialirkan melaluinya.
- Fungsi: Memisahkan atau memurnikan komponen campuran.
- Proses: Fluida masuk dari satu ujung kolom → melewati lapisan adsorben → komponen yang diinginkan menempel di permukaan adsorben → fluida keluar dalam keadaan sudah dipisahkan. Ketika adsorben jenuh, dilakukan regenerasi atau penggantian.
5. VCO (Virgin Coconut Oil) biasanya dijernihkan dengan karbon aktif atau zeolit alami. Karbon aktif efektif menyerap warna, bau, dan kotoran mikroskopis tanpa merusak kandungan nutrisi.
6. Hamparan Tetap (Fixed Bed)
- Efisiensi: Pemisahan tinggi, cocok untuk aliran besar dan waktu kontak lama.
- Kelemahan: Regenerasi sulit, resistensi aliran besar.
- Hamparan Bergerak (Moving Bed)
- Efisiensi: Regenerasi mudah, operasi berkesinambungan.
- Kelemahan: Desain dan kontrol sistem lebih rumit.
1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu Kalau adsorben nggak diregenerasi sesuai jadwal, pori-porinya akan penuh oleh molekul yang diadsorpsi, sehingga kapasitasnya turun drastis. Akibatnya, proses pemisahan/pemurnian jadi tidak efektif, kualitas produk menurun, dan bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan karena aliran yang terganggu.
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas Silika gel digunakan untuk menyerap uap air (dehumidifikasi) dari aliran gas agar gas menjadi kering. Biasanya dipakai di sistem pemurnian gas industri, seperti pemurnian udara tekan atau gas alam, supaya menghindari korosi dan pembekuan di pipa.
3. Pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu: Adsorpsi umumnya lebih efektif pada suhu rendah karena sifatnya eksotermis. Kalau suhu naik, kapasitas adsorpsi menurun.
Tekanan: Untuk gas, semakin tinggi tekanan, semakin besar jumlah molekul yang teradsorpsi (hingga mencapai titik jenuh).
4. Contoh dan fungsi adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber)
Contoh: Kolom adsorber berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau dan warna dari air.
Fungsi: Menyaring aliran fluida yang melewati lapisan adsorben yang tetap diam, sehingga kontaminan terperangkap di permukaan adsorben.
5. Adsorben untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) Biasanya digunakan zeolit aktif, bentonit, atau karbon aktif untuk menghilangkan warna, bau, dan kotoran halus pada VCO.
6. Efisiensi & kelemahan masing-masing pengoperasian peralatan adsorpsi
Fixed Bed Adsorber
Efisiensi: Kapasitas tinggi, desain sederhana.
Kelemahan: Harus dihentikan saat regenerasi, aliran bisa terhambat jika adsorben jenuh.
Moving Bed Adsorber
Efisiensi: Regenerasi bisa terus dilakukan tanpa menghentikan operasi.
Kelemahan: Desain dan perawatan lebih rumit.
Fluidized Bed Adsorber
Efisiensi: Kontak antara adsorben dan fluida sangat baik, proses cepat.
1.Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu gas ke dalam fase cair yang disertai reaksi kimia antara gas (absorbat) dengan cairan penyerap (absorben). 2.Umumnya digunakan pelarut kimia reaktif seperti larutan amina (MEA, DEA) atau larutan karbonat yang bisa diregenerasi dengan pemanasan (thermal regeneration). 3.Memurnikan gas produk,Menghilangkan komponen gas berbahaya,Menangkap zat berharga dari aliran gas. 4.Absorben reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap, meningkatkan kapasitas penyerapan. Contoh: MEA untuk CO₂. Absorben non-reaktif: hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia. Contoh: air untuk menyerap NH₃, minyak untuk menyerap hidrokarbon ringan. 5.Tidak,Walaupun umumnya berupa cairan, absorben juga bisa berbentuk padat yang larutkan gas (misalnya padatan cair pada suhu operasi tertentu) atau cairan kental seperti minyak berat. Namun, untuk proses absorpsi gas di industri, fase cair adalah yang paling umum digunakan karena efisiensinya tinggi. 6.Penanganan: •Gunakan anti-foaming agent (bahan kimia penghilang busa). •Jaga kebersihan pelarut dari minyak, partikel padat, atau kontaminan lain yang memicu busa. Dampak jika tidak ditangani: •Penurunan efisiensi penyerapan. •Tekanan kolom meningkat → risiko kerusakan peralatan.
andhin kirana yudha(04) 1. Penjelasan tentang metode destilasi: Destilasi adalah metode pemisahan campuran zat berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prosesnya melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen yang lebih mudah menguap akan berubah menjadi uap, lalu uap tersebut didinginkan dan dikondensasi kembali menjadi cairan. Tujuan utama destilasi adalah memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan volatilitasnya. 2. Hasil akhir bentuk/tekstur ekstraksi cair-cair: Praktikum ekstraksi cair-cair akan menghasilkan dua fase cairan yang terpisah. Satu fase adalah larutan air, dan fase lainnya adalah pelarut organik. Kedua fase ini akan terlihat berbeda secara visual, misalnya warna atau kejernihan, dan akan terpisah di corong pemisah. Bentuk akhir akan tergantung pada jenis pelarut organik yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi. 3. Memastikan pemisahan fase sempurna dan parameter uji: Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kafein, beberapa hal perlu diperhatikan: Pemilihan pelarut: Gunakan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki kemampuan melarutkan kafein dengan baik. Keseimbangan: Biarkan fase cair dan organik bercampur dengan baik di corong pemisah (dengan cara dikocok) dan kemudian didiamkan beberapa saat hingga fase terpisah sempurna. Pengulangan: Lakukan ekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik baru untuk memastikan semua kafein terambil. Parameter uji: Uji kandungan kafein dalam larutan air sebelum dan sesudah ekstraksi menggunakan metode seperti kromatografi (misalnya Kromatografi Cair Kinerja Tinggi/KCKT) untuk mengetahui jumlah kafein yang terambil. 4. Resiko penggunaan pelarut organik dalam K3: Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair dapat menimbulkan resiko, terutama dalam konteks Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Mudah terbakar: Banyak pelarut organik bersifat mudah terbakar dan dapat menyebabkan kebakaran jika tidak ditangani dengan hati-hati. Beracun: Beberapa pelarut organik berbahaya jika terhirup, tertelan, atau terkena kulit. Iritasi: Pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Dampak lingkungan: Pembuangan limbah pelarut organik yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan. 5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri: Ekstraksi cair-cair memiliki berbagai tujuan penting dalam industri: Pemurnian produk: Memisahkan senyawa yang diinginkan dari campuran yang tidak diinginkan untuk mendapatkan produk yang lebih murni. Peningkatan nilai tambah: Memisahkan senyawa berharga dari bahan baku yang murah untuk meningkatkan nilai produk. Pemisahan produk samping: Memisahkan produk samping yang tidak diinginkan dari produk utama untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi proses. Konsentrasi senyawa: Meningkatkan konsentrasi senyawa target dalam larutan untuk memudahkan proses selanjutnya
1.Macam-macam fluida: A. Fluida ideal → tidak memiliki viskositas & inkompresibel (teori saja, tidak ada di dunia nyata). B. Fluida nyata → memiliki viskositas & bisa mengalami kompresibilitas (air, minyak, udara). C. Fluida Newtonian → viskositas konstan terhadap laju geser (contoh: air, udara, oli ringan). D. Fluida Non-Newtonian → viskositas berubah tergantung laju geser (contoh: cat, darah, lumpur). Macam-macam viskositas: A. Viskositas Dinamis (μ) → tahanan internal fluida terhadap aliran, satuan Pa·s atau cP. B. Viskositas Kinematis (ν) → perbandingan viskositas dinamis dengan densitas, satuan m²/s atau cSt.
2.Tantangan utama: A.Risiko penyumbatan sensor/pipa. B.Gelembung udara atau partikel padat mempengaruhi akurasi. C.Perubahan densitas & viskositas membuat kalibrasi sulit. Alat ukur yang direkomendasikan: A.Magnetic flow meter (tidak ada bagian bergerak, cocok untuk cairan konduktif). B.Ultrasonic flow meter (untuk aliran kotor/berpartikel). C.Coriolis flow meter (akurasi tinggi, ukur massa langsung).
3.Laminar → aliran teratur, partikel bergerak sejajar, dominasi gaya viskositas, Re < 2000. Turbulen → aliran tidak teratur, banyak pusaran (eddy), dominasi gaya inersia, Re > 4000. Cara mengetahui → hitung Bilangan Reynolds (Re).
4.Soal: Air mengalir dari tangki tertutup ke pipa horizontal. Tekanan di titik 1 = 250 kPa, kecepatan = 3 m/s, Tekanan di titik 2 = 200 kPa, ketinggian sama. Hitung kecepatan di titik 2! (ρ = 1000 kg/m³)
5.Jenis fluida (Newtonian atau non-Newtonian). Viskositas & densitas. Suhu & tekanan operasi. Kebersihan fluida (ada partikel atau tidak). Jenis & kalibrasi alat ukur. Kecepatan dan pola aliran (laminar/turbulen).
6.Densitas (ρ) → massa per satuan volume fluida, satuan kg/m³. Dipengaruhi oleh temperatur & tekanan. Temperatur → ukuran tingkat panas suatu zat, mempengaruhi sifat fisik fluida seperti viskositas, densitas, dan tekanan uap.
andhin kirana yudha(04) Nomor 1 - Macam-macam fluida 1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya. 2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya. 3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika. 4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika. - Macam-macam viskositas -Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2 Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah, bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3 -Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya. Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi. -Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain : MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4 Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah.... (ρ air = 10³ kg/m²)
Nomor 5 faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6 Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
andhin kirana yudha(04) 1. *Absorpsi kimia* adalah proses penyerapan suatu zat (absorbat) oleh zat lain (absorben) melalui reaksi kimia. Proses ini sering digunakan dalam industri untuk menghilangkan atau mengambil komponen tertentu dari campuran gas atau cairan.
2. Pelarut yang umum digunakan dalam proses regenerasi melalui pemanasan adalah *amina* (seperti MEA atau DEA) untuk menyerap gas asam seperti CO2 dan H2S. Proses regenerasi dilakukan dengan memanaskan larutan yang telah jenuh untuk melepaskan gas yang diserap.
3. Fungsi absorpsi dalam industri antara lain: - Menghilangkan gas-gas tidak diinginkan (seperti CO2, H2S) dari campuran gas. - Mengambil komponen berharga dari gas atau cairan. - Mengurangi polusi udara dengan menangkap polutan.
4. - *Absorben reaktif*: Bereaksi secara kimia dengan absorbat untuk meningkatkan efisiensi penyerapan. Contoh: amina untuk menyerap CO2. - *Absorben non reaktif*: Menyerap absorbat secara fisik tanpa reaksi kimia. Contoh: air untuk menyerap SO2.
5. Tidak, absorben bisa berupa *cairan* atau *padatan*. Contoh absorben padat adalah zeolit atau karbon aktif yang digunakan untuk menyerap gas atau cairan.
6. - *Penanganan foaming*: - Menambahkan *anti-foaming agent* (zat anti-busa). - Mengatur laju alir gas dan cairan. - Menggunakan desain kolom yang tepat. - *Dampak jika tidak ditangani*: - Penurunan efisiensi penyerapan. - Kerusakan peralatan akibat banjir (flooding) di kolom. - Peningkatan biaya operasional karena perawatan tambahan.
4. Sebuah pipa horizontal mengalirkan air. Di titik 1, tekanan 200 kPa, kecepatan 2 m/s. Di titik 2, tekanan 150 kPa, kecepatan 5 m/s. Cari perbedaan ketinggian ! Z1 - Z2!
1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu gas ke dalam cairan dengan disertai reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan pelarut (solvent).
- Contoh: Penyerapan CO₂ menggunakan larutan amina (MEA), di mana CO₂ bereaksi membentuk senyawa karbamat.
- Ciri utama: hasil penyerapan menghasilkan senyawa baru sehingga kapasitas penyerapan lebih tinggi dibanding absorpsi fisik.
2. Pelarut reaktif yang sering digunakan untuk regenerasi gas - Pelarut reaktif = pelarut yang secara kimia bereaksi dengan gas target. Beberapa contoh umum di industri:
- Monoethanolamine (MEA)
- Diethanolamine (DEA)
- Methyl Diethanolamine (MDEA)
- Potassium carbonate (K₂CO₃)
- Aqueous ammonia (NH₃)
3. Memisahkan dan menghilangkan gas pengotor dari aliran gas utama (misalnya menghilangkan CO₂, H₂S dari gas alam).
- Mengurangi emisi gas berbahaya ke lingkungan.
- Meningkatkan kemurnian produk gas yang dihasilkan.
- Mengendalikan proses kimia agar tidak terganggu oleh kontaminan gas.
4. Jenis Absorben Karakteristik Contoh Keunggulan Kekurangan
- Reaktif Bereaksi secara kimia dengan gas MEA, DEA, K₂CO₃ Kapasitas penyerapan tinggi, selektif Perlu energi lebih untuk regenerasi, pelarut mudah terdegradasi - Non-reaktif Tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas secara fisik Air, minyak mineral, pelarut organik Mudah diregenerasi, stabil Kapasitas penyerapan rendah, dipengaruhi tekanan & suhu
5. Tidak. Absorben dapat berupa:
- Cairan (paling umum, misalnya air, larutan amina)
- Padat (misalnya zeolit, silica gel — meski ini lebih dikenal dalam adsorpsi, ada juga padatan berpori yang digunakan dalam absorpsi tertentu)
- Campuran cairan-padat dalam slurry absorber
- Namun, dalam absorpsi kimia industri, yang paling umum adalah bentuk cair karena kemudahan kontak dengan gas.
6. Foaming = pembentukan busa berlebihan di kolom absorpsi.
- Penyebab umum: adanya kontaminan organik, partikel padat, degradasi pelarut, atau pelarut yang terlalu kental.
- Cara menangani:
- Menambahkan antifoam agent (bahan kimia anti-busa).
- Menjaga kebersihan pelarut dengan filtrasi & purifikasi berkala.
- Mengontrol konsentrasi pelarut agar tidak terlalu tinggi.
- Mengurangi kontaminan masuk ke sistem.
- Dampak jika tidak ditangani:
- Penurunan efisiensi penyerapan.
- Gangguan aliran & kenaikan tekanan dalam kolom.
- Risiko cairan terbawa ke atas (carry-over) yang merusak peralatan downstream.
1. Apa kelemahan dari masing-masing mixer mekanis dan pneumatik 2. Kalau pencampuran dilakukan terlalu lama, apa dampak negatifnya terhadap bahan kimia tersebut 3. Apa perbedaan campuran homogen dan heterogen 4. Apa perbedaan turbulen mixing dan lamina mixing 5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari dan mana yang berbahaya atau tidak 6. Apa yang menyebabkan asam masuk aerosol dan apa yang membedakan dengan gas murni 7. kalau pencampuran menimbulkan banyak busa, apa yang harus dilakukan
1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
DINDA NAZILATUL F 1. Kelemahan mixer mekanis: butuh energi listrik lebih besar, ada keausan komponen, perawatan rutin. Kelemahan mixer pneumatik: efisiensi energi rendah, butuh suplai udara bertekanan, kebisingan tinggi. 2. Pencampuran terlalu lama dapat menyebabkan degradasi bahan, perubahan sifat kimia, reaksi tak diinginkan, atau pemborosan energi. 3. Campuran homogen: komponennya menyatu merata dan tidak bisa dibedakan mata (contoh: larutan gula). Campuran heterogen: komponen masih terlihat terpisah (contoh: pasir dan air). 4. Turbulen mixing: aliran acak dan cepat, pencampuran cepat dan merata. Laminar mixing: aliran teratur dan pelan, pencampuran lambat. 5. Contoh pencampuran gas: udara pernapasan (aman), gas LPG dengan udara (berbahaya), oksigen di rumah sakit (aman jika terkontrol). 6. Asam jadi aerosol karena terbawa tetesan cairan kecil di udara; bedanya dengan gas murni adalah aerosol berupa partikel cair di udara, sedangkan gas murni bentuknya molekul bebas. 7. Jika banyak busa: kurangi kecepatan pengadukan, gunakan antifoam/defomer, atau ubah desain mixer.
Cecillia salsabila (14) pencampuran (mixing) bahan kimia 1. Kelemahan mixer mekanis: memerlukan perawatan yang lebih banyak, dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang dicampur jika tidak digunakan dengan benar. Kelemahan mixer pneumatik: memerlukan sumber udara terkompresi, dapat kurang efektif untuk bahan yang sangat kental atau berat.
2. Dampak negatif pencampuran yang terlalu lama: dapat menyebabkan perubahan sifat fisik atau kimia bahan, seperti degradasi, penguraian, atau reaksi yang tidak diinginkan.
3. Perbedaan campuran homogen dan heterogen: Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagian, sedangkan campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam.
4. Perbedaan turbulen mixing dan laminar mixing: Turbulen mixing melibatkan aliran fluida yang tidak stabil dan berputar-putar, sedangkan laminar mixing melibatkan aliran fluida yang stabil dan berlapis-lapis.
5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari: Udara yang dihirup (tidak berbahaya) dan LPG (berbahaya jika tidak ditangani dengan benar).
6. Asam dapat masuk ke dalam aerosol karena proses kimia atau fisik yang terjadi di atmosfer. Aerosol berbeda dengan gas murni karena aerosol terdiri dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi dalam gas.
7. Jika pencampuran menimbulkan banyak busa, maka dapat dilakukan dengan menambahkan bahan anti-busa atau mengatur kecepatan pencampuran untuk mengurangi pembentukan busa.
Boros energi jika viskositas cairan tinggi. Ada bagian bergerak → butuh perawatan rutin (bearing, seal). Bisa menghasilkan panas akibat gesekan, berpotensi merusak baan sensitif suhu. Resiko kontaminasi jika poros/impeller tidak bersih sempurna.
Mixer pneumatik (menggunakan udara tekan):
Tidak cocok untuk cairan sangat kental → daya campur lemah. Konsumsi udara tekan tinggi → boros jika kompresor kurang efisien. Tingkat kebisingan lebih tinggi. Jika udara tidak difilter baik, bisa menimbulkan kontaminasi.
2. Dampak negatif jika pencampuran terlalu lama terhadap bahan kimia
Kerusakan struktur bahan (misalnya polimer bisa terurai). Perubahan sifat fisik*(warna, viskositas, ukuran partikel). Overheating→ reaksi kimia tak diinginkan, penguapan bahan volatil. Degradasi oksidatif jika kontak lama dengan udara. Pemecahan emulsi atau pembentukan gumpalan pada campuran tertentu.
3. Perbedaan campuran homogen dan heterogen*
Homogen: Komposisi sama di seluruh bagian, tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang.
Contoh: larutan gula dalam air. Heterogen: Komposisi tidak merata, masih bisa dibedakan dengan mata atau mikroskop.
Contoh: minyak dan air.
4. Perbedaan turbulent mixing dan laminar mixing
Turbulent mixing:
Aliran kacau (tidak teratur). Efektif untuk pencampuran cepat. Cocok untuk cairan rendah viskositas. Laminar mixing:
Aliran teratur, berlapis-lapis. Cocok untuk cairan kental atau proses yang butuh pencampuran lembut. Waktu pencampuran lebih lama.
5. Contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari & bahayanya
Contoh:
Udara pernapasan (oksigen + nitrogen) → aman LPG (propana + butana) di kompor → berbahaya jika bocor. Gas buang kendaraan (CO, NOx + udara) → berbahayabuntuk kesehatan. Karbonasi minuman (CO₂ + air) → aman jika dalam batas konsumsi.
6. Penyebab asam masuk ke aerosol & perbedaannya dengan gas murni Penyebab:
Penguapan larutan asam di udara yang kemudian membentuk tetesan mikro (droplet) → jadi aerosol. Proses mekanis seperti penyemprotan, bubbling, atau agitasi kuat. Perbedaan dengan gas murni:
Aerosol: Partikel cair/solid yang melayang di udara, tidak sepenuhnya dalam bentuk molekul gas. Gas murni: Semua partikel dalam fase gas, bergerak bebas tanpa tetesan cairan.
7. Jika pencampuran menimbulkan banyak busa, yang harus dilakukan:
Turunkan kecepatan pengadukan. Gunakan anti-foaming agent(bahan anti-busa). Pilih desain impeller yang menghasilkan geseran rendah (low shear). * Gunakan vakum atau degassing untuk mengeluarkan udara terperangkap
1. Mixer mekanis boros listrik, bagian bergerak cepat aus dan bisa bocor, shear tinggi merusak bahan sensitif, ada area tidak tercampur jika desain kurang tepat, dan pembersihan lebih sulit. Mixer pneumatik butuh energi besar dari kompresor, bisa memicu oksidasi, kurang efektif untuk cairan kental, mudah berbusa, bising, dan perlu perawatan rutin.
2. Pencampuran terlalu lama dapat merusak struktur bahan, memicu oksidasi dan reaksi samping, menguapkan komponen volatil, mengubah fase seperti emulsi terbalik, menambah risiko kontaminasi, dan menghasilkan busa berlebih.
3. Campuran homogen seragam di seluruh bagian, partikel terdispersi sampai skala molekul, tidak bisa dipisah dengan filtrasi biasa. Campuran heterogen tidak seragam, fase masih terlihat, dan bisa dipisah secara mekanis.
4. Laminar mixing aliran teratur, pencampuran lambat melalui difusi dan shear, cocok untuk fluida kental atau bahan sensitif, hemat energi. Turbulen mixing aliran acak dengan pusaran, mencampur cepat, cocok untuk fluida encer, tapi boros energi dan bisa merusak bahan.
5. Contoh pencampuran gas yang aman dalam kehidupan sehari-hari adalah udara yang kita hirup seperti udara dari AC. Contoh yang berbahaya adalah asap kendaraan yang mengandung karbon monoksida, kebocoran LPG di dapur, dan uap amonia dari pembersih lantai atau toilet.
6. Asam masuk aerosol saat percikan, gelembung pecah, pemanasan, atau reaksi menghasilkan gas dalam larutan. Aerosol adalah partikel kecil padat atau cair di udara, sedangkan gas murni sepenuhnya fase gas. Aerosol dua fase dan sifatnya dipengaruhi partikel dan udara, gas murni satu fase dan sifatnya ditentukan molekul gas.
7. Jika busa berlebih, turunkan kecepatan pengadukan atau ganti impeller, gunakan anti-busa, kurangi masuknya udara atau gas, dan desain peralatan agar minim turbulensi.
Aldyansyah Putra (03) 1. Mixer mekanis: boros energi untuk fluida viskos tinggi, memerlukan perawatan bearing & seal. Mixer pneumatik: torsi dan kecepatan fluktuatif, bergantung pada suplai udara, efisiensi energi rendah
2. Dapat menyebabkan degradasi termal, reaksi tak diinginkan, perubahan viskositas, dan penurunan kualitas produk akibat geseran berlebih
3. Homogen: komposisi seragam di seluruh bagian (contoh: larutan garam). Heterogen: komposisi tidak seragam, komponen dapat terlihat terpisah (contoh: campuran pasir dan air).
4. Turbulen mixing: aliran acak dengan pencampuran cepat, cocok untuk fluida viskos rendah. Laminar mixing: aliran teratur, pencampuran lambat, cocok untuk fluida viskos tinggi
5. Contoh: udara pernapasan (tidak berbahaya), campuran LPG dan udara (berbahaya karena mudah meledak), oksigen medis dan udara (tidak berbahaya jika sesuai dosis), CO₂ dalam minuman berkarbonasi (umumnya aman).
6. Asam masuk aerosol karena terbentuk partikel cair/ padat terdispersi di udara akibat proses atomisasi atau reaksi kimia di atmosfer; berbeda dari gas murni yang molekulnya dalam fase gas tanpa partikel tersuspensi
7. Kurangi kecepatan pengadukan, gunakan anti-foam agent, atau ubah desain impeller untuk meminimalkan entrainment udara
Lidya Rahmadani (33) 1. kelemahan mixer mekanik dan pneumatik
- mekanik: butuh perawatan rutin karena ada komponen bergerak (bearing, poros) yang bisa aus; boros energi kalau viskositas cairannya tinggi; bisa menimbulkan panas yang mempengaruhi sifat bahan - pneumatik: efisiensinya rendah untuk cairan kental; butuh suplai udara tekan stabil; bisa menyebabkan banyak busa kalau cairannya gampang berbusa
2. dampak negatif pencampuran terlalu lama
- bisa merusak struktur kimia (reaksi tidak diinginkan atau degradasi) - menimbulkan panas berlebih sehingga bahan bisa menguap atau terurai - buang energi percuma - bisa memecah atau merusak partikel sensitif seperti emulsi jadi pecah
3. perbedaan campuran homogen dan heterogen
- homogen: komponennya tercampur rata sampai tingkat molekul, tidak bisa dibedakan secara visual, contoh larutan gula dalam air - heterogen: komponennya tidak tercampur sempurna, masih bisa dibedakan secara visual, contoh pasir dalam air
4. perbedaan turbulen mixing dan laminar mixing
- turbulen: aliran acak dan cepat, cocok untuk pencampuran cepat dan volume besar, gaya inersia dominan - laminar: aliran teratur dan pelan, cocok untuk cairan kental atau pencampuran yang butuh kontrol, gaya viskositas dominan
5. contoh pencampuran gas dan yang berbahaya atau tidak
- tidak berbahaya: udara dengan aroma parfum, udara dengan uap air dari humidifier, udara dengan oksigen medis jika dosis tepat - berbahaya: udara dengan gas karbon monoksida dari knalpot, udara dengan gas klorin dari bahan pembersih, udara dengan amonia pekat
6. penyebab asam masuk aerosol dan bedanya dengan gas murni
- asam bisa masuk ke bentuk aerosol jika terbawa partikel cair atau padat kecil di udara, misalnya asam sulfat di kabut industri - bedanya, gas murni adalah partikel molekul bebas di udara, sedangkan aerosol asam adalah asam yang menempel di partikel kecil (droplet) sehingga lebih iritatif ke saluran pernapasan karena partikel bisa menempel di paru-paru
7. jika pencampuran menimbulkan banyak busa
- turunkan kecepatan pencampuran - gunakan defoamer atau anti-foam agent - ganti metode pencampuran ke yang minim aerasi, misalnya menggunakan pengadukan dari bawah atau mixer low-shear - kurangi masuknya udara ke sistem
Anisa Fitria (07) 1. Mixer mekanis memiliki kelemahan antara lain membutuhkan tenaga listrik atau mekanis yang cukup besar, dapat merusak partikel halus atau bahan yang sensitif terhadap panas, serta memerlukan perawatan rutin karena adanya komponen yang bergerak. Sementara itu, mixer pneumatik kurang efisien untuk mencampur bahan padat yang berat, boros penggunaan udara tekan, dan pengaturan kecepatannya kurang fleksibel.
2. Pencampuran yang berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan panas akibat gesekan sehingga memicu kerusakan atau perubahan sifat bahan kimia. Struktur bahan juga bisa berubah, misalnya kristal menjadi terlalu halus, dan homogenitas campuran dapat menurun karena partikel justru terpisah kembali.
3. Campuran homogen adalah campuran yang tercampur rata sehingga setiap bagiannya memiliki komposisi yang sama, contohnya larutan gula dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki susunan yang tidak merata dan komponen penyusunnya masih dapat dibedakan, seperti campuran pasir dan air.
4. Pencampuran turbulen ditandai dengan aliran acak berkecepatan tinggi yang menghasilkan pusaran, sehingga prosesnya cepat dan banyak dijumpai pada cairan encer. Sedangkan pencampuran laminar terjadi pada aliran teratur dengan kecepatan rendah, mengandalkan difusi, dan umum ditemukan pada cairan kental sehingga pencampurannya lebih lambat.
5. Beberapa contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari antara lain udara dengan uap parfum yang tidak berbahaya, campuran oksigen dan nitrogen dalam udara yang juga aman, campuran LPG dengan udara yang berisiko meledak, serta campuran karbon monoksida dengan udara yang berbahaya karena bersifat racun.
6. Asam dapat membentuk aerosol ketika larutannya disemprotkan atau menguap sehingga menghasilkan tetesan cair berukuran sangat kecil di udara. Aerosol asam berbeda dengan gas murni karena aerosol mengandung tetesan cairan yang terbawa udara, sedangkan gas murni sepenuhnya berada pada fase gas tanpa partikel cair.
7. Jika pencampuran menghasilkan busa berlebihan, dapat digunakan bahan anti-busa, menurunkan kecepatan pencampuran, atau mengubah desain impeller agar agitasi berkurang. Selain itu, udara yang terperangkap bisa dihilangkan dengan proses vakum atau degassing.
1. Mixer mekanis memakai baling-baling dan motor, tetapi boros listrik, bisa merusak bahan sensitif, dan perawatannya mahal. Mixer pneumatik memakai udara tekan, namun kurang kuat untuk bahan kental, butuh kompresor, dan bisa menghasilkan banyak gelembung.
2. Pencampuran terlalu lama bisa menaikkan suhu, merusak sifat kimia, menguapkan zat mudah menguap, dan membuat partikel terlalu halus sehingga sifat produk berubah.
3. Campuran homogen tercampur rata dan komponennya tidak bisa dibedakan, seperti gula dalam air. Campuran heterogen tidak tercampur sempurna dan komponennya masih terlihat, seperti pasir dalam air.
4. Turbulen mixing bercirikan aliran acak dan cepat, cocok untuk cairan encer atau gas. Lamina mixing alirannya teratur dan lambat, cocok untuk cairan kental.
5. Contoh pencampuran gas aman: udara dengan parfum atau aroma masakan. Contoh berbahaya: udara dengan karbon monoksida, klorin, atau uap amonia.
6. Asam menjadi aerosol jika terbawa butiran cair halus saat dipanaskan, disemprot, atau bereaksi. Aerosol asam adalah campuran udara dan droplet cairan, sedangkan gas murni benar-benar fase gas dengan molekul terpisah.
7. Jika busa berlebih, turunkan kecepatan pencampuran, pakai impeller minim turbulensi, tambahkan antifoam, atau ubah metode pencampuran agar busa berkurang.
Danish Akmal Faiz (15) 1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Abieza Masye PH (01) 1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Dimas Syaiful Ulum (19) 1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Arva Alnathan PP (09) 1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06 1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
1. Kelemahan utama mixer mekanis keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi. 2. dampak utamanya yang pasti menyebabkan bahan kimia yang di mixing tidak sesuai yang diinginkan karena dalam pencampuran ada beberapa parameter termasuk waktu 3. Perbedaan utama antara campuran homogen dan heterogen terletak pada keseragaman penyusunnya. Campuran homogen tercampur sempurna dan tidak dapat dibedakan lagi zat penyusunnya secara kasat mata, tampak sebagai satu fasa, seperti larutan gula dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen tidak tercampur sempurna, zat penyusunnya masih dapat dibedakan dan terlihat memiliki batas yang jelas antara fase-fasenya, seperti campuran air dan pasir. 4. - Turbulen mixing: aliran acak, cepat bercampur, cocok untuk cairan encer. - Lamina mixing: aliran teratur, bercampur lambat, cocok untuk cairan kental. 5. Contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari Tidak berbahaya: udara yang kita hirup (campuran oksigen, nitrogen, dan gas lain). Berbahaya: kebocoran LPG di dapur (campuran propana & butana dengan udara, mudah terbakar).
6. Campuran heterogen adalah campuran yang komposisinya tidak seragam dan masih bisa dibedakan secara fisik. Contohnya: air + pasir, susu, kabut (fog), asap. Dalam pencampuran, campuran heterogen bisa muncul karena: Perbedaan kelarutan (zat tidak larut sempurna) Perbedaan fase (padat-cair, cair-cair tak larut, cair-gas) Partikel cukup besar sehingga tidak menyatu secara molekuler dan bisa terlihat atau mengendap Aerosol adalah campuran heterogen berupa zat cair atau padat yang tersebar dalam gas. Jika ada asam dalam bentuk butiran cairan halus yang melayang di udara (misalnya kabut asam sulfat di udara laboratorium), itu termasuk aerosol. Alasannya: partikel cair asam tidak menyatu sempurna dengan udara, melainkan terdispersi sebagai tetesan mikro yang terpisah fase. Perbedaan Aerosol dengan Gas Murni Aerosol Gas Murni Campuran heterogen: fase cair/padat terdispersi dalam fase gas Hanya terdiri dari satu jenis molekul gas Partikel cair/padat terlihat di bawah mikroskop, tidak larut sempurna di gas 7. yang pertama kurangi kecepetannya karena jika pengaduka dilakukan secara cepat akan menimbulkan buih yang akan berbusa lalu jika masi berbusa campurkan senyawa yang dapat mengurangi busa
Aqila madu/08/XI TKI 1 1. Apa kelemahan dari masing-masing mixer mekanis dan pneumatik? Mixer mekanis: butuh energi listrik besar, bisa aus/rusak karena gesekan, dan perawatan cukup mahal. Mixer pneumatik: butuh suplai udara bertekanan, lebih bising, dan efisiensinya kadang lebih rendah. 2. Kalau pencampuran dilakukan terlalu lama, apa dampak negatifnya terhadap bahan kimia tersebut? Kalau pencampuran terlalu lama, bahan bisa rusak, terjadi reaksi yang tidak diinginkan, kualitas menurun, bahkan bisa merusak sifat asli bahan kimia. 3. Apa perbedaan campuran homogen dan heterogen? Homogen: campuran yang seragam, tidak bisa dibedakan komponennya (contoh: larutan gula dalam air). Heterogen: campuran yang tidak seragam, masih bisa dibedakan komponennya (contoh: pasir dalam air). 4. Apa perbedaan turbulen mixing dan lamina mixing? Turbulen mixing: aliran berputar-putar, tidak teratur, pencampuran cepat dan merata. Lamina mixing: aliran teratur dan sejajar, pencampuran lebih lambat dan kurang merata. 5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari dan mana yang berbahaya atau tidak? Tidak berbahaya: oksigen dan nitrogen di udara, gas LPG dengan udara untuk masak (kalau terkontrol). Berbahaya: gas CO (karbon monoksida) bercampur dengan udara, gas klorin, atau kebocoran LPG. 6. Apa yang menyebabkan asam masuk aerosol dan apa yang membedakan dengan gas murni? Asam bisa masuk ke aerosol karena terbawa oleh butiran cair atau partikel kecil di udara. Bedanya, gas murni hanya terdiri dari molekul gas itu sendiri, sedangkan aerosol bercampur dengan partikel padat/cair di udara. 7. Kalau pencampuran menimbulkan banyak busa, apa yang harus dilakukan? Kalau muncul banyak busa, bisa ditambahkan antifoam (anti-busa), mengurangi kecepatan pengadukan, atau mengganti metode pencampuran supaya busa tidak berlebihan.
Aulia Nabilla R./10 1. kelemahan dari mixer mekanis adalah biaya operasional dan perawatan yang lebih tinggi, bisa merusak partikel sensitif karena adanya kontak langsung, dan rentan terjadi masalah segel atau kebocoran. sedangkan, kelemahan dari mixer pneumatik adalah biaya energi yang lebih tinggi untuk kompresi udara, kurang efektif untuk campuran kental atau padat, dan bisa terjadi masalah korosi jika digunakan dengan bahan kimia tertentu. 2. ika pencampuran dilakukan terlalu lama, dampak negatifnya adalah kerusakan pada partikel bahan, meningkatnya suhu yang dapat menyebabkan reaksi kimia yang tidak diinginkan, membuang lebih banyak energi dari yang diperlukan, sehingga tidak efisien, peralatan dapat terkontaminasi sehingga memungkinkan terjadihya kontaminasi pada bahan. 3. campuran homogen adalah campuran di mana komponen-komponennya tercampur secara merata sehingga tidak bisa dibedakan satu sama lain secara visual. dan campuran heterogen adalah campuran di mana komponen-komponennya tidak tercampur secara merata, dan masih bisa dibedakan satu sama lain. 4. turbulen mixing adalah pergerakan fluida yang kacau dan tidak teratur. sedangkan laminar mixing adalah pergerakan fluida yang teratur dan terorganisir 5. contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : udara (tidak berbahaya) asap rokok, gas elpiji (LPG) (keduanya berbahaya). 6. asam bisa masuk ke dalam aerosol ketika asam tersebut terdispersi dalam bentuk partikel padat atau tetesan cairan yang sangat kecil di udara. bedanya dengan gas murni adalah aerosol adalah campuran, di mana fase gas (udara) mengandung partikel padat atau cairan, sedangkan gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul gas. 7. jika pencampuran menimbulkan banyak busa, yang harus dilakukan adalah menurunkan kecepatan putaran mixer, menambahkan zat anti-busa (antifoaming agent), dan mengatur suhu.
1. Mixer mekanis boros energi, menghasilkan panas, ada zona mati, dan butuh perawatan; sedangkan mixer pneumatik kurang efisien untuk cairan kental, sulit dikontrol, dan bisa menyebabkan kehilangan bahan mudah menguap.
2. Jika pencampuran terlalu lama, dapat merusak bahan karena panas, menimbulkan reaksi samping, mengubah sifat fisik, serta menghasilkan busa berlebih.
3. Campuran homogen tercampur rata dan tidak bisa dibedakan, berbeda dengan heterogen yang masih terlihat fase berbeda.
4. Turbulen mixing cepat karena aliran acak, sedangkan lamina mixing lebih lambat dengan aliran berlapis.
5. Contoh pencampuran gas sehari-hari: udara (aman), CO₂ dalam soda (aman jika diminum), LPG dengan udara (berbahaya jika berlebih), dan asap kendaraan (berbahaya).
6. Asam membentuk aerosol bila terdispersi dalam tetesan cair di udara, berbeda dengan gas murni yang hanya satu fase.
7. Jika pencampuran menimbulkan busa, solusinya memakai anti-foam, mengatur kecepatan, atau menggunakan desain pengaduk khusus.
1. Mixer mekanis: Membutuhkan energi listrik atau motor yang lebih besar untuk beban besar. •Bagian bergerak (impeller, poros) rentan aus atau rusak. •Perawatan lebih sering karena ada komponen mekanik yang kontak langsung dengan bahan.
Mixer pneumatik: Efisiensi energi rendah karena mengandalkan udara tekan. •Tidak cocok untuk cairan kental karena daya aduknya lebih lemah. •Suara bising lebih tinggi.
2. Perubahan sifat kimia akibat paparan panas gesekan (reaksi tidak diinginkan). •Degradasi senyawa sensitif (misalnya vitamin, enzim). •Over-aerasi → terbentuknya gelembung udara yang mempengaruhi kualitas produk. •Penguapan pelarut jika proses menghasilkan panas.
3. Homogen: Komposisi seragam di seluruh bagian, tidak terlihat perbedaan antar komponen (contoh: larutan gula dalam air).
•Heterogen: Komposisi tidak seragam, komponen masih bisa dibedakan secara fisik (contoh: pasir dalam air).
4. Turbulen mixing: Aliran fluida acak, bercampur cepat. •Efektif untuk cairan dengan viskositas rendah.
•Contoh: pengadukan air di dalam ember dengan cepat.
Lamina (laminar) mixing: Aliran teratur, campuran terjadi karena pergeseran lapisan fluida. •Cocok untuk cairan kental atau laju alir rendah.
•Contoh: mencampur madu perlahan.
5. Tidak berbahaya: Udara di ruangan (campuran nitrogen, oksigen, uap air).
•Berbahaya: Campuran gas CO (karbon monoksida) dengan udara, atau kebocoran LPG di dapur.
6. Penyebab: Asam cair (misalnya H₂SO₄, HCl) terdispersi menjadi tetesan kecil akibat semprotan, reaksi kimia, atau agitasi kuat.
•Perbedaan: Aerosol asam adalah cairan dalam bentuk butiran halus di udara, dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menempel di permukaan. •Gas murni adalah fase gas sepenuhnya yang tidak memiliki butiran cairan, sifatnya menyebar lebih cepat dan seragam.
7. Kurangi kecepatan pengadukan atau ubah desain impeller. •Gunakan defomer/antifoam (bahan kimia penghilang busa). •Gunakan pengadukan vakum untuk mengurangi udara terperangkap. •Pastikan wadah memiliki ruang bebas di atas cairan untuk menampung busa sementara.
1. Kelemahan mixer mekanis: butuh listrik, ada keausan komponen, bisa merusak bahan sensitif. Kelemahan mixer pneumatik: butuh suplai udara tekan, efisiensi rendah untuk cairan kental, kebisingan tinggi.
2. Pencampuran terlalu lama: bisa menyebabkan degradasi bahan, perubahan sifat kimia/fisika, pemborosan energi, dan peningkatan suhu yang tidak diinginkan.
3. Campuran homogen: komposisi seragam, tidak bisa dibedakan kasat mata (contoh: larutan garam). Campuran heterogen: komposisi tidak seragam, bisa dibedakan kasat mata (contoh: pasir dan air).
4. Turbulen mixing: aliran acak, pencampuran cepat, cocok untuk fluida rendah viskositas. Lamina mixing: aliran teratur, pencampuran lambat, cocok untuk fluida kental.
5. Contoh pencampuran gas:
Nafas manusia di udara (aman)
Karbon dioksida dalam minuman soda (aman dalam jumlah kecil)
Gas LPG bocor di udara (berbahaya)
6. Asam masuk aerosol: terjadi saat asam diuapkan/tersebar dalam bentuk partikel cair kecil di udara. Bedanya dengan gas murni: aerosol berbentuk butiran cair di udara, sedangkan gas murni berbentuk molekul bebas.
7. Jika banyak busa: kurangi kecepatan pencampuran, gunakan antifoam (defoamer), atau ubah desain impeller.
Mekanis: butuh energi listrik/tenaga besar, bisa timbul panas berlebih yang memengaruhi bahan sensitif, perawatan komponen (gear, bearing) lebih sering.
Pneumatik: efisiensi pencampuran kadang lebih rendah untuk bahan kental, butuh suplai udara bertekanan, dan bisa menghasilkan kebisingan tinggi.
2. Dampak pencampuran terlalu lama
Bisa memecah struktur bahan (misal partikel jadi terlalu halus → sifat berubah), timbul panas berlebih → bahan rusak/degradasi, dan boros energi tanpa peningkatan kualitas campuran.
3. Perbedaan campuran homogen & heterogen
Homogen: komposisinya seragam, nggak bisa dibedakan mata (contoh: larutan gula).
Heterogen: komposisinya nggak seragam, partikel bisa terlihat terpisah (contoh: pasir dalam air).
4. Perbedaan turbulen mixing & lamina mixing
Turbulen mixing: aliran acak & cepat, pencampuran cepat tapi bisa merusak bahan rapuh.
Lamina mixing: aliran berlapis & teratur, pencampuran lebih lambat tapi aman untuk bahan sensitif.
5. Contoh pencampuran gas & yang berbahaya/tidak
Tidak berbahaya: udara dengan aroma dari pengharum ruangan, oksigen + nitrogen di atmosfer.
Berbahaya: gas CO dari knalpot + udara, gas LPG bocor + udara → mudah terbakar/meledak.
6. Penyebab asam masuk aerosol & perbedaan dengan gas murni
Penyebab: penguapan larutan asam yang bercampur dengan tetesan cairan kecil (misalnya saat penyemprotan atau reaksi kimia yang memercik).
Beda: aerosol mengandung partikel cair/padat di udara, sedangkan gas murni hanya molekul gas tanpa partikel.
7. Kalau pencampuran timbul banyak busa
Gunakan defoamer (anti-busa) atau kurangi kecepatan pencampuran, bisa juga ganti desain impeller supaya aliran nggak terlalu mengaduk permukaan udara.
1. Kelemahan mixer mekanis: boros listrik, aus, panas berlebih, potensi kontaminasi. Mixer pneumatik: efisiensi rendah untuk kental, butuh udara stabil, bising, boros udara.
2. Pencampuran terlalu lama: bahan rusak, sifat berubah, reaksi tak diinginkan, boros energi.
3. Homogen: tercampur rata. Heterogen: tidak rata. 4. Turbulen: cepat, acak, untuk cairan encer. Laminar: lambat, teratur, untuk kental.
5. Gas aman: udara, soda. Gas berbahaya: LPG bocor, CO, asap knalpot. 6. Asam jadi aerosol: penguapan & kondensasi. Beda: aerosol = partikel cair di udara, gas murni = molekul bebas.
7. Banyak busa: pakai anti-foam, kurangi kecepatan, ubah desain impeller.
andhin kirana yudha(04) 1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitasnya untuk menyerap zat (adsorbat) akan menurun secara drastis. Ini berarti adsorben tidak lagi efektif dalam proses pemurnian, karena pori-porinya sudah jenuh. Akibatnya, kualitas produk yang dihasilkan akan menurun, atau bahkan proses pemurnian bisa gagal total. Selain itu, biaya operasional bisa meningkat karena harus lebih sering mengganti adsorben yang tidak terpakai, dan efisiensi sistem secara keseluruhan akan berkurang.
2. Silika gel sering digunakan dalam pemurnian gas untuk menghilangkan uap air. Ini penting karena uap air dapat merusak peralatan, menurunkan efisiensi proses, dan mencemari produk akhir. Contoh penerapannya adalah dalam pengeringan udara terkompresi, di mana silika gel menyerap kelembapan sehingga udara yang keluar menjadi sangat kering.
3. Pengaruh Suhu: Suhu memiliki pengaruh besar terhadap efisiensi adsorpsi. Pada umumnya, adsorpsi adalah proses eksotermik, yang berarti melepaskan panas. Oleh karena itu, penurunan suhu akan meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena molekul-molekul adsorbat lebih mudah menempel pada permukaan adsorben. Sebaliknya, kenaikan suhu akan menurunkan kapasitas adsorpsi dan sering digunakan dalam proses regenerasi untuk melepaskan adsorbat.
Fungsi Adsorber Hamparan Tetap:
Fungsi utamanya adalah menyediakan wadah di mana adsorben (seperti silika gel atau karbon aktif) ditempatkan dalam bentuk lapisan atau "hamparan" yang tidak bergerak. Gas atau cairan yang akan dimurnikan dilewatkan melalui hamparan ini. Adsorber hamparan tetap banyak digunakan dalam aplikasi industri karena kesederhanaan desain dan kemudahan operasinya.
4. Contoh: Menghilangkan bau dan rasa dari air minum: Air dialirkan melalui kolom yang berisi karbon aktif untuk menyerap klorin, senyawa organik, dan zat lain yang menyebabkan bau atau rasa tidak sedap.
Menghilangkan uap air dari gas alam: Gas alam dilewatkan melalui kolom berisi silika gel atau alumina aktif untuk menyerap uap air sebelum dikirim ke pipa distribusi.
Fungsi: Adsorber hamparan tetap berfungsi sebagai media kontak antara fluida (cairan atau gas) dengan adsorben. Ini memungkinkan adsorben untuk menyerap zat-zat yang tidak diinginkan dari fluida secara efisien. Desainnya yang sederhana juga membuat perawatannya lebih mudah.
5. Untuk memurnikan VCO, adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif atau bentonit. Keduanya memiliki kemampuan yang baik untuk menyerap zat-zat yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diinginkan dalam VCO, seperti asam lemak bebas, pigmen, dan senyawa organik lain. Proses ini membantu meningkatkan kejernihan dan kualitas VCO.
6. Adsorpsi Fasa Gas: Efisiensi: Efisien untuk menghilangkan komponen dalam konsentrasi rendah, seperti bau atau VOC (Volatile Organic Compounds) dari udara.
Kelemahan: Kapasitas adsorpsi bisa sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara.
Adsorpsi Fasa Cair: Efisiensi: Sangat efektif untuk menghilangkan warna, rasa, dan kontaminan organik dari air atau cairan lain.
Kelemahan: Regenerasi adsorben sering kali lebih sulit dibandingkan dengan fasa gas karena adanya adsorben basah.
Regenerasi Termal: Efisiensi: Sangat efektif untuk mengembalikan kapasitas adsorben.
Kelemahan: Membutuhkan energi yang tinggi dan bisa menyebabkan kerusakan pada adsorben jika suhu terlalu tinggi.
Regenerasi In-situ (di tempat): Efisiensi: Menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu memindahkan adsorben.
Kelemahan: Kurang efektif untuk membersihkan adsorben yang sangat jenuh.
7. Industri Air Minum: Penggunaan karbon aktif untuk menghilangkan klorin, bau, dan rasa dari air.
Industri Farmasi: Pemurnian produk obat dengan menghilangkan impurities atau zat yang tidak diinginkan.
Industri Petrokimia: Pemisahan gas, seperti pemurnian hidrogen dari campuran gas lain menggunakan saringan molekul (molecular sieves).
Industri Makanan dan Minuman: Penjernihan gula atau minyak nabati dengan menggunakan bentonit atau karbon aktif untuk menghilangkan warna.
andhin kirana yudha(04) 1. Mixer Mekanis: Biaya operasional dan perawatan tinggi karena adanya bagian yang bergerak (motor, baling-baling). Berpotensi merusak bahan yang sensitif atau mudah pecah karena gaya geser yang kuat. Tidak efisien untuk volume yang sangat besar karena memerlukan energi yang besar. Risiko kontaminasi dari poros atau segel mixer. Mixer Pneumatik: Kurang efisien untuk bahan dengan viskositas tinggi atau suspensi padat, karena gelembung gas tidak bisa menyebar secara efektif. Memerlukan pasokan gas bertekanan yang konstan,menambah biaya operasional. Bisa menimbulkan buih (busa) berlebihan pada cairan tertentu, yang justru menghambat proses pencampuran. Pencampuran yang dihasilkan sering kali kurang seragam dibandingkan mixer mekanis.
2. Degradasi Bahan: Bahan kimia sensitif, terutama polimer atau biologi, bisa terdegradasi karena gaya geser atau panas yang dihasilkan dari pencampuran. Reaksi Samping: Waktu kontak yang terlalu lama bisa memicu reaksi samping yang tidak diinginkan, mengubah komposisi dan sifat produk akhir. Emulsifikasi atau Dispersi Terbalik: Jika dua cairan yang tidak saling larut dicampur terlalu lama, bisa terjadi pemisahan kembali (koalesensi) atau inversi fasa yang tidak diinginkan. Peningkatan Biaya Energi: Konsumsi energi akan meningkat tanpa memberikan manfaat tambahan pada kualitas pencampuran.
3. Campuran Homogen: Campuran di mana komponen-komponennya tercampur secara merata sehingga tidak bisa dibedakan lagi secara kasat mata. Komposisi dan sifatnya seragam di seluruh bagian. Contoh: Larutan gula dalam air, udara. Campuran Heterogen: Campuran di mana komponen-komponennya masih bisa dibedakan dan tidak tercampur secara merata. Komposisi dan sifatnya tidak seragam. Contoh: Minyak dan air, campuran pasir dan kerikil.
4. Turbulen Mixing: Terjadi saat aliran fluida tidak beraturan, menciptakan pusaran dan pusaran-pusaran kecil (eddies). Gaya ini membuat molekul-molekul tercampur dengan cepat dan efektif. Ciri khas: Aliran berkecepatan tinggi, Re > 2000. Contoh: Mengaduk kopi dengan sendok secara cepat. Laminar Mixing: Terjadi saat aliran fluida teratur dan berlapis-lapis tanpa adanya pusaran. Pencampuran hanya terjadi melalui difusi molekuler yang lambat. Ciri khas: Aliran berkecepatan rendah, Re < 2000. Contoh: Madu yang dicampur ke dalam air secara perlahan.
5. Udara yang kita hirup: Campuran nitrogen (N2), oksigen (02), argon (Ar), dan gas lainnya. Ini adalah contoh pencampuran yang tidak berbahaya dan penting untuk kehidupan. Campuran gas elpiji (LPG): Campuran propana dan butana. Ini berbahaya jika terjadi kebocoran dan terhirup dalam konsentrasi tinggi atau jika terjadi percikan api, karena mudah terbakar. Asap rokok: Campuran gas karbon monoksida, tar, dan ribuan senyawa lainnya.
6. Penyebab Asam Masuk Aerosol: Asam masuk ke dalam bentuk aerosol ketika tetasan-tetasan cairan asam sangat kecil (droplets) terdispersi di udara. Ini terjadi karena adanya proses fisik seperti semburan (spraying), penguapan (evaporation), atau kondensasi. Perbedaan dengan Gas Murni: Gas Murni: Terdiri dari molekul-molekul tunggal yang bergerak bebas. Contoh: H2S (gas hidrogen sulfida) atau SO2 (gas sulfur dioksida). Aerosol Asam: Terdiri dari tetesan-tetesan cairan mikroskopis (partikel) dari larutan asam yang tersuspensi di udara. Contoh: H2SO4 (aerosol asam sulfat) atau HNO3 (aerosol asam nitrat). Perbedaan utama terletak pada wujud fisikanya: gas murni adalah gas, sedangkan aerosol adalah suspensi partikel cair dalam gas.
7. Mengurangi kecepatan agitasi: Kecepatan putaran mixer yang terlalu tinggi bisa menjebak udara dan menghasilkan busa. menggunakan defoamer atau anti-foaming agent: Senyawa ini dirancang untuk memecah tegangan permukaan yang menstabilkan busa. Mengubah desain mixer: Menggunakan jenis baling-baling atau impeller yang meminimalkan masuknya udara. Mengatur suhu dan tekanan: Dalam beberapa kasus, perubahan suhu atau tekanan bisa mengurangi pembentukan busa. Membiarkan proses pencampuran berhenti sejenak: Busa bisa pecah dengan sendirinya seiring waktu.
Kelompok 7 1. Mengapa alkohol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh 2. Bagaimana memastikan semua senyawa yang di Ekstraksi dengan peralatan soxhletasi 3. Apa kelebihan dan kekurangan metode soxhletasi dibandingkan metode ekstraksi lainnya 4. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil ekstraksi 5. Bagaimana cara meningkatkan efisiensi ekstraksi padat cair laboratorium 6. Jika padatan tidak permeable, strategi apa yang dilakukan agar ekstraksi tetap efektif 7. Apakah di dunia industri menggunakan metode yang sama dan apa perbandingannya 8. Apakah ada metode lagi selain soxhletasi di dalam ekstraksi padat cair, dan apakah data parameter disini sumbernya dari mana 9. Berapa suhu yang paling tinggi dalam proses soxhletasi, dan apakah soxhletasi bisa efektif dilakukan jika bahannya bersifat termoable, dan pengertian rendemen 10. Bagaimana volatilitas pelarut menyebabkan flaksi tertentu selama siklus proses ekstraksi, dan bagaimana cara memastikan senyawa target yang ikut menguap
1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
1. Alkohol dipilih karena bersifat polar, mampu melarutkan senyawa bioaktif polar–semi polar dalam daun teh (misalnya polifenol, flavonoid, kafein), relatif aman, dan mudah diuapkan kembali (Hazarika et al., Food Chem., 2020).
2. Kepastian senyawa terekstrak dilakukan dengan monitoring kurva yield terhadap waktu/siklus; ketika ekstrak tidak bertambah signifikan, ekstraksi dianggap tuntas (Azwanida, Med. Aromatic Plants, 2015).
3. Kelebihan: sederhana, “exhaustive extraction”, cocok untuk senyawa non-volatil. Kekurangan: boros pelarut, waktu lama, risiko degradasi termal (Luque de Castro & Priego-Capote, J. Chromatogr. A, 2010).
4. Faktor hasil ekstraksi: jenis pelarut, suhu, ukuran partikel sampel, lama ekstraksi, kadar air bahan, dan polaritas senyawa target (Azmir et al., J. Food Eng., 2013).
5. Efisiensi meningkat dengan memperkecil ukuran partikel, meningkatkan jumlah siklus refluks, menggunakan pelarut yang sesuai polaritas, serta mengontrol suhu optimum (Huie, J. Chromatogr. A, 2002).
6. Jika padatan tidak permeabel, biasanya dilakukan pretreatment: penggilingan, pengeringan, atau menggunakan co-solvent/surfaktan untuk memperbesar akses pelarut ke matriks (Azwanida, 2015).
7. Industri jarang pakai Soxhlet karena boros energi. Biasanya digunakan metode modern: MAE (Microwave-Assisted Extraction), UAE (Ultrasound-Assisted Extraction), SFE (Supercritical Fluid Extraction). Metode ini lebih cepat, selektif, dan hemat pelarut (Chemat et al., TrAC Trends Anal. Chem., 2017).
8. Alternatif lain: maserasi, perkolasi, MAE, UAE, SFE, pressurized liquid extraction. Data parameter biasanya diambil dari literatur standar fitokimia, farmakope, dan jurnal penelitian (misalnya Journal of Chromatography A).
9. Suhu maksimum mengikuti titik didih pelarut (etanol ±78 °C). Untuk bahan termolabil, Soxhlet kurang cocok karena paparan panas lama → bisa diganti dengan UAE/MAE suhu rendah. Rendemen = perbandingan massa ekstrak yang diperoleh terhadap massa sampel awal, dinyatakan %.
10. Volatilitas pelarut dapat menyeret senyawa target yang juga volatil. Pencegahannya: gunakan kondensor efisien, pilih pelarut dengan titik didih lebih tinggi daripada senyawa target, dan lakukan analisis pasca-ekstraksi (GC/MS atau LC-MS) untuk memastikan senyawa tidak hilang (Soxhlet, Polytechnisches Journal, 1879; modern review oleh Luque de Castro, 2010).
Gusti Ayu P. (26) 1. karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan berbagai senyawa bioaktif daun teh. Selain itu, alkohol juga relatif aman, mudah didapatkan, mudah menguap, dan tidak meninggalkan residu berbahaya dibandingkan pelarut organik lain. 2. Caranya dengan memastikan jumlah siklus ekstraksi berlangsung cukup lama hingga pelarut kembali jernih, artinya senyawa dalam sampel telah larut semua. Pemakaian pelarut yang cukup, kondisi suhu stabil, dan ukuran partikel sampel yang sesuai juga berpengaruh. 3. Kelebihan: efisien, bisa mengekstrak terus menerus secara otomatis tanpa mengganti pelarut berkali-kali, dan hasil lebih konsisten. Kekurangan: memerlukan waktu lama, menghabiskan energi panas, dan tidak cocok untuk senyawa yang rusak pada suhu tinggi (termolabil). 4. Jenis dan polaritas pelarut, ukuran partikel sampel, suhu, lama ekstraksi, jumlah siklus. 5. Dengan memperkecil ukuran partikel padatan agar luas permukaan kontak lebih besar, memilih pelarut yang paling sesuai, mengatur suhu optimal. 6. Padatan perlu dihancurkan atau digiling halus, kadang juga dilakukan pre-treatment kimia atau fisika agar senyawa dalam padatan lebih mudah larut. 7. Di industri, soxhlet jarang digunakan karena lambat dan boros energi. Industri lebih memilih metode modern seperti ekstraksi superkritik CO₂, ekstraksi ultrasonik, atau ekstraksi microwave yang lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Soxhlet masih dipakai di laboratorium penelitian karena sederhana dan biaya rendah. 8. Ada beberapa metode lain: maserasi, perkolasi, refluks, ekstraksi ultrasonik, ekstraksi microwave, ekstraksi cair–cair, dan superkritik. 9. Suhu soxhletasi paling tinggi, etanol/hexam sekitar 70 °C. Jika bahan bersifat termolabil, metode soxhletasi kurang efektif karena panas konstan dapat merusak senyawa. Rendemen adalah Hasil Percobaan. 10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut menguap, naik ke pendingin, lalu terkondensasi dan menetes kembali ke sampel, menciptakan siklus ekstraksi berulang. Risiko senyawa target ikut menguap bisa diminimalkan dengan memilih pelarut yang titik didihnya lebih rendah daripada senyawa target, memastikan pendingin bekerja efektif, serta menjaga sistem tertutup agar senyawa volatil tidak hilang.
Anisa Fitria (07) 1. Etanol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga efektif melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Selain itu, etanol relatif aman, mudah diuapkan kembali, serta lebih selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga sangat cocok digunakan.
2. Untuk memastikan senyawa benar-benar terekstrak dengan metode soxhletasi, proses dijalankan hingga siklus pelarut berulang kali dan pelarut yang kembali terlihat jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai sifat senyawa juga berperan penting. Kepastian bisa diperoleh melalui analisis lanjutan, misalnya kromatografi atau spektroskopi, untuk memeriksa apakah senyawa masih tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah proses berlangsung otomatis, kontinu, hasil ekstrak lebih maksimal, dan prosedurnya relatif sederhana. Kekurangannya meliputi waktu yang lama, penggunaan pelarut lebih banyak, serta tidak cocok bagi senyawa sensitif terhadap panas. Dibandingkan maserasi, metode ini lebih efisien, namun bila dibandingkan dengan teknik modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhletasi masih lebih lambat dan boros energi.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu ekstraksi, ukuran partikel sampel, perbandingan pelarut terhadap bahan, dan lamanya waktu ekstraksi. Semua faktor tersebut menentukan kecepatan serta jumlah senyawa yang bisa larut dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang sesuai, menjaga suhu agar senyawa tidak terdegradasi, memperbesar rasio pelarut terhadap bahan, serta memanfaatkan metode bantu modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi.
6. Jika sampel padatan sulit ditembus pelarut, strategi yang dapat dilakukan antara lain menggiling bahan hingga lebih halus, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori-pori, atau menggunakan bantuan ultrasonik maupun microwave untuk memecah dinding sel sehingga pelarut bisa masuk dengan mudah.
7. Pada skala industri, soxhletasi jarang dipakai karena memakan waktu, kapasitas kecil, dan boros pelarut. Industri lebih memilih metode yang lebih efisien seperti ekstraksi kontinu skala besar, ekstraksi fluida superkritis menggunakan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode-metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak.
8. Metode lain dalam ekstraksi padat-cair selain soxhletasi adalah maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan bantuan ultrasonik, ekstraksi dengan microwave, dan ekstraksi menggunakan fluida superkritis. Parameter seperti suhu, waktu, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diambil dari literatur ilmiah maupun jurnal penelitian sesuai jenis bahan dan senyawa target.
9. Suhu tertinggi dalam proses soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut yang dipakai, misalnya etanol ±78 °C, n-heksana ±68 °C, atau metanol ±65 °C. Untuk bahan yang termolabil, metode ini kurang sesuai karena pemanasan berulang bisa merusak senyawa target. Rendemen sendiri adalah persentase hasil ekstrak dibandingkan massa bahan kering awal, yang digunakan untuk menilai efisiensi proses ekstraksi.
10. Karena sifat volatil, pelarut mudah menguap kemudian terkondensasi kembali sehingga membentuk siklus berulang dalam soxhletasi. Jika senyawa target juga volatil, ada kemungkinan ikut terbawa bersama pelarut. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dipilih pelarut dengan titik didih yang tepat, menggunakan kondensor yang bekerja optimal, atau menjalankan proses dengan sistem vakum. Setelah ekstraksi selesai, senyawa target dianalisis untuk memastikan tidak ada yang hilang.
Abieza Masye P.H(01) 1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
Danish Akmal Faiz (15) 1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
Faura Faizah (24) 1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
1. Mengapa alkohol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh
Alkohol (misalnya etanol atau metanol) bersifat polar, sehingga bisa melarutkan senyawa aktif dalam teh seperti polifenol, flavonoid, kafein, dan katekin.
Aman (terutama etanol, relatif non-toksik).
Mudah menguap, sehingga ekstrak bisa diperoleh kembali setelah proses penguapan pelarut.
Selektivitas lebih baik dibandingkan air murni karena dapat mengekstrak senyawa polar maupun semi-polar.
2. Bagaimana memastikan semua senyawa terekstraksi dengan peralatan Soxhletasi
Lakukan siklus ekstraksi hingga pelarut yang turun kembali ke labu sudah jernih/tidak berwarna lagi → menandakan zat terlarut sudah maksimal diekstraksi.
Gunakan jumlah siklus memadai (biasanya 5–10 jam tergantung bahan).
Gunakan rasio pelarut : sampel yang cukup.
Pastikan sampel dalam bentuk serbuk halus agar permukaan kontak luas.
3. Kelebihan & kekurangan metode Soxhletasi dibandingkan metode ekstraksi lain
Kelebihan:
Dapat mengekstraksi senyawa dengan efisien.
Tidak perlu mengganti pelarut berulang kali (pelarut bersirkulasi otomatis).
Cocok untuk senyawa yang kelarutannya rendah.
Kekurangan:
Butuh waktu lama & energi panas banyak.
Tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas (thermolabile).
Volume pelarut cukup besar.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi
Jenis & polaritas pelarut.
Suhu dan waktu ekstraksi.
Ukuran partikel sampel (semakin halus, semakin baik).
Perbandingan pelarut terhadap bahan.
Sifat kimia senyawa target (polaritas, stabilitas panas).
5. Cara meningkatkan efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium
Gunakan serbuk dengan ukuran kecil (permeabilitas tinggi).
Gunakan pelarut sesuai polaritas senyawa target.
Tambahkan waktu ekstraksi atau jumlah siklus Soxhlet.
Atur suhu mendekati titik didih pelarut tapi jangan berlebihan.
Gunakan agitasi atau ultrasonikasi (kalau bukan Soxhlet).
6. Jika padatan tidak permeable, strategi agar ekstraksi efektif
Lakukan penggilingan hingga pori-pori terbuka.
Gunakan pelarut campuran agar penetrasi lebih baik.
Gunakan teknik bantu seperti ultrasonikasi, microwave-assisted extraction, atau enzimatik pretreatment.
7. Apakah di dunia industri menggunakan metode yang sama, dan perbandingannya
Industri jarang pakai Soxhlet karena tidak efisien skala besar.
Diganti dengan:
Ekstraksi kontinu (counter-current extractor).
Ekstraksi superkritik CO₂ (lebih ramah lingkungan & selektif). Perkolasi/maserasi kontinu. Soxhlet lebih cocok untuk skala laboratorium & penelitian, bukan produksi massal.
8. Apakah ada metode lain selain Soxhletasi dalam ekstraksi padat-cair, dan sumber data parameter Ada: maserasi, perkolasi, refluks, ultrasonikasi, microwave-assisted extraction (MAE), superkritik fluid extraction (SFE). Data parameter (suhu, waktu, rendemen, kelarutan) biasanya diperoleh dari literatur ilmiah, jurnal penelitian, standar industri, atau hasil uji laboratorium.
9. Berapa suhu paling tinggi dalam proses Soxhletasi, dan apakah efektif untuk bahan thermolabile, serta pengertian rendemen Suhu maksimal ditentukan oleh titik didih pelarut. Misalnya: Etanol: ~78 °C Metanol: ~65 °C n-Heksana: ~69 °C Jika bahan thermolabile (mudah rusak karena panas), Soxhletasi kurang cocok → lebih baik gunakan ultrasonikasi atau superkritik CO₂. Rendemen = persentase jumlah ekstrak yang dihasilkan dibandingkan berat sampel awal. Rumus:
10. Bagaimana volatilitas pelarut menyebabkan fraksi tertentu selama siklus Soxhletasi, dan cara memastikan senyawa target tidak ikut menguap Pelarut dengan volatilitas tinggi akan menguap → naik ke kondensor → menetes ke sampel → melarutkan senyawa → lalu kembali ke labu. Jika senyawa target juga volatil, ada risiko ikut menguap dan hilang.
Cara mengatasi:
Pilih pelarut dengan titik didih yang cukup tinggi agar senyawa target tidak ikut terbawa uap. Gunakan pendingin efisien (kondensor dengan aliran air dingin yang stabil). Lakukan ekstraksi pada suhu mendekati titik didih pelarut, tapi tidak berlebihan.
1. Dalam k3, apabila terjadi hal yang tidak di inginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
BalasHapus2. Jelaskan tentang lime softening unit!
3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
4. Jika terjadi hal yang tidak di inginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
5. Mengapa penting menerapkan k3 start up dan shutdown peralatan?
Aqila Madu Triono (08)
Hapus1. Meminta bantuan pada unit hse(hygiene safety engineering) untuk meminta bantuan dalam membantu mengatasi permasalahan atau kecelakaan yang terjadi
2. Tentang kesadahan dlm air atau bs disebut dengan hardness yang bisa di atasi menggunakan susu kapur Ca(OH)2
3. Tidak boleh (wajib berjalan sesuai prosedur), karna apabila nnti melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur, nnti hasil dari prosedurnya bisa jadi berantakan atau tidak berhasil
4. Hasil dari filtrasi kurang maksimal dan bisa aja terkontaminasi dengan zat atau debu kotor
5. Penting karena menerapkan k3 bisa membuat prosedur terjalan dengan baik dan mengurangi resiko kerusakan ataupun kecelakaan yang terjadi saat proses yg sedang berlangsung
Arva Alnathan P. P (09)
Hapus1. Tetap tenang, hentikan pekerjaan, aktifkan alarm, evakuasi, laporkan ke petugas, ikuti prosedur darurat, dan beri pertolongan pertama bila perlu.
2. Unit pengolahan air yang memakai kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan (Ca²⁺ & Mg²⁺) dengan mengendapkannya sebagai CaCO₃ dan Mg(OH)₂.
3. Boleh dilakukan tanpa prosedur normal jika situasi darurat, asalkan mengikuti prosedur darurat yang ada.
4. Gangguan proses, penurunan kualitas filtrat, dan potensi kerusakan media filter.
5. Untuk mencegah kecelakaan, kerusakan peralatan, dan melindungi pekerja serta lingkungan.
1. Tindakan apa yang perlu dilakukan dalam K3 apabila terjadi hal yang tidak diinginkan?
HapusApabila terjadi hal yang tidak diinginkan dalam K3, tindakan yang perlu dilakukan adalah:
- Memberikan pertolongan pertama: Memberikan pertolongan pertama kepada korban jika ada.
- Melaporkan kejadian: Melaporkan kejadian kepada atasan atau tim K3 untuk dilakukan investigasi dan tindakan lebih lanjut.
- Mengambil tindakan pencegahan: Mengambil tindakan pencegahan untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan.
2. Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Lime Softening Unit adalah suatu sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (lime) untuk menghilangkan kesadahan air. Proses ini dilakukan dengan menambahkan kapur ke dalam air untuk mengendapkan ion-ion kalsium dan magnesium yang menyebabkan kesadahan air.
3. Apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur dalam situasi darurat?
Dalam situasi darurat, shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal jika memang diperlukan untuk mencegah bahaya yang lebih besar. Namun, perlu diingat bahwa shutdown harus dilakukan dengan cara yang aman dan terkendali untuk mencegah kerusakan pada peralatan
4. Pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan?
Jika terjadi hal yang tidak diinginkan dalam filtrasi, pengaruh yang dapat terjadi adalah:
- Kerusakan filter: Filter dapat menjadi rusak atau tersumbat, sehingga mengurangi efisiensi filtrasi.
- Kualitas air menurun: Kualitas air yang dihasilkan dapat menurun karena adanya kontaminan atau partikel yang tidak dapat dihilangkan oleh filter.
- Perlu perawatan tambahan: Filter mungkin perlu perawatan tambahan atau bahkan penggantian untuk mengembalikan kinerja filtrasi.
5. Mengapa penting menerapkan K3 start up dan shutdown peralatan?
Menerapkan K3 start up dan shutdown peralatan penting karena dapat:
- Mencegah kecelakaan: Mencegah kecelakaan yang dapat terjadi karena kesalahan dalam memulai atau menghentikan peralatan.
- Mengurangi kerusakan peralatan: Mengurangi kerusakan peralatan yang dapat terjadi karena kesalahan dalam memulai atau menghentikan peralatan.
- Menjaga keselamatan pekerja: Menjaga keselamatan pekerja dengan memastikan bahwa peralatan dioperasikan dengan aman dan terkendali.
Angkasa Bagus Sadewa
Hapus(XI TKI 1/06) :
1. Segera aktifkan alarm, evakuasi area sesuai prosedur, beri pertolongan pertama jika aman, lalu laporkan ke petugas K3. Setelah itu, dokumentasikan kejadian untuk evaluasi dan pencegahan ke depan.
2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengendapkan ion kalsium dan magnesium sehingga air menjadi lebih lunak dan aman bagi peralatan industri.
3. Ya, shutdown darurat boleh dilakukan demi keselamatan, asalkan dilakukan oleh petugas terlatih. Setelahnya, wajib dilakukan pelaporan dan evaluasi.
4. Filtrasi bisa terganggu, media filter tersumbat, kualitas air menurun, dan sistem berpotensi rusak. Ini juga bisa membahayakan operator jika tidak ditangani segera.
5. Karena start-up dan shutdown adalah momen paling berisiko. Penerapan K3 mencegah kecelakaan, kerusakan alat, dan memastikan proses berjalan aman dan sesuai prosedur.
BRIENA RADINKA H. (12)
Hapus1. Tindakan harus sesuai prosedur dan dilakukan komunikasi rutin dengan tim HSE untuk menangani kecelakaan kerja.
2. Lime softening unit adalah proses mengurangi kesadahan air menggunakan campuran air dan kapur, sehingga kandungan Ca dan Mg mengendap lalu disaring.
3. Shutdown tidak boleh sembarangan, karena bisa mengganggu alat lain yang saling terhubung dan membahayakan sistem.
4. Jika ada alat rusak, maka akan diganti dengan cadangan agar proses filtrasi tetap berjalan normal.
5. Start up dan shutdown yang sesuai prosedur penting untuk melindungi mesin, menjaga keselamatan, dan memastikan kualitas produksi.
Gusti Ayu Putu K. (26)
Hapus1. melakukan pertolongan pertama, mengamankan lokasi kejadian, melaporkan insiden, melakukan investigasi, serta melakukan tindakan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
2. Lime Softening Unit merupakan bagian dari sistem pengolahan air yang berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadahan air, terutama kandungan ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), dengan cara menambahkan larutan kapur (kalsium hidroksida).
3. Tidak boleh, karena penting untuk memahami risikonya dan melakukan tindakan yang paling aman dalam situasi tersebut.
4. menghentikan proses secara aman, mengidentifikasi penyebab masalah, serta melaporkan kejadian tersebut.
5. mencegah kecelakaan kerja, kerusakan peralatan.
khairina nasyiefa u.k(31)
Hapus1. Saat insiden (kecelakaan/darurat) terjadi dalam K3: utamakan keamanan area dan korban, laporkan, jangan ubah lokasi kejadian, lalu investigasi untuk menemukan akar masalah dan terapkan tindakan perbaikan/pencegahan
2. Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk menghilangkan kesadahan (ion \text{Ca}^{2+} dan \text{Mg}^{2+}). Caranya: menambahkan kapur (\text{Ca(OH)}_2) dan kadang soda abu (\text{Na}_2\text{CO}_3) agar ion kesadahan mengendap menjadi padatan yang kemudian dipisahkan
3. Dalam situasi darurat yang mengancam jiwa atau aset, boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur standar penuh. Namun, ini harus sesuai prosedur emergency shutdown (ESD) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh personel berwenang. Keselamatan adalah prioritas utama
4. Jika ada masalah di filtrasi: kualitas air hasil saringan akan menurun (keruh, ada kontaminan), filter bisa rusak atau tersumbat parah, kapasitas pengolahan berkurang, tekanan diferensial meningkat, dan biaya operasional membengkak
5. K3 sangat penting saat start up (penyalaan) dan shutdown (pemadaman) peralatan karena fase ini adalah momen paling berisiko tinggi. Terjadi perubahan kondisi operasi drastis yang bisa memicu kebocoran, ledakan, kebakaran, kerusakan alat, atau kesalahan manusia. Penerapan K3 meminimalkan bahaya ini
1. Dalam industri terdapat divisi HSE ( hygiene safety engineering ) yang bertugas untuk memantau semua peralatan yang ada dimana nanti setiap alat akan dilist bagaimana tindakan jika terjadi kecelakaan bagaimana prosedurnya, jadi apabila terjadi hal yang tidak diinginkan kita sudah siap karena sudah ada prosedurnya dan yang pasti setiap industri besar memiliki alat cadangannya.
Hapus2. Lime Softening Unit adalah unit yang biasa dibilang unit pelunakan kapur bertujuan untuk mengurangi tingkat kesadahan air nanti akan ditambahkan kapur untuk menghilangkan magnesiumnya. Jika tidak dilakukan berakibat rusaknya alat seperti munculnya kerak dipanci.
3. Tidak boleh, karena jika melakukan shut down tanpa mengikuti prosedur akan berakibat fatal nanti akan mempengaruhi proses yang lain, jika terjadi situasi darurat maka ikutilah prosedurnya bisa mematikan sakelar alat itu sendiri ataupun melakukan penanganan pertama sesuai prosedur.
4. Akan menyebabkan kerusakan alat dan tidak terjadinya filtrasi, tapi jika di industri biasanya terdapat alat cadangan yang dapat digunakan.
4.Agar peralatan tetap terjaga kualitasnya, tidak terjadi trouble saat alat bekerja dan agar bisa mengetahui langkah pertama jika terjadi kecelakaan kerja.
Nama : Aulia Nabilla R.
HapusKelas/no absen : XI TKI-1/10
1. di dalam dunia industri, terdapat HSE (hygienic, safety, engineering) yang bertugas untuk memeriksa semua peralatan berbahaya, lalu merancang peraturan dan prosedur keselamatan yang harus dilakukan ketika terjadi hal yang tidak di inginkan. jadi ketika terjadi kecelakaan kerja, bisa menerapkan dan menyesuaikan dengan prosedur keselamatan yang sudah dirancang oleh HSE.
2. lime softening unit adalah proses untuk menurunkan kesadahan air (hardness) yang dilakukan dengan menambahkan lime (kapur).
3. tidak boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur, karena jika hal tersebut terjadi maka air yang sudah dalam proses penjernihan akan menjadi keruhkarena kotoran, debu halus, zat besi, dll akan tercampur kembali.
4. kualitas dari air yang telah di filtrasi akan menurun/buruk.
5. untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat dan proses filtrasi berjalan dengan lancar.
Lidya Rahmadani (33)
Hapus1. Tindakan yang harus dilakukan yaitu menghentikan aktivitas berbahaya, mengaktifkan alarm, melakukan evakuasi bila perlu, memberikan pertolongan pertama, melaporkan kejadian, serta mengamankan area hingga kondisi terkendali.
2. Lime softening unit Adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan air dengan cara mengendapkan ion kalsium dan magnesium. Proses ini mencegah kerak, korosi, serta meningkatkan kualitas air.
3. Shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal apabila mengancam keselamatan. Namun, harus tetap sesuai rencana tanggap darurat dan dilanjutkan dengan evaluasi setelah kondisi aman.
4. Dapat terjadi penurunan kualitas air, penyumbatan media filter, kebocoran, serta peningkatan biaya operasional akibat perbaikan atau pembersihan.
5. Untuk mencegah kecelakaan, kerusakan peralatan, serta memastikan proses berjalan aman sesuai prosedur operasional.
Dinda Nazilatul Fajri (20)
Hapus1. - Lakukan tindakan darurat sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur)
- Laporkan kejadian ke atasan atau petugas K3 secepat mungkin.
- Gunakan alat pelindung diri (APD)
2. Lime Softening Unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan cara menambahkan kapur (lime / Ca(OH)₂) ke dalam air.
3. Tidak boleh karena tidak mematuhi prosedur
4. -
5. - Mencegah kecelakaan kerja
- Menjamin proses produksi berjalan efisien dan aman
- Melindungi operator dan lingkungan
DAVIN JUNIO CAESARO
HapusJAWABAN
1. Tindakan yang perlu dilakukan dalam menyikapi suatu hal yang kurang sesuai adalah dengan mengupayakan berbagai hal yang mendorong agar situasi dapat kembali normal menurut prinsip nilai nilai K3 supaya tidak terjadi hal hal yang diinginkan di luar kontrol.
2.Lime Softening Unit adalah salah satu unit utilitas pengolahan air yang berfungsi mengurangi konsentrasi mineral terlarut tinggi pada air terutama kandungan nya seperti kalsium dan magnesium.
3.Melewatkan prosedur yang menunjukkan proses shut down bila berada di posisi secara darurat atau kebutuhan mendesak maka hal tersebut diperbolehkan dengan catatan pertimbangan secara keamanan untuk melakukan tahapan shut down sebagai antisipasi.
4.Seperti yang diketahui bahwa proses filtrasi adalah Proses yang banyak dimanfaatkan untuk menghindari partikel-partikel tidak diinginkan, kotoran, atau kontaminan dari suatu campuran atau fluida. Sehingga jika terdapat kendala atau sesuatu yang kurang seperti tahapan prosedur maka suatu zat yang di filtrasi rentan terhadap kontaminasi luar atau kurangnya keefektivan pada sistem mekanisme filtrasi.
5. Agar dalam tahapan proses start up dan shut down dapat berjalan sesuai dengan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang memberi aspek perhatian dalam hal keamanan dan keberhasilan kerja.
Keyla/ 11 tki 1 (30)
Hapus1. HSE (Hygiene Safesty Engineering) yang bertanggung jawab memastikan pelaksanaan program keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan berjalan sesuai standar.
2. Lime => kapur (susu kapur) Mg²+ & Ca²+
3. Tidak boleh, karena tidak sesuai dengan prosedur kerja
4. Tercampurnya air bersih dengan zat pencema, bertemu dengan air maka air nya jika bertemu dengan panas akan menghasilkan kerak,
5. Karena risiko kecelakaan tinggi (tekanan, suhu, listrik, bahan kimia).
Cahaya Clarissa P.H (13)
Hapus1. Tindakan yang kita lakukan apabila terjadi suatu hal yang tidak kita inginkan adalah tenang terlebih dahulu, dan mengikuti prosedur HSE dalam menangani suatu masalah yang terjadi.
2. Lime softening unit adalah proses yang dilakukan untuk mengurangi kesadahan air atau hardness.
3. Tidak diperbolehkan, karena apabila melakukan shut down tanpa mengikuti prosedur maka akan membuat air yang sedang dijernihkan kembali keruh karena kotoran dan akan tercampur kembali (semakin berantakan).
4. Kualitas air yang sedang di filtrasi akan menurun atau memburuk karena kesalahan yang terjadi.
5. Untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin, mengurangi kecelakaan saat pelaksanaan, dan mengurangi bahaya peledakan saat melakukan filtrasi.
Danish Akmal Faiz ( 15 XI TKI 1 )
Hapus1. Tindakan yang Perlu Dilakukan
- Memberikan pertolongan pertama : Jika terjadi kecelakaan, berikan pertolongan pertama kepada korban sesuai dengan prosedur yang berlaku.
- Melaporkan kejadian : Laporkan kejadian kepada atasan atau petugas K3 segera setelah terjadi kecelakaan atau insiden.
- Mengisolasi area : Jika perlu, isolasi area kejadian untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau insiden lebih lanjut.
2. Lime Softening Unit adalah suatu sistem pengolahan air yang menggunakan proses kimia untuk menghilangkan kesadahan air.
3. Ya, dalam situasi darurat, shutdown dapat dilakukan tanpa mengikuti prosedur standar jika keselamatan jiwa atau peralatan terancam. Prioritas utama adalah keselamatan dan pencegahan kerusakan lebih lanjut. Setelah shutdown, lakukan evaluasi, dokumentasi, dan perbaikan yang diperlukan.
4.
- Penurunan kualitas air : Air yang dihasilkan mungkin tidak memenuhi standar kualitas yang diinginkan.
- Kerusakan peralatan : Peralatan filtrasi dapat rusak atau memerlukan perawatan tambahan.
5. Karena untuk meminimalisir kerusakan mesin, gangguan kesehatan, menjaga kualitas mesin, serta untuk memastikan kualitas hasil produksi sesuai standar
Indri Indira I. (27)
Hapus1. Mencari tahu terlebih dahulu masalah apa yang sedang terjadi, lalu mencari tahu tindakan apa yang harus di lakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bisa menanyakan kepada orang lain seperti senior atau orang terdekat yang tahu solusinya
2. pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan air (hardness) dengan menambahkan bahan kimia seperti kapur (lime)
3. Mengenali dulu situasi apa yang terjadi, lalu mematikan alat yang menjadi permasalahan secara berhati hati
4. Kualitas air yang menjadi buruk
5. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada alat
Bilqis Salsabila Nurhidayah (11)
Hapus1. Lakukan tindakan darurat sesuai prosedur, seperti menekan tombol emergency, kemudian laporan ke atasan dan petugas K3.
2. Lime Softening adalah unit pengolahan air untuk mengurangi kesadahan dengan menambah kapur (Ca(OH) ²).
3. Tidak boleh, harus sesuai dengan prosedur, supaya dapat mencegah hal yang tidak diinginkan.
4. Dapat menyebabkan kerusakan pada media filter atau bahkan kontaminasi hasil filtrat.
5. Karena pada situasi ini, resiko kecelakaan lebih tinggi. Peran K3 disini untuk mencegah berbagai kecelakaan yang dapat membahayakan pekerja.
ABIEZA MASYE P.H/01
Hapus1.Segera hentikan pekerjaan, lakukan evakuasi sesuai prosedur, beri pertolongan pertama jika aman, laporkan ke petugas K3 atau atasan, dan amankan lokasi agar tidak menimbulkan bahaya tambahan. Dokumentasi kejadian juga penting untuk evaluasi
2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk menghilangkan ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), sehingga air menjadi lunak. Proses ini menghasilkan endapan yang kemudian disaring atau diendapkan sebelum air digunakan lebih lanjut.
3. Ya, dalam kondisi darurat seperti kebakaran, ledakan, atau kebocoran bahan kimia, shutdown darurat boleh dan harus dilakukan tanpa mengikuti prosedur normal. Tindakan cepat diperlukan untuk melindungi keselamatan pekerja dan fasilitas.
4. Kejadian seperti tumpahan atau lonjakan tekanan bisa menyebabkan filter tersumbat, kebocoran, kerusakan alat, dan hasil filtrat tidak sesuai. Proses pemisahan bisa gagal, dan kualitas produk bisa menurun drastis.
5. Start-up dan shutdown adalah fase paling berisiko. Penerapan K3 penting untuk mencegah kecelakaan, ledakan, dan kerusakan alat akibat tekanan, suhu, atau kesalahan pengoperasian. Ini juga menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan.
FARDAD MAULANA/22
Hapus1. Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
Hentikan pekerjaan atau proses sementara jika berpotensi menimbulkan bahaya.
Aktifkan prosedur darurat (emergency response) sesuai SOP.
Lindungi diri dan orang sekitar menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Amankan area dan cegah orang yang tidak berkepentingan masuk.
Laporkan kejadian kepada atasan atau tim K3 untuk penanganan lebih lanjut.
2. Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Pengertian: Unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) dan kadang soda ash (Na₂CO₃) untuk mengurangi kesadahan air (Ca²⁺ dan Mg²⁺).
Prinsip kerja: Penambahan kapur akan mengendapkan ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ sebagai kalsium karbonat (CaCO₃) dan magnesium hidroksida (Mg(OH)₂). Endapan kemudian dipisahkan melalui sedimentasi dan filtrasi.
Tujuan: Mengurangi kesadahan, mencegah kerak pada peralatan, dan meningkatkan kualitas air untuk proses industri atau domestik.
3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
Boleh, jika memang diperlukan untuk mencegah kecelakaan, kerusakan besar, atau ancaman keselamatan.
Namun, setelah shutdown darurat, harus segera dibuat laporan dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui penyebab dan mencegah terulangnya kejadian.
4. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
Kualitas filtrat menurun (air atau cairan menjadi keruh atau terkontaminasi).
Laju alir terganggu karena sumbatan atau kerusakan media filter.
Media filter bisa rusak atau bocor sehingga partikel lolos.
Potensi kerusakan pada pompa atau peralatan downstream akibat masuknya partikel.
5. Mengapa penting menerapkan K3 saat start up dan shutdown peralatan?
Start up dan shutdown adalah fase yang paling berisiko karena perubahan kondisi (tekanan, suhu, aliran) cepat terjadi.
Mengurangi risiko kecelakaan akibat tekanan berlebih, kebocoran, atau ledakan.
Melindungi peralatan dari kerusakan akibat prosedur yang salah.
Menjamin keselamatan pekerja dan lingkungan.
Memastikan transisi operasi berjalan stabil dan sesuai desain.
Jasmine Putri Sanjaya / 29
Hapus1. K3 – Tindakan jika terjadi hal tidak diinginkan: Segera hentikan pekerjaan, amankan diri dan area, laporkan ke atasan/petugas K3, lakukan penanganan darurat sesuai prosedur.
2. Lime softening unit: Alat untuk mengurangi kesadahan air dengan menambahkan kapur (Ca(OH)₂) sehingga ion Ca²⁺ dan Mg²⁺ mengendap.
3. Shutdown darurat tanpa prosedur: Boleh dilakukan hanya jika ada potensi bahaya besar dan untuk mencegah kerugian atau kecelakaan lebih lanjut.
4. Pengaruh dalam filtrasi: Kualitas filtrat menurun, tekanan filter berubah, laju filtrasi terganggu, kemungkinan kerusakan media filter.
5. Pentingnya K3 saat start-up/shutdown: Mencegah kecelakaan, kerusakan alat, dan memastikan operasi aman sesuai standar.
Gusti Ayu Putu K. (26)
Hapus1. Kelemahan Mixer Mekanis dan pneumatik: keterbatasan kapasitas, potensi panas berlebihan, kebisingan, kebocoran udara
2. Memengaruhi hasil dari produk tersebut.
3. Homogen: Campuran yg seluruh bagiannya mempunyai sifat yg sama. sebaliknya, Heterogen: tidak mempunyai sifat yang sama.
4. Turbulen Mixing: Aliran acak cocok untuk encer. Lamina Mixing: aliran teratur cocok untuk cairan kental
5. Pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari misalnya: udara pernapasan (tidak berbahaya), gas LPG (berbahaya), karbonasi minuman bersoda (tidak berbahaya), asap kendaraan bermotor (berbahaya), dan balon helium (umumnya tidak berbahaya, tapi bisa berbahaya jika dihirup berlebihan).
6. Asam masuk ke aerosol saat terbawa tetesan cairan atau partikel padat di udara, misalnya dari kabut atau proses industri. Aerosol berbeda dengan gas murni karena mengandung partikel cair/padat, sedangkan gas murni hanya terdiri dari molekul gas tanpa partikel tersuspensi.
7. Mengurangi kecepatan, menggunakan anti foming agen, mengatur suhu larutan, menunggu hingga busa mengendap.
Aldyansyah Putra (03) :
BalasHapus1. Memastikan dan menyesuaikan dengan prosedur yang disesuaikan serta komunikasi berkala dengan unit Hygiene Safety Engineering (HSE) untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti sebuah kecelakaan kerja terutama dalam skala industri.
2. Lime Safety Unit adalah prosedur dimana kita menurunkan tingkat kesadahan air menggunakan campuran air dan kapur untuk menjadi kapur susu agar bisa melakukan koagulasi dengan kandungan Mg dan Ca yang nantinya akan difilter agar mendapatkan air yang memiliki kesadahan rendah supaya tidak mengganggu proses produksi dan kesehatan.
3. Tidak boleh karena andaikata hanya terdapat satu mesin yang mengalami masalah, akan menjadi berbahaya jika dilakukan shutdown karena dapat berpengaruh buruk terhadap mesin mesin yang memiliki variabel kontrol yang harus dijaga demi keamanan industri.
4. Salah satunya jika terdapat bahan atau alat yang rusak, biasanya industri akan menggantinya dengan cadangan lain agar prosedur filtrasi tetap bisa berlanjut.
5. Karena untuk meminimalisir kerusakan mesin, gangguan kesehatan, menjaga kualitas mesin, serta untuk memastikan kualitas hasil produksi sesuai standar
Dewa Praditya pujiono (18)
Hapus1.Aktifkan tanggap darurat, evakuasi jika perlu, laporkan kejadian, beri pertolongan pertama, dan amankan area.
2.Sistem pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan (Ca dan Mg) melalui proses pengendapan.
3.Boleh, jika untuk keselamatan. Tapi tetap harus dilaporkan dan dievaluasi setelahnya
4.Sumbatan, penurunan efisiensi, kerusakan alat, atau kontaminasi hasil filtrat.
5.Untuk mencegah kecelakaan, menjaga keselamatan, dan memastikan proses berjalan aman dan efisien.
Elya Nuraini 21 XI TKI-1
BalasHapus1. Tindakan harus mengikuti prosedur yang berlaku dan terus dikomunikasikan dengan tim HSE, agar kecelakaan kerja dapat ditangani cepat dan tepat, terutama di lingkungan industri.
2. Lime softening unit adalah proses pelunakan air dengan menambahkan kapur, yang bereaksi dengan ion Mg dan Ca. Hasilnya disaring untuk menghasilkan air yang lebih aman bagi proses produksi dan kesehatan.
3. Shutdown tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika hanya satu mesin bermasalah, menghentikan seluruh sistem justru bisa membahayakan alat lain yang terhubung secara otomatis.
4. Jika ada gangguan atau kerusakan saat filtrasi, biasanya langsung diganti dengan alat cadangan agar proses tetap berjalan tanpa hambatan.
5. Penerapan K3 saat start-up dan shutdown penting untuk mencegah kerusakan alat, melindungi kesehatan pekerja, dan menjaga mutu produksi tetap stabil.
*1.* Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
BalasHapusJika terjadi hal yang tidak diinginkan (seperti kecelakaan kerja, tumpahan bahan kimia, kebakaran, atau kerusakan peralatan), tindakan yang harus dilakukan mengikuti prosedur tanggap darurat. Langkah-langkahnya:
1. Tetap Tenang dan Jangan Panik
2. Aktifkan Sistem Darurat / Alarm
3. Lindungi Diri dan Orang Lain
4. Isolasi Area
5. Laporkan ke Atasan / Tim K3
6. Lakukan Pertolongan Pertama
7. Pencatatan dan Investigasi
*2.* Jelaskan tentang Lime Softening Unit!
Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (Ca(OH)₂) dan kadang-kadang soda ash (Na₂CO₃) untuk mengurangi kekerasan air (hardness), terutama yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
Proses Kerja:
1. Penambahan Kapur
- Kapur ditambahkan ke air mentah yang mengandung kalsium dan magnesium bikarbonat.
- Reaksi:
- Ca(HCO₃)₂ + Ca(OH)₂ → 2CaCO₃ (endapan) + 2H₂O
- Mg(HCO₃)₂ + Ca(OH)₂ → Mg(OH)₂ (endapan) + 2CaCO₃ + H₂O
2. Penambahan Soda Ash (bila perlu)
- Untuk mengendapkan kalsium non-karbonat seperti kalsium sulfat (CaSO₄).
- CaSO₄ + Na₂CO₃ → CaCO₃ ↓ + Na₂SO₄
3. Koagulasi dan Flokulasi
- Agar partikel halus bergabung dan mengendap lebih cepat.
4. Sedimentasi dan Filtrasi
- Endapan kalsium karbonat dan magnesium hidroksida diendapkan dan dipisahkan melalui filtrasi.
*3.* Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
- Jawaban: Boleh, bahkan harus, jika situasi darurat mengancam keselamatan manusia, lingkungan, atau peralatan.
- Namun, perlu diperhatikan:
- Emergency Shutdown (ESD) adalah bagian dari sistem prosedur darurat.
- ESD dapat dilakukan secara manual oleh operator atau otomatis oleh sistem proteksi.
- Contoh Situasi:
- Kebocoran gas beracun/inflamabel.
- Kebakaran atau ledakan.
- Overpressure/overheating pada sistem.
*4.* Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
- Jika terjadi hal yang tidak diinginkan (misalnya kegagalan pompa, kerusakan media filter, lonjakan tekanan, atau pencemaran bahan):
- Pengaruh yang Mungkin Terjadi:
1. Penurunan Efisiensi Penyaringan
- Air yang keluar tidak lagi bersih, masih mengandung padatan tersuspensi.
2. Overload pada Filter
- Padatan bisa menumpuk dan menyumbat filter → peningkatan tekanan diferensial.
3. Kerusakan Media Filter
- Media bisa rusak, sobek, atau bocor → terjadi by-pass (air tidak tersaring dengan baik).
4. Kontaminasi Sistem Hilir
- Air hasil filtrasi bisa mencemari sistem berikutnya (misal, RO atau boiler).
5. Shutdown Proses
- Sistem harus dihentikan sementara untuk pembersihan atau perbaikan.
*5.* Mengapa penting menerapkan K3 saat start-up dan shutdown peralatan?
- Start-up dan shutdown adalah dua fase paling berisiko dalam operasi industri karena banyak perubahan kondisi terjadi.
Alasan Pentingnya Menerapkan K3:
1. Mencegah Ledakan atau Kebocoran
2. Menghindari Kesalahan Operasi
3. Melindungi Alat dan Sistem
4. Menghindari Cedera/Kecelakaan
5. Sesuai Regulasi dan Audit
6. Menjaga Keandalan Proses
Faura Faizah Alzahra/24
BalasHapus1. K3 Saat Insiden
Saat insiden (kecelakaan/darurat) terjadi dalam K3: utamakan keamanan area dan korban, laporkan, jangan ubah lokasi kejadian, lalu investigasi untuk menemukan akar masalah dan terapkan tindakan perbaikan/pencegahan.
2. Lime Softening Unit
Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk menghilangkan kesadahan (ion \text{Ca}^{2+} dan \text{Mg}^{2+}). Caranya: menambahkan kapur (\text{Ca(OH)}_2) dan kadang soda abu (\text{Na}_2\text{CO}_3) agar ion kesadahan mengendap menjadi padatan yang kemudian dipisahkan.
3. Shutdown Darurat Tanpa Prosedur
Dalam situasi darurat yang mengancam jiwa atau aset, boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur standar penuh. Namun, ini harus sesuai prosedur emergency shutdown (ESD) yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh personel berwenang. Keselamatan adalah prioritas utama.
4. Pengaruh Jika Terjadi Hal Tak Diinginkan di Filtrasi
Jika ada masalah di filtrasi: kualitas air hasil saringan akan menurun (keruh, ada kontaminan), filter bisa rusak atau tersumbat parah, kapasitas pengolahan berkurang, tekanan diferensial meningkat, dan biaya operasional membengkak.
5. Pentingnya K3 Saat Start Up & Shutdown
K3 sangat penting saat start up (penyalaan) dan shutdown (pemadaman) peralatan karena fase ini adalah momen paling berisiko tinggi. Terjadi perubahan kondisi operasi drastis yang bisa memicu kebocoran, ledakan, kebakaran, kerusakan alat, atau kesalahan manusia. Penerapan K3 meminimalkan bahaya ini.
Aisyah Ratri A/02
BalasHapus1. hentikan alat terlebih dahulu, lalu segera melapor ke HSE (Hygiene Safety Engineering) untuk di tindak lanjuti.
2. Lime softening unit adalah salah satu unit sistem untuk mengurangi kesadahan (hardness) dalam air. yg di sebabkan oleh ion Mg²⁺ dan Ca²⁺.
3. tidak boleh, karena takut memperburuk situasi maka dari itu harus mengikuti prosedur yang ada
4. kualitas air menurun, air hasil menjadi keruh atau tidak sesuai dengan standar
5. prosedur K3 wajib diterapkan secara ketat agar proses berjalan aman dan terkendali.
Andhin Kirana Yudha (04)
Hapus1.Segera hentikan aktivitas di area kejadian.
Lindungi diri sendiri dan orang lain dari bahaya lanjutan.
Laporkan kejadian kepada atasan atau petugas K3.
Berikan pertolongan pertama jika aman dan memungkinkan.
Evakuasi area jika ada potensi bahaya serius (seperti kebakaran atau kebocoran bahan kimia).
Setelah keadaan aman, dilakukan investigasi untuk mengetahui penyebab dan mencegah kejadian serupa
2 Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama kandungan kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan menambahkan kapur (Ca(OH)₂) ke dalam air.
3 Ya, dalam situasi darurat (seperti kebakaran, ledakan, kebocoran bahan berbahaya), shutdown dapat dilakukan meskipun tidak sesuai prosedur normal, asalkan:
Untuk menjaga keselamatan jiwa dan peralatan.
Operator tetap melakukan shutdown darurat sesuai protokol emergency.
Setelah situasi terkendali, dilaporkan dan dievaluasi oleh tim K3 dan manajemen.
4 Jika terjadi insiden (seperti tekanan berlebih, bahan asing masuk, atau kerusakan filter), dampak pada proses filtrasi bisa berupa:
Kualitas hasil filtrat menurun (air atau larutan tidak jernih).
Filter tersumbat atau rusak, sehingga proses terhenti.
Kerusakan pada pompa atau pipa akibat tekanan abnormal.
Efisiensi proses menurun dan kemungkinan produk tercemar.
5 Start-up dan shutdown adalah fase paling kritis, di mana banyak perubahan tekanan, suhu, dan aliran terjadi.
Risiko kecelakaan lebih tinggi jika prosedur tidak diikuti.
Menjaga keselamatan pekerja dan peralatan.
Menghindari kerusakan alat dan kehilangan produksi.
Memastikan sistem berjalan stabil dan aman dari awal hingga akhir operasi.
1. Dalam K3, apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, tindakan apa yang perlu dilakukan?
BalasHapusJika terjadi hal yang tidak diinginkan (misalnya kecelakaan, kebocoran bahan kimia, kebakaran, dll) maka tindakan yang perlu dilakukan adalah:
Aktifkan alarm darurat untuk memberi tahu seluruh area kerja.
Amankan diri dan orang lain sesuai prosedur evakuasi yang telah ditetapkan.
Laporkan segera kepada petugas K3 atau supervisor.
Lakukan pertolongan pertama jika aman dan memungkinkan.
Tutup sumber bahaya (misalnya mematikan valve gas, listrik, dll) jika sudah dilatih dan aman untuk dilakukan.
Catat kejadian untuk investigasi dan perbaikan prosedur ke depan.
2. Jelaskan tentang lime softening unit!
Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kesadahan (hardness) air, terutama yang disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
Bahan kimia utama: kapur tohor (Ca(OH)₂).
Proses kerja: Kapur ditambahkan ke dalam air → bereaksi dengan ion kalsium dan magnesium → membentuk endapan → endapan disaring → air menjadi lebih lunak.
Biasanya digunakan dalam pengolahan air boiler atau air industri agar tidak merusak peralatan.
3. Dalam situasi darurat, apakah boleh melakukan shutdown tanpa mengikuti prosedur?
Boleh dan bahkan wajib dilakukan, asal tindakan tersebut bertujuan menyelamatkan jiwa dan mencegah kerusakan besar.
Namun, setelah kondisi aman:
Segera laporkan ke pihak terkait.
Dokumentasikan kejadian untuk evaluasi.
Prosedur darurat biasanya sudah mencakup langkah-langkah "emergency shutdown" yang berbeda dari shutdown biasa.
4. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, pengaruh apa yang terjadi dalam filtrasi?
Jika terjadi gangguan seperti kebocoran, lonjakan tekanan, atau kerusakan mekanis, maka dapat terjadi:
Penurunan efisiensi penyaringan
Kerusakan media filter
Kontaminasi produk akhir
Tekanan diferensial meningkat
Shutdown sistem secara darurat
Hal ini dapat menyebabkan air atau fluida tidak tersaring dengan baik, bahkan bisa membahayakan proses berikutnya.
5. Mengapa penting menerapkan K3 saat start-up dan shutdown peralatan?
Karena tahap start-up dan shutdown adalah momen paling rawan kecelakaan. Penerapan K3 penting untuk:
Mencegah ledakan atau kebocoran akibat perubahan tekanan atau suhu tiba-tiba.
Melindungi pekerja dari bahaya listrik, bahan kimia, atau gerakan mesin.
Menjaga stabilitas sistem agar proses berjalan aman.
Memastikan tidak ada bahan berbahaya tertinggal saat shutdown.
Meningkatkan keandalan operasional dan mencegah kerusakan alat.
Anisa Fitria (07)
BalasHapus1. cek terlebih dahulu sambungan dan sistemnya, pastikan semua sesuai prosedur kerja, hentikan sistem dengan aman, dan gunakan APD
2. Lime softening unit adalah proses pengolahan air untuk mengurangi kadar kesadahan (Ca & Mg) menggunakan kapur.
3. shutdown tidak boleh dilakukan sembarangan dan tetap harus mengikuti prosedur agar alat tidak rusak.
4. filtrasi bisa terganggu, air tidak tersaring maksimal. Jika ada alat yang rusak, harus segera diganti supaya proses tetap berjalan
5. Karena untuk menjaga keselamatan kerja, mencegah kerusakan alat, dan memastikan proses berjalan dengan aman.
khanza salwa azzahra 32 Xl TKI 1
BalasHapus1. 1. Segera hentikan aktivitas yang berbahaya jika memungkinkan dilakukan dengan aman.
2. Aktifkan sistem darurat (alarm, tombol emergency stop, dll).
3. Evakuasi area sesuai prosedur tanggap darurat.
4. Laporkan kejadian kepada petugas K3 atau atasan secepatnya.
5. Beri pertolongan pertama jika diperlukan dan aman untuk dilakukan.
6. Ikuti prosedur penanganan darurat sesuai SOP yang berlaku di tempat kerja.
2.Lime softening unit adalah unit pengolahan air yang menggunakan kapur (lime, biasanya Ca(OH)₂) untuk mengurangi kesadahan air (hardness). Kesadahan disebabkan oleh ion kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺).
3.Boleh dan bahkan harus dilakukan, tetapi:
Hanya jika kondisi sangat mendesak atau berisiko tinggi (misalnya kebakaran, kebocoran bahan beracun, ledakan).
4.Jika terjadi insiden seperti:
Kebocoran, tekanan tidak stabil, atau bahan kimia masuk ke filter, maka:
Dampaknya dapat berupa:
Penurunan efisiensi filtrasi (air tidak jernih).
Kerusakan media filter (misalnya pasir, karbon aktif).
Kontaminasi air hasil filtrasi.
Tersumbatnya filter akibat endapan mendadak.
Gangguan pada sistem hilir (seperti reverse osmosis atau demineralisasi).
5.Karena saat start-up dan shutdown adalah fase paling berisiko dalam pengoperasian sistem, penting menerapkan K3 karena:
Potensi tekanan berlebih, lonjakan arus, kebocoran bahan kimia.
Andi Azahra J. /05
BalasHapus1. yang pertama tetap utamakan keselamatan jiwa, jika ada korban segera memberikan pertolongan pertama , kemudian laporkan kejadian dan mengambil tindakan prosedur darurat serta komunikasikan dengan tim HSE
2. Lime softening unit adalah sistem pengolahan air yang mengurangi kesadahan (kalsium dan magnesium) dengan menambahkan kapur. Kapur ini bereaksi membentuk endapan padat yang kemudian dipisahkan dari air melalui pengendapan dan filtrasi, mencegah kerak dan meningkatkan kualitas air.
3. tidak boleh ,karena hal itu sangat berisiko karena dapat meningkatkan peluang kecelakaan kerja dan menyebabkan kerusakan parah pada peralatan.
4. berdampak penurunan kualitas air (jadi keruh atau ada kuman), gangguan efisiensi (filter cepat mampet, aliran lambat), serta kerusakan alat yang berujung pada peningkatan biaya operasional.
5.penting karena mencegah kecelakaan kerja, melindungi pekerja, dan menghindari kerusakan alat.
1.Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah pertolongan pertama, menjauhkan diri dari sumber bahaya, mengaktifkan alarm darurat, melaporkan kejadian agar dapat ditanggulangi dengan segera
BalasHapus2. Lime softening unit adalah sistem atau alat yang digunakan untuk mengurangi kadar kesadahan dalam air, terutama kandungan kalsium dan magnesium yang dapat membuat air terasa “keras". Proses ini biasa dipakai di instalasi pengolahan air terutama air baku dari sungai/danau
3. shutdown boleh dilakukan jika tujuannya untuk menyelamatkan jiwa karena keadaan darurat.
4. pengaruh utamanya yaitu dapat menurunkan efektivitas dan efisiensi penyaringan yang mengakibatkan partikel tidak tersaring dengan sempurna, sehungga aliran terhambat, dan kualitas filtrat menjadi buruk.
5. karena dengan adanya penerapan k3 dapat menjaga keselamatan pekerja serta mencegah kerusakan
Zahra Herlinda irfani/34
Hapus1.Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah pertolongan pertama, menjauhkan diri dari sumber bahaya, mengaktifkan alarm darurat, melaporkan kejadian agar dapat ditanggulangi dengan segera
2. Lime softening unit adalah sistem atau alat yang digunakan untuk mengurangi kadar kesadahan dalam air, terutama kandungan kalsium dan magnesium yang dapat membuat air terasa “keras". Proses ini biasa dipakai di instalasi pengolahan air terutama air baku dari sungai/danau
3. shutdown boleh dilakukan jika tujuannya untuk menyelamatkan jiwa karena keadaan darurat.
4. pengaruh utamanya yaitu dapat menurunkan efektivitas dan efisiensi penyaringan yang mengakibatkan partikel tidak tersaring dengan sempurna, sehungga aliran terhambat, dan kualitas filtrat menjadi buruk.
5. karena dengan adanya penerapan k3 dapat menjaga keselamatan pekerja serta mencegah kerusakan
Fitri Nikita Rachmawaty (25)
BalasHapus1.melakukan pertolongan pertama,mengisolasi area terjadinya hal tersebut,dan laporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang seperti atasan industri pada PT tersebut.
2.pengolahan air yang digunakan untuk mengurangi kekerasan air (hardness), terutama kandungan kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺), dengan cara menambahkan bahan kimia berupa kapur (lime), yaitu kalsium hidroksida (Ca(OH)₂).
3.boleh jika situasi tersebut benar-benar darurat dan dokumentasi kan untuk mencegah kejadian serupa.
4.akan muncull beberapa pengaruh negatif seperti penyumbatan pada media filter,tekanan tidak stabil dan kebocoran sistem.
5.untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah kerusakan lingkungan dan untuk melindungi peralatan
1. Penjelasan tentang metode destilasi!
BalasHapus2. Bagaimana hasil akhir bentuk/tekstur yang dihasilkan dari praktikum ekstraksi Cair-Cair!
3. Bagaimana cara memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, lalu parameter uji apa yang dilakukan?
4. Apa resiko atau bahaya penggunaaan pelarut organik dalam proses ekstraksi Cair-Cair dalam metode K3?
5. Apa tujuan dilakukannya ekstraksi Cair-Cair dalam bidang industri?
Aldyansyah Putra (03) :
Hapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponennya. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap, lalu uap tersebut didinginkan dalam kondensor dan dikumpulkan kembali sebagai cairan (distilat) serta menghasilkan sisa dari cairan yang tidak ikut menguap berupa rafinat. Proses ini efektif untuk memisahkan zat cair dari zat lain yang memiliki titik didih berbeda secara signifikan.
2. Fase organik yang mengandung senyawa target (misalnya kafein). Dan Fase air yang mengandung sisa senyawa lain dari larutan awal.
3. Dilakukan pengamatan visual kestabilan dua fase, diikuti dengan analisis konsentrasi kafein pada masing-masing fase menggunakan metode kuantitatif seperti HPLC atau spektrofotometri. Efisiensinya diukur melalui koefisien distribusi (Kd) dan persentase recovery, memastikan kafein terkonsentrasi optimal di fase pelarut organik dengan minimal tertinggal di fase air atau emulsi. Kita dapat melakukan proses ekstraksi berulang kali hingga menghasilkan kafein yang pekat menggunakan metode soxhlet, kemudian hasilnya akan kita lakukan destilasi hingga menghasilkan rafinat murni berisikan kafein saja serta terhindar dari kandungan n-Hexana atau Destilat.
4. Bahaya bahan pelarut organik yang memiliki sifat beracun atau semacamnya yang bisa berbahaya dalam proses ekstraksi, sehingga dapat digantikan dengan n-Hexane namun memiliki kekurangan mudah terbakar namun masih bisa diatasi dengan parameter yang dikontrol.
5. Untuk memisahkan, memurnikan, atau mengekstrak senyawa tertentu dari suatu campuran cair berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Aqila Madu Triono (08) :
Hapus1. Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih, tahapan awalnya ialah pemanasan. Destilat dan rafinat merupakan hasil dari destilasi
2. Destilat yaitu bagian yang menguap dan rafinat yaitu hasil residu nya
3. Dari estraksi menggunakan soxhletasi Ketika, kita sudah mempunyai pelarut berulang dan tidak ada alkohol dan jg ekstrat bisa dipakai pada estraksi berikutnya
4. Pelarut organik cenderung flammable (mudah terbakar)
5. Mengambil zat ekstensi yang ada di larutan
Gusti Ayu Putu K. (26)
Hapus1. Metode Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih.
2. Hsil akhir bentuk/tekstur: dua lapisan cairan yang tidak tercampur. Lapisan pertama adalah pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan lapisan kedua adalah larutan hasil ekstraksi yang mengandung zat terlarut yang diinginkan.
3. Banyak faktor, salah satunya menggunakan pelarut yang tepat yaitu chloroform, mengontrol pH, Melakukan ekstraksi berulang kali, menggunakan suhu tinggi. Dan untuk Parameternya menggunakan waktu ekstraksi (suhu ruangan).
4. Resiko pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode k3, yaitu: mudah terbakar, beracun, iritasi, efek jangka panjang, dampak lingkungan (mencemari lingkungan)
5. Salah satu tujuannya ialah Mengambil zat esensi dlm bahan kimia
Dewa praditya .P(18)
Hapus1.Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, lalu dikondensasikan menjadi cairan murni.
2.Hasil akhir berupa dua lapisan cairan (fase):
Fase air (aqueous)
Fase organik (mengandung kafein)
Keduanya tidak tercampur, membentuk lapisan terpisah.
3.Gunakan corong pisah secara hati-hati dan lakukan ekstraksi berulang.
Parameter uji:
Spektrofotometri UV-Vis untuk mengukur kadar kafein
pH dan volume fase organik sebagai indikator pemisahan
4.Risiko:
Uap beracun (seperti dari kloroform atau DCM)
Mudah terbakar
Iritasi kulit dan mata
Tindakan K3:
Gunakan APD lengkap, kerja di lemari asam, hindari kontak langsung.
5.Untuk memisahkan dan memurnikan senyawa bernilai dari campurannya, seperti:
Kafein dari teh
Antibiotik dari kultur mikroba
Produk kimia dari reaksi
Efisien, cepat, dan cocok untuk skala besar.
Arva alnathan P.P (09)
Hapus1. Metode Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih.
2. Hsil akhir bentuk/tekstur: dua lapisan cairan yang tidak tercampur. Lapisan pertama adalah pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, dan lapisan kedua adalah larutan hasil ekstraksi yang mengandung zat terlarut yang diinginkan.
3. Banyak faktor, salah satunya menggunakan pelarut yang tepat yaitu chloroform, mengontrol pH, Melakukan ekstraksi berulang kali, menggunakan suhu tinggi. Dan untuk Parameternya menggunakan waktu ekstraksi (suhu ruangan).
4. Resiko pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode k3, yaitu: mudah terbakar, beracun, iritasi, efek jangka panjang, dampak lingkungan (mencemari lingkungan)
5. Salah satu tujuannya ialah Mengambil zat esensi dlm bahan kimia
Lidya rahmadani (33)
Hapus1. Destilasi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Proses ini melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan destilasi digunakan dalam berbagai industri seperti industri kimia, farmasi, dan minyak bumi, untuk memisahkan dan memurnikan komponen-komponen yang diinginkan.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dapat berupa:
- Larutan kafein dalam pelarut organik yang jernih atau berwarna, tergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi kafein.
- Fase air yang telah dipisahkan dari fase organik, dengan kandungan kafein yang lebih rendah.
- Kafein yang telah diekstraksi dapat diisolasi dan dihasilkan dalam bentuk kristal atau serbuk, jika proses ekstraksi diikuti dengan proses penguapan atau kristalisasi.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, beberapa cara dapat dilakukan:
1. Penggunaan pelarut yang tepat: Pilih pelarut yang memiliki perbedaan densitas yang cukup besar dengan fase air, sehingga pemisahan fase dapat terjadi dengan baik.
2. Pengaturan waktu dan suhu: Atur waktu dan suhu ekstraksi untuk memastikan bahwa kafein dapat terdistribusi secara merata dalam fase organik.
3. Penggunaan corong pemisah yang sesuai: Gunakan corong pemisah yang sesuai untuk memastikan bahwa pemisahan fase dapat terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Parameter uji yang dapat dilakukan untuk memastikan pemisahan fase sempurna adalah:
1. Pengukuran densitas: Ukur densitas fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik.
2. Pengukuran konsentrasi kafein: Ukur konsentrasi kafein dalam fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa kafein telah terdistribusi secara merata dalam fase organik.
3. Pengamatan visual: Lakukan pengamatan visual terhadap pemisahan fase untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Dengan melakukan cara-cara dan parameter uji di atas, dapat dipastikan bahwa pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein.
4. Resiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah:
- Iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan akibat paparan pelarut organik
- Kerusakan lingkungan akibat pencemaran pelarut organik
- Risiko kebakaran atau ledakan akibat sifat pelarut organik yang mudah terbakar
- Risiko keracunan atau efek kesehatan lainnya akibat paparan pelarut organik dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan pelarut organik dengan hati-hati, menggunakan alat pelindung diri, dan mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri adalah untuk memisahkan komponen-komponen yang diinginkan dari campuran kompleks, sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih murni dan berkualitas. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk-produk seperti kafein, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya. Dengan demikian, ekstraksi cair-cair dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi dalam industri.
ANGKASA BAGUS S. (06)
Hapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali.
2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein.
3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi.
4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung
5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien
Dimas syaiful (20)
Hapus1. Destilasi adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Proses ini melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan destilasi digunakan dalam berbagai industri seperti industri kimia, farmasi, dan minyak bumi, untuk memisahkan dan memurnikan komponen-komponen yang diinginkan.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dapat berupa:
- Larutan kafein dalam pelarut organik yang jernih atau berwarna, tergantung pada jenis pelarut dan konsentrasi kafein.
- Fase air yang telah dipisahkan dari fase organik, dengan kandungan kafein yang lebih rendah.
- Kafein yang telah diekstraksi dapat diisolasi dan dihasilkan dalam bentuk kristal atau serbuk, jika proses ekstraksi diikuti dengan proses penguapan atau kristalisasi.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, beberapa cara dapat dilakukan:
1. Penggunaan pelarut yang tepat: Pilih pelarut yang memiliki perbedaan densitas yang cukup besar dengan fase air, sehingga pemisahan fase dapat terjadi dengan baik.
2. Pengaturan waktu dan suhu: Atur waktu dan suhu ekstraksi untuk memastikan bahwa kafein dapat terdistribusi secara merata dalam fase organik.
3. Penggunaan corong pemisah yang sesuai: Gunakan corong pemisah yang sesuai untuk memastikan bahwa pemisahan fase dapat terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Parameter uji yang dapat dilakukan untuk memastikan pemisahan fase sempurna adalah:
1. Pengukuran densitas: Ukur densitas fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik.
2. Pengukuran konsentrasi kafein: Ukur konsentrasi kafein dalam fase air dan fase organik untuk memastikan bahwa kafein telah terdistribusi secara merata dalam fase organik.
3. Pengamatan visual: Lakukan pengamatan visual terhadap pemisahan fase untuk memastikan bahwa pemisahan fase telah terjadi dengan baik dan tidak ada gangguan.
Dengan melakukan cara-cara dan parameter uji di atas, dapat dipastikan bahwa pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein.
4. Resiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah:
- Iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan akibat paparan pelarut organik
- Kerusakan lingkungan akibat pencemaran pelarut organik
- Risiko kebakaran atau ledakan akibat sifat pelarut organik yang mudah terbakar
- Risiko keracunan atau efek kesehatan lainnya akibat paparan pelarut organik dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan pelarut organik dengan hati-hati, menggunakan alat pelindung diri, dan mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri adalah untuk memisahkan komponen-komponen yang diinginkan dari campuran kompleks, sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih murni dan berkualitas. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan dan memurnikan produk-produk seperti kafein, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya. Dengan demikian, ekstraksi cair-cair dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi dalam industri.
ABIEZA MASYEH P.H.(01)
Hapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali.
2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein.
3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi.
4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung
5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien
1. distilasi ialah proses pemisahan yang dilihat berdasarkan titik didih, distilasi tersebut memiliki boiling point jika pelarutnya alkohol maka boilinh pointnya 70°C setelah itu dilakukan proses kondensasi agar hasil ekstrak bisa menghasilkan secara sempurna
Hapus2. hasil akhir dari ekstraksi cair cair menghasilkan pelarut (solven) dan terlarut (solute) yang perlu dipisahkan lagi menggunakan metode distilasi yang nanti hasil akhirnya murni ekstrak kafein
3. melakukan proses kondensasi nanti fase gas akan menguap dan menjadi embun (dew point) akan ada destilat yaitu pelarutnya dan hasil murni ekstrak maka akan menghasilkan secara sempurna
4. dalam metode k3 bersifat mudah terbakar karena pelarut ekstraksi organik mengandung unsur karbon dan hidrogen
5. untuk mengambil zat esensi dalam larutan yang digunakan untuk hal tertentu bisa digunakan untuk parfum dll
DANISH AKMAL F. (15) :
Hapus1. Destilasi adalah pemisahan berdasarkan titik didih, tahapan awalnya ialah pemanasan. Destilat dan rafinat merupakan hasil dari destilasi
2. Destilat yaitu bagian yang menguap dan rafinat yaitu hasil residu nya
3. Dari estraksi menggunakan soxhletasi Ketika, kita sudah mempunyai pelarut berulang dan tidak ada alkohol dan jg ekstrat bisa dipakai pada estraksi berikutnya
4. Pelarut organik cenderung flammable (mudah terbakar)
5. Mengambil zat ekstensi yang ada di larutan
1. Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan perbedaan titik didih menggunakan panas sebagai pemisah. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uapnya dikondensasikan menjadi cairan kembali.
Hapus2.Ekstraksi cair-cair menghasilkan karakteristik bentuk seperti lapisan cairan yang tidak bercampur, yaitu lapisan pelarut organik dan lapisan air. Bentuk/tekstur yang dihasilkan akan tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi.
3.Pemisahan fase dapat dilakukan secara efektif melalui ekstraksi bertahap dengan pemilihan pelarut yang sesuai, serta pengaturan suhu dan durasi proses yang optimal. Beberapa parameter yang sering diuji mencakup identifikasi kandungan kafein, pengujian titik leleh.
4.Dalam konteks K3 adalah memiliki beberapa risiko dan bahaya. Bahaya utamanya adalah gangguan kesehatan akibat paparan, potensi kebakaran, dan pencemaran lingkungan.
5.Tujuan utama ekstraksi cair-cair dalam industri adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu komponen dari suatu campuran cair. Proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur untuk memindahkan zat yang diinginkan dari satu pelarut ke pelarut lain.
DAVIN JUNIO CAESARO / 06 / XI-TKI-1
Hapus1. Destilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan perbedaan titik didih menggunakan panas sebagai pemisah. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uapnya dikondensasikan menjadi cairan kembali.
2.Ekstraksi cair-cair menghasilkan karakteristik bentuk seperti lapisan cairan yang tidak bercampur, yaitu lapisan pelarut organik dan lapisan air. Bentuk/tekstur yang dihasilkan akan tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi.
3.Pemisahan fase dapat dilakukan secara efektif melalui ekstraksi bertahap dengan pemilihan pelarut yang sesuai, serta pengaturan suhu dan durasi proses yang optimal. Beberapa parameter yang sering diuji mencakup identifikasi kandungan kafein, pengujian titik leleh.
4.Dalam konteks K3 adalah memiliki beberapa risiko dan bahaya. Bahaya utamanya adalah gangguan kesehatan akibat paparan, potensi kebakaran, dan pencemaran lingkungan.
5.Tujuan utama ekstraksi cair-cair dalam industri adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu komponen dari suatu campuran cair. Proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur untuk memindahkan zat yang diinginkan dari satu pelarut ke pelarut lain.
Aulia Nabilla R (10)
Hapus1. metode destilasi adalah pemisahan campuran berdasarkan titik didih. dilakukan pemanasan hingga menguap, lalu uap tersebut di dinginkan dan dikondensasi menjadi cairan.
2. hasil akhirnya terdapat 2 fase cairan terpisah, fase organik dan fase air, lalu juga terdapat hasil dari kristal kafein nya.
3. ketika kafein teh sebagai bahan pelarut dalam alkohol berwarna semakin pekat, maka proses destilasi berjalan dengan lancar. parameter yang dilakukan adalah mengatur waktu ekstraksi.
4. mudah terbakar, dapat menyebabkan keracunan, iritasi, dan efek jangka panjang seperti kerusakan organ dalam, kanker, dll.
5. tujuan dilakukan nya ekstraksi cair-cair adalah untuk memisahkan dan memurnikan suatu zat dari campuran nya
Elya Nuraini
Hapus1. Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap, lalu uapnya dikondensasi menjadi cairan (distilat), sementara sisanya (rafinat) tetap tertinggal.
2. Ekstraksi cair-cair menghasilkan dua fase: fase organik yang mengandung senyawa target (seperti kafein), dan fase air yang mengandung sisa senyawa lainnya.
L
3. Analisis hasil dilakukan dengan pengamatan visual kestabilan fase, lalu diuji kandungan kafein menggunakan HPLC atau spektrofotometri. Efisiensi dinilai dari koefisien distribusi dan persen recovery. Proses dapat diulang (misalnya dengan metode Soxhlet), lalu dilanjutkan destilasi untuk menghasilkan kafein murni tanpa pelarut.
4. Bahaya pelarut organik seperti n-Hexane adalah sifatnya yang mudah terbakar dan beracun, namun masih bisa dikendalikan dengan pengaturan parameter kerja yang tepat.
5. Tujuan ekstraksi adalah memisahkan atau memurnikan senyawa tertentu dari campuran cair, berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
Cahaya Clarissa P.H (13)
Hapus1. destilasi secara sederhana prinsipnya adalah pemisahan berdasarkan titik didih. dilakukan pemanasan hingga menguap, lalu dari uap tersebut di kondensasikan menjadi cairan.
2. hasil akhir dari destilasi terdapat 2 fase terpisah, yaitu fase organik dan fase air, dan terdapat kristal kafein yang dihasilkan.
3. ketika pelarut atau kafein teh berubah warna menjadi semakin pekat, maka proses destilasi berjalan dengan lancar dan parameter yang digunakan adalah mengatur waktu ekstraksi.
4. mudah terbakar, dapat menyebabkan infeksi, iritasi, keracunan ran efek jangka panjang seperti kerusakan organ dalam, dll.
5. tujuan dilakukannya ekstraksi cair-cair yaitu untuk mengambil zat esensi yang ada di dalam suatu bahan atau sampel.
Intan Azka A. (28)
Hapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran yang bekerja dengan memanfaatkan perbedaan titik didih antar zat. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan campuran hingga salah satu komponen menguap, kemudian uap tersebut dikondensasikan kembali menjadi cairan, sehingga diperoleh zat yang lebih murni.
2. Setelah proses berlangsung, akan terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah secara alami: lapisan air (disebut aqueous) dan lapisan pelarut organik yang mengandung zat seperti kafein.
3. Agar proses pemisahan berjalan optimal, diperlukan pemilihan pelarut yang tepat sesuai sifat senyawa, pengaturan pH larutan, serta pengulangan proses ekstraksi beberapa kali. Selain itu, penting untuk menjaga suhu agar tidak terlalu tinggi, karena suhu ekstrem bisa merusak senyawa yang ingin diambil.
4. Pelarut organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar, sehingga perlu penanganan hati-hati. Jika terhirup atau bersentuhan langsung dengan kulit, pelarut ini juga bisa menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan.
5. Dalam skala industri, ekstraksi cair-cair banyak digunakan untuk memisahkan komponen penting dari suatu campuran, memurnikan produk akhir, dan sebagai salah satu metode yang efisien dalam proses pemisahan bahan kimia.
Jasmine Putri Sanjaya / 29
Hapus1. Metode destilasi: Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen dengan pemanasan dan pengembunan.
2. Hasil akhir ekstraksi cair-cair: Terbentuk dua fase cair terpisah dengan tekstur jernih atau keruh tergantung kemurnian.
3. Memastikan pemisahan sempurna: Gunakan corong pisah dengan waktu settling cukup, hindari tumpahan fase, uji kadar kafein dengan analisis spektrofotometri atau kromatografi.
4. Risiko pelarut organik: Mudah terbakar, beracun, menyebabkan iritasi kulit/pernapasan, dan pencemaran lingkungan.
5. Tujuan di industri: Memisahkan, memurnikan, atau mengekstrak senyawa tertentu dari campuran untuk bahan baku atau produk akhir.
FARDAD MAULANA/22
Hapus1. Penjelasan tentang metode destilasi
Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya. Campuran dipanaskan hingga salah satu komponen menguap lebih dulu, lalu uap tersebut didinginkan kembali menjadi cairan (kondensasi) dan ditampung terpisah.
Jenis-jenis destilasi meliputi:
Destilasi sederhana → untuk campuran dengan perbedaan titik didih besar (>25°C).
Destilasi fraksionasi → untuk campuran dengan perbedaan titik didih kecil, menggunakan kolom fraksionasi.
Destilasi vakum → untuk zat yang mudah terurai pada suhu tinggi, dilakukan di tekanan rendah.
Destilasi uap → untuk memisahkan minyak atsiri atau komponen tidak larut air.
---
2. Hasil akhir bentuk/tekstur dari praktikum ekstraksi cair-cair
Lapisan organik → biasanya jernih atau agak berwarna, bergantung pada senyawa terlarut dan jenis pelarut (misal diklorometana → bening sedikit kebiruan).
Lapisan air → biasanya keruh atau jernih tergantung ada/tidaknya sisa pelarut organik atau emulsi.
Jika ekstraksi berhasil sempurna, kedua lapisan akan terlihat terpisah jelas tanpa gumpalan emulsi.
---
3. Cara memastikan pemisahan fase sempurna tanpa kehilangan kafein, serta parameter uji
Gunakan corong pisah dengan hati-hati agar lapisan organik dan air tidak tercampur kembali.
Lakukan ekstraksi berulang (biasanya 2–3 kali) dengan pelarut segar untuk memaksimalkan perpindahan kafein ke lapisan organik.
Hindari pengadukan terlalu kuat yang menyebabkan emulsi.
Gunakan drying agent (misalnya natrium sulfat anhidrat) untuk menghilangkan sisa air pada fase organik.
Parameter uji:
Analisis kafein dengan spektrofotometri UV-Vis, HPLC, atau TLC.
Pengukuran massa kafein hasil isolasi untuk menentukan rendemen (% yield).
---
4. Risiko atau bahaya penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair (K3)
Bahaya kesehatan: Uap pelarut bisa beracun, iritasi pernapasan, kulit, atau mata. Beberapa pelarut bersifat karsinogenik.
Bahaya fisik: Mudah terbakar atau meledak jika terkena sumber panas/percikan api.
Bahaya lingkungan: Limbah pelarut mencemari air dan tanah jika dibuang sembarangan.
Langkah K3:
Gunakan lemari asam saat bekerja.
Kenakan APD (sarung tangan, kacamata, jas lab).
Simpan pelarut di wadah tertutup jauh dari panas dan api.
Buang limbah melalui prosedur limbah B3.
---
5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri
Memisahkan komponen berharga dari campuran (contoh: kafein dari biji kopi/teh, minyak atsiri dari bahan alami).
Memurnikan produk dari pengotor terlarut.
Mengkonsentrasikan bahan aktif (misal obat, senyawa farmasi).
Mengurangi kadar senyawa berbahaya dari larutan proses.
Digunakan di industri farmasi, pangan, petrokimia, dan lingkungan.
BRIENA RADINKA H. (12)
BalasHapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih melalui pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pengumpulan uap menjadi cairan kembali.
2. Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah: lapisan air (aqueous) dan pelarut organik yang mengandung kafein.
3. Pemisahan dilakukan dengan memilih pelarut yang sesuai, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi.
4. Pelarut organik mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun jika terhirup atau kontak langsung
5. Tujuan ekstraksi cair-cair di industri adalah memisahkan senyawa, memurnikan produk, dan sebagai metode pemisahan yang efisien.
Zahra Herlinda irfani/34
BalasHapus1. metode destilasi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi cair-cair berupa dua lapisan cairan yang terpisah, karena proses ini memanfaatkan perbedaan kelarutan dua zat cair yang tidak saling larut sempurna
3.
1. Gunakan corong pisah dengan benar.
2. Lakukan ekstraksi berulang
3. Diamkan sampai lapisan benar-benar terpisah.
4. Gunakan pelarut organik yang tepat
5. memastikan ph larutan netral
4. mudah terbakar, uap beracun, iritan kulit, pencemaran lingkungan
5. Untuk memisahkan komponen tertentu dari campuran cair dengan bantuan dua pelarut yang tidak saling larut
Keyla Adrika XI TKI 1
BalasHapus1. Destilasi => titik didih
2. Hasil akhir yg berupa dua lapis mendapat krmurniaan kafein => terlarut (deksan/alc) yg mengambil zat & warna berubah artinya ekstraksi berjalan
3. Pelarut => destilasi, ketika kita mempunyai pelarut berulang hingga 10x tidak ada alkohol dan ekstart hingga warnanya menjadi pekat
4. Bahan yang mengandung unsur C-H-O dikimia organik disebut titik didihnya rendah, timah contohnya
5. Tujuan nya untuk mengambil tensi ekstraksi minyak aciir
cecillia salsabila (14)
BalasHapus1. Destilasi adalah metode pemisahan yang menggunakan perbedaan titik didih antara komponen-komponen dalam suatu campuran. Dalam proses destilasi, campuran dipanaskan hingga komponen dengan titik didih lebih rendah menguap dan kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan. Contohnya, destilasi alkohol yang memiliki titik didih lebih rendah daripada air.
2. Hasil akhir dari praktikum ekstraksi Cair-Cair dengan contoh kafein dari teh adalah kafein yang telah dipisahkan dari komponen lain dalam teh, biasanya berupa kristal atau serbuk putih.
3. Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kandungan kafein, perlu dilakukan pemilihan pelarut yang tepat dan kontrol terhadap kondisi proses seperti suhu dan waktu ekstraksi. Parameter uji yang dapat dilakukan adalah analisis spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan konsentrasi kafein dalam larutan.
4. Penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi Cair-Cair dapat memiliki resiko atau bahaya seperti mudah terbakar (flammable), toksisitas, dan dampak lingkungan. Contoh pelarut organik yang digunakan dalam ekstraksi adalah n-hexane yang memiliki titik didih 70°C dan mudah terbakar.
5. Tujuan dilakukannya ekstraksi Cair-Cair dalam bidang industri adalah untuk mengambil zat esensi atau komponen yang diinginkan dari suatu bahan, seperti ekstraksi kafein dari teh atau kopi untuk menghasilkan produk kafein yang murni.
Devita Apriliana
BalasHapusXI TKI-1
1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih antar komponen. Proses ini melibatkan pemanasan larutan hingga komponen dengan titik didih lebih rendah menguap lebih dulu, lalu uap dikondensasikan kembali menjadi cairan murni.
- Jenis-jenis destilasi:
- Destilasi Sederhana: Untuk campuran dua cairan dengan perbedaan titik didih > 25°C.
- Destilasi Fraksionasi: Untuk campuran dengan perbedaan titik didih kecil; menggunakan kolom fraksionasi.
- Destilasi Uap: Digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap panas (misalnya minyak atsiri).
- Destilasi Vakum: Dilakukan pada tekanan rendah untuk menurunkan titik didih, cocok untuk senyawa yang mudah terurai pada suhu tinggi.
2. Ekstraksi cair-cair menghasilkan dua lapisan cairan:
- Lapisan atas atau bawah tergantung pada massa jenis pelarut (misal: pelarut organik vs air)
- Setelah ekstraksi selesai dan dilakukan pemisahan:
- Fasa hasil ekstraksi berbentuk cairan jernih atau berwarna, tergantung jenis zat terlarut
- Bisa mengandung sedikit emulsi atau partikel halus jika pemisahan kurang sempurna
3. Langkah untuk memastikan pemisahan sempurna tanpa kehilangan kafein:
- Pemilihan pelarut yang selektif terhadap kafein (misalnya diklorometana atau etil asetat)
- Pengadukan dan waktu kontak cukup lama agar kafein pindah ke pelarut
- Ekstraksi berulang (multiple extraction) untuk memaksimalkan pemindahan kafein
- Pemisahan lapisan sempurna menggunakan corong pisah
- Pengeringan pelarut menggunakan natrium sulfat anhidrat (menghilangkan sisa air)
4. Penggunaan pelarut organik menyimpan risiko besar jika tidak diikuti prosedur K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja):
- Bahaya yang umum:
- Inflamabilitas (mudah terbakar): seperti eter, kloroform, dan etil asetat
- Toksisitas (keracunan): bisa diserap melalui kulit, inhalasi, atau tertelan
- Iritasi kulit dan saluran pernapasan
- Bahaya lingkungan: jika dibuang sembarangan, mencemari air dan tanah
- Tindakan K3 yang perlu dilakukan:
- Gunakan lemari asam saat bekerja
- Pakai APD (Alat Pelindung Diri): sarung tangan, masker, kacamata pelindung
- Hindari sumber api terbuka
- Simpan pelarut di tempat tertutup dan berlabel
- Lakukan pengelolaan limbah kimia berbahaya sesuai prosedur
5. Dalam industri, ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan, memurnikan, atau mengkonsentrasikan senyawa tertentu dari campuran kompleks.
- Tujuan utamanya:
1. Pemisahan senyawa bernilai: seperti alkaloid, kafein, vitamin, atau logam
2. Pemurnian produk akhir: menghilangkan impuritas dari produk utama
3. Pengolahan limbah: memisahkan zat berbahaya dari limbah cair
4. Pemulihan pelarut atau bahan baku: agar dapat digunakan kembali
5. Proses skala besar di industri farmasi, pertambangan, makanan, kosmetik
Anisa Fitria (07)
BalasHapus1. destilasi adalah metode pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan campuran dua zat cair yang punya titik didih berbeda.
2. hasil akhir ekstraksi cair-cair berupa dua lapisan cairan yang terpisah, yaitu lapisan air dan lapisan pelarut organik yang mengandung kafein.
3. gunakan rasio pelarut yang tepat, aduk merata, ulang ekstraksi beberapa kali, dan atur pH supaya kafein larut sempurna ke pelarut organik.
4. Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair punya risiko seperti beracun, mudah terbakar, dan bisa menyebabkan iritasi.
5. untuk memisahkan atau mengambil senyawa penting dari bahan cair, misalnya kafein.
Indri Indira (27)
BalasHapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih, dengan berbagai jenis seperti destilasi sederhana, fraksionasi, uap, dan vakum, tergantung pada sifat zat yang dipisahkan.
2. Hasil akhir ekstraksi cair-cair berupa dua fase terpisah (organik dan air), dan jika pelarutnya diuapkan, senyawa target (seperti kafein) dapat berbentuk kristal atau serbuk padat.
3. Pemisahan fase yang sempurna dipastikan dengan pengamatan visual batas fase, penghilangan emulsi (misal dengan NaCl atau sentrifugasi), dan ekstraksi berulang.
4. Risiko penggunaan pelarut organik meliputi toksisitas, mudah terbakar, dan iritasi. Pencegahan dilakukan dengan bekerja di lemari asam, menggunakan APD, dan penyimpanan yang tepat.
5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri mencakup pemurnian senyawa (seperti kafein), isolasi produk farmasi, pengolahan limbah, dan ekstraksi minyak atsiri, karena metode ini efisien, selektif, dan mudah diskalakan.
Aisyah Ratri A/02
BalasHapus1. metode destilasi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih
2. dihasilkan dua lapisan cairan (fase organik dan fase air), bentuk akhir tetap cair dengan warna/kejernihan berbeda.
3. terdapat banyak faktor, menggunakan pelarut yang tepat, mengontrol pH, ekstraksi berulang, dan menghindari suhu tinggi.
4. Bersifat racun dan flammable (mudah terbakar)
5. mengambil zat esensi dalam larutan
Bilqis Salsabila Nurhidayah (11)
BalasHapus1. Metode destilasi adalah salah satu metode pemisahan yang berdasarkan dari titik didihnya. Tahapan metode ini dimulai dari pemanasan terlebih dahulu.
2. Tidak tercampurnya larutan adalah hasil akhir dari praktikum ekstraksi cair-cair.
3. Perlu melakukan pemilihan pelarut dan mengontrol kondisi prosesnya, seperti suhu dan waktu ekstraksi. Lakukan esktraksi beberapa kali dan atur pHnya.
4. Biasanya bersifat mudah terbakar. Jadi, penggunaan pelarut organik dalam proses ekstraksi cair-cair dalam metode K3 sangat berbahaya jika terhirup ataupun kontak secara langsung.
5. Dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam bidang industri untuk mengambil zat esensi dalam larutan.
Andi Azahra J. /05
BalasHapus1. Destilasi adalah metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen-komponennya.
2.Hasil akhir berupa dua lapisan cairan terpisah yaitu pelarut organik yang mengandung kafein dan lapisan air
3. ketika kita mempunyai pelarut berulang dan ekstart ,bisa dipakai untuj ekstraksi selanjutnya
4. mudah terbakar (highly flammable) karena bahan yang di dalamnya mengandung c-h-o
dan uapnya bisa meledak jika ada percikan api.
5. Tujuan utama dilakukannya ekstraksi cair-cair dalam skala industri adalah untuk memisahkan atau memurnikan suatu zat dari campurannya secara efisien dan ekonomis.
Fitri Nikita Rachmawaty (25)
BalasHapus1.metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponennya.
2.Fase organik: Mengandung senyawa yang larut dalam pelarut organik (misalnya kafein dalam kloroform).
Fase air/aqueous: Sisa larutan awal yang tidak larut dalam pelarut organik.
3.Gunakan corong pisah dengan benar dan biarkan kedua fase memisah sempurna (jangan tergesa-gesa).
Pastikan tidak terjadi emulsi (campuran tak terpisah) selama pengocokan.
Lakukan ekstraksi berulang (multiple extraction) untuk memastikan semua kafein pindah ke pelarut organik.
Jangan buang fase manapun sebelum diuji keberadaan kafein.
Spektrofotometri UV-Vis: Untuk mengukur konsentrasi kafein pada fase hasil ekstraksi.
Kromatografi (TLC atau HPLC): Untuk memastikan keberadaan dan kemurnian kafein di fase hasil ekstraksi.
Gravimetri (jika dilakukan evaporasi pelarut): Menimbang berat kafein murni hasil penguapan.
4.Volatilitas tinggi → mudah menguap dan menyebabkan pencemaran udara (inhalasi berbahaya).
Inflamabilitas → mudah terbakar (misalnya etil asetat, eter).
Toksisitas → beracun jika terhirup, terserap kulit, atau tertelan.
Reaktivitas kimia → bisa bereaksi dengan bahan lain jika tidak disimpan dengan baik.
5.memisahkan dan memurnikan senyawa tertentu, memperoleh bahan baku bernilai tinggi,efiensi proses produksi lebih cepat
1. Sebutkan & Jelaskan macam-macam fluida serta macam-macam viskositas !
BalasHapus2. Apa tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur, serta alat ukur mana yang direkomendasikan!
3. Apa perbedaan utama antara aliran laminar dan turbulen, dan bagaimana cara mengetahui suatu aliran termasuk yang mana?
4. Kasih contoh soal dan cara penyelesaiannya persamaan bernoulli!
5. Faktor apa saja yabg mempengaruhi pengukuran aliran fluida?
6. Jelaskan apa itu densitas dan temperatur!
Aldyansyah Putra (03)
Hapus1. - Macam Macam Fluida
Fluida Statis (Diam)
Fluida yang tidak bergerak, hanya dipengaruhi tekanan dan gaya gravitasi.
Contoh: air dalam gelas yang diam.
Fluida Dinamis (Mengalir)
Fluida yang mengalir, dipengaruhi kecepatan, tekanan, dan gesekan.
Contoh: air dalam pipa, angin, minyak di saluran.
Fluida Ideal
Fluida teoretis, tak memiliki viskositas dan tak bisa dikompresi.
Digunakan dalam penyederhanaan perhitungan.
Fluida Nyata (Real)
Fluida yang ada di dunia nyata, memiliki viskositas dan bisa mengalami gesekan serta turbulensi.
- Viskositas
Viskositas adalah ukuran kekentalan atau hambatan fluida terhadap aliran.
Viskositas tinggi, fluida kental, alirannya lambat (contoh: madu)
Viskositas rendah, fluida encer, alirannya cepat (contoh: air)
2. Jika terdapat fluida yang kental susah untuk mengkondisikan aliran pipa yang dapat menyebabkan kebuntuan pada pipa, dapat menggunakan alat magnetic flow meter.
3. Dengan membedakan bahwa laminar merupakan aliran yang tenang dan turbulen merupakan aliran yang tidak tenang, dalam matematika di dasarkan pada rumus NRe dari Reynolds Number, Laminar <1500 dan Turbulen 2100>.
4. Air mengalir dalam pipa horizontal yang diameternya mengecil di titik B, kecepatan air naik jadi 4m/s. Jika massa jenis air 1.000kg/m^3 berapa tekanan di titik B?
Rumus : P1+1/2pv1^2+pgh1 = P2+1/2pv2^2+pgh2
Diketahui :
P1 : 120.000 Pa
v1 : 2m/s
v2 : 4m/s
pgh : 1000kg/m^3
Jawaban :
120.000+1/2(1000)(2)^2 = P2+1/2(1000)(4)^2
P2 = 122.000 - 8.000
P2 = 114.000 Pa
5. Karakteristik fluida, kondisi aliran, pemasangan alat ukur, dan bilangan Reynolds.
6. Densitas (ρ)
Densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat, yaitu massa per satuan volume.
Semakin besar densitas, semakin berat zat tersebut dalam volume yang sama.
Temperatur (T)
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau energi kinetik rata-rata partikel dalam suatu zat.
Diukur dalam °C (Celcius), K (Kelvin), atau °F (Fahrenheit).
Semakin tinggi temperatur, partikel bergerak lebih cepat dan zat bisa memuai atau berubah fase.
DAVIN JUNIO CAESARO / 16 / X-TKI-1
HapusNomor 1
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
Nomor 5
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
1. Macam-macam fluida dan viskositas
HapusFluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara)
- Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas:
- Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran)
- Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah:
- Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
- Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan:
- Flow meter ultrasonik
- Flow meter magnetik
- Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah:
- Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur
- Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen:
- Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran
- Re < 2000: aliran laminar
- Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal:
Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Cara penyelesaian:
Menggunakan persamaan Bernoulli:
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida:
- Viskositas fluida
- Densitas fluida
- Kecepatan fluida
- Tekanan fluida
- Suhu fluida
- Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
DINDA NAZILATUL FAJRI/20
Hapus1. Macam-macam fluida dan viskositas
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara)
- Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas:
- Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran)
- Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah:
- Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
- Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan:
- Flow meter ultrasonik
- Flow meter magnetik
- Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah:
- Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur
- Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen:
- Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran
- Re < 2000: aliran laminar
- Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal:
Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Cara penyelesaian:
Menggunakan persamaan Bernoulli:
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida:
- Viskositas fluida
- Densitas fluida
- Kecepatan fluida
- Tekanan fluida
- Suhu fluida
- Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
DEWA PRADITYA.P/18/X-TKI-1
HapusNomor 1
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
Nomor 5
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
1. terdapat 2 macam fluida yakni
Hapus- incompressible fluids (fluida tak mampu mampat) fluida jika ditekan tidak mengalami perubahan sifat atau densitasnya
- compressible fluids (fluida mampu mampat) fluida jika ditekan mengalami perubahan sifat
viskositas terbagi menjadi tiga jenis mulai viskositas absolut/dinamis, viskositas spesifik, viskositas kinematis
2. dalam fluida ada yang dinamakan non newtonian (kental) dan sludge/slurry (becean) ini menjadi tantangan tersendiri dalam fluida karena tergantung partikel padatannya
3. perbedaan besarnya adalah dibilangan reynolds pada aliran laminar itu alirannya tenang dan stabil menunjukkan re 1500 dan turbulen terlihat tidak stabil, kacau, alirannya sangat cepat renya 2100 keatas
5. faktor yang mempengaruhi pengukuran diantaranya:
- jenis fluida
- temperatur dan tekanan
- kecepatan dan jenis aliran
- kondisi pipa
- kalibrasi dan kualitas alat ukur
- kebersihan sensor/alat
6. densitas merupakan satuan yang menunjukkan beberapa berat untuk setiap satuan volume dari suatu massa
temperatur menunjukkan adanya energi panas pada suatu benda padat cair dan gas
BRIENA RADINKA H. (12) TKI1
Hapus1. Fluida Statis: Tidak bergerak, hanya dipengaruhi tekanan & gravitasi. Contoh: air diam di gelas.
Fluida Dinamis: Mengalir, dipengaruhi kecepatan dan gesekan.
Fluida Ideal:Fluida tanpa viskositas.
Fluida Nyata: Fluida yang punya viskositas.
Macam Viskositas:
Viskositas Tinggi: Kental, alirannya lambat (contoh: madu).
Viskositas Rendah: Encer, alirannya cepat (contoh: air).
2. Fluida kental/lumpur sulit mengalir, bisa menyumbat pipa.
Solusi: Gunakan magnetic flow meter karena bisa mengukur tanpa hambatan langsung dan cocok untuk fluida non-bersih.
3. Laminar: Aliran tenang, rapi, teratur.
Turbulen: Aliran kacau, tidak beraturan.
4. Soal:
Air mengalir dari pipa besar ke kecil.
P₁ = 120.000 Pa
v₁ = 2 m/s
v₂ = 4 m/s
ρ = 1000 kg/m³
Jawab (pakai Bernoulli):
P₁ + ½ρv₁² = P₂ + ½ρv₂²
→ 120.000 + ½(1000)(2)² = P₂ + ½(1000)(4)²
→ 120.000 + 2.000 = P₂ + 8.000
→ P₂ = 122.000 – 8.000 = 114.000 Pa
5. Jenis fluida (kental/encer)
Kondisi aliran (laminar/turbulen)
Posisi alat ukur
Bilangan Reynolds
6. Densitas (ρ): Massa per volume. Semakin besar, semakin berat zatnya.
Temperatur (T): Ukuran panas/zat, makin tinggi suhu → partikel makin cepat bergerak. Bisa ubah bentuk atau volume.
Indri Indira I. (27)
Hapus1. Fluida itu ada yang ideal dan nyata. Fluida ideal tidak ada gesekan, cuma teori. Fluida nyata itu seperti air atau udara yang kita pakai sehari-hari. Kalau fluida diam, disebut statis. Kalau mengalir, disebut dinamis. Viskositas adalah ukuran kekentalan. Air itu viskositasnya rendah, mudah mengalir. Madu atau oli kental, viskositasnya tinggi.
2. Mengukur fluida kental atau berlumpur itu sulit karena bisa menyumbat alat. Selain itu, hasilnya sering berubah-ubah karena viskositasnya tidak stabil. Alat yang cocok adalah magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter.
3. Aliran laminar itu tenang dan rapi, seperti air yang mengalir pelan. Aliran turbulen itu berantakan, seperti air yang deras dan berputar
4. Soal:
Air mengalir dari pipa besar ke kecil.
P₁ = 120.000 Pa
v₁ = 2 m/s
v₂ = 4 m/s
ρ = 1000 kg/m³
Jawab (pakai Bernoulli):
P₁ + ½ρv₁² = P₂ + ½ρv₂²
→ 120.000 + ½(1000)(2)² = P₂ + ½(1000)(4)²
→ 120.000 + 2.000 = P₂ + 8.000
→ P₂ = 122.000 – 8.000 = 114.000 Pa
5. Yang memengaruhi pengukuran aliran antara lain: Jenis fluida, suhu, tekanan, kecepatan aliran, ukuran pipa, dan kebersihan alat
6. Densitas adalah seberapa padat suatu zat. Rumusnya massa dibagi volume. Contoh: air punya densitas 1000 kg/m³. Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya zat. Temperatur memengaruhi kecepatan aliran dan kekentalan fluida.
elya nuraini 21
Hapus1. Jenis-jenis Fluida dan Viskositas
Fluida terbagi menjadi:
Cair: volume tetap, bentuk mengikuti wadah.
Gas: bentuk dan volume berubah mengikuti wadah.
Statis: fluida diam, dipelajari dalam hidrostatika.
Dinamis: fluida bergerak, dipelajari dalam hidrodinamika.
Viskositas terdiri dari:
Viskositas dinamik: mengukur tahanan fluida terhadap aliran.
Viskositas kinematik: perbandingan viskositas dinamik dengan densitas fluida.
2. Tantangan Mengukur Fluida Kental
Fluida kental sulit diukur karena alirannya tidak merata, mudah berubah akibat suhu, dan bisa menyumbat alat ukur.
Alat yang direkomendasikan:
- Coriolis Mass Flow Meter
-Positive Displacement Flow Meter
-Magnetic Flow Meter
3. Aliran Laminar vs Turbulen
Laminar: aliran teratur dan sejajar, terjadi pada kecepatan rendah.
Turbulen: aliran kacau dan berpola pusaran, terjadi pada kecepatan tinggi.
Untuk membedakannya, amati pola aliran dan bandingkan karakteristiknya dengan teori.
4. Soal Pipa "S"
Diketahui:
A1 = 10 cm², v1 = 2 m/s, P1 = 40.000 Pa
A2 = 5 cm²
ρ = 1000 kg/m³
Langkah penyelesaian:
1. Hitung kecepatan di penampang kecil:
A1 × v1 = A2 × v2 → v2 = 4 m/s
2. Gunakan hukum Bernoulli untuk mencari tekanan P2:
P2 = 28.000 Pa
5. Faktor Pengaruh Pengukuran Fluida
Pengukuran dipengaruhi oleh:
Sifat fluida (viskositas, suhu, densitas)
Kondisi aliran (laminar/turbulen)
Cara pemasangan alat ukur
6. Pengertian Temperatur dan Densitas
Temperatur: ukuran panas/dingin benda, berkaitan dengan energi kinetik partikel.
Densitas: tingkat kerapatan zat, dihitung dari massa per volume satuan.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06
Hapus1. Macam-macam fluida dan viskositas terbagi menjadi beberapa jenis. Fluida ideal adalah fluida teoritis tanpa viskositas dan tidak dapat dimampatkan, sedangkan fluida nyata memiliki viskositas dan sifat alir yang sesuai kenyataan. Fluida juga dibedakan menjadi kompresibel (seperti gas, densitasnya bisa berubah) dan inkompresibel (seperti air, densitasnya tetap). Sementara itu, viskositas terbagi menjadi dua jenis, yaitu viskositas dinamis yang menunjukkan ketahanan fluida terhadap aliran (dengan satuan Pa·s) dan viskositas kinematik, yaitu viskositas dinamis dibagi densitas, dengan satuan m²/s.
2. Pengukuran fluida kental atau berlumpur memiliki tantangan tersendiri, seperti risiko penyumbatan alat, viskositas tinggi, serta adanya partikel padat dalam aliran. Hal ini membuat pembacaan alat menjadi tidak akurat jika menggunakan metode konvensional. Untuk kondisi tersebut, alat yang direkomendasikan adalah magnetic flowmeter untuk fluida konduktif, dan ultrasonic Doppler flowmeter untuk fluida berlumpur karena keduanya tidak memiliki bagian bergerak dan tahan terhadap gangguan partikel padat.
3. Aliran fluida dapat dibagi menjadi aliran laminar dan turbulen. Aliran laminar memiliki pola aliran yang teratur dan tenang, biasanya terjadi pada kecepatan rendah dan bilangan Reynolds (Re) di bawah 2000. Sebaliknya, aliran turbulen bersifat kacau dan berputar-putar, dengan Re di atas 4000. Untuk mengetahui jenis aliran tersebut, digunakan perhitungan bilangan Reynolds yang mempertimbangkan kecepatan fluida, densitas, viskositas, dan diameter pipa.
4. Contoh penerapan persamaan Bernoulli adalah ketika air mengalir dari pipa besar ke pipa kecil dengan perbedaan ketinggian. Misalnya, jika kecepatan awal air 2 m/s di ketinggian 3 m, dan mengalir ke pipa di ketinggian 1 m, maka kecepatan akhirnya dapat dihitung dengan rumus Bernoulli:
v_2 = \sqrt{v_1^2 + 2g(h_1 - h_2)} = \sqrt{4 + 2 \cdot 9{,}8 \cdot 2} = \sqrt{43{,}2} ≈ 6{,}57 \text{ m/s}.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida antara lain tekanan dan temperatur fluida, viskositas, kecepatan aliran, diameter pipa, dan jenis alat ukur yang digunakan. Selain itu, stabilitas aliran (laminar atau turbulen) juga memengaruhi akurasi hasil pengukuran.
6. Densitas adalah massa fluida per satuan volume (kg/m³), yang sangat memengaruhi perhitungan aliran fluida, terutama dalam sistem tertutup. Sementara itu, temperatur adalah ukuran panas atau energi termal suatu zat, yang dapat memengaruhi viskositas dan densitas fluida. Semakin tinggi suhu, biasanya viskositas menurun, sehingga aliran menjadi lebih lancar.
Andi Azahra J /05
Hapus1. sebutkan dan jelaskan macam'' fluida serta macam'' viskositas!
jawab:
A. macam' fluida ada beberapa kriteria
• wujud
• pergerakan
• responsnya terhadap gaya geser
1. jika berdasarkan Wujud
Fluida Cair (Liquid) :
Fluida Gas (Gas)
2. Berdasarkan Respons Terhadap Gaya Geser
Fluida Newtonian
Fluida yang viskositasnya konstan dan tidak berubah-ubah meskipun gaya geser yang diberikan padanya berubah. Hubungan antara tegangan geser (shear stress) dan laju regangan geser (shear rate) adalah linier.
Fluida Non-Newtonian
Fluida yang viskositasnya berubah-ubah tergantung pada gaya geser atau laju regangan geser yang diberikan.
3.Berdasarkan Pergerakan
• Fluida Statis
• Fluida Dinamis
B. Macam-Macam Viskositas
1. Viskositas Dinamik
Viskositas dinamik mengukur seberapa besar gaya geser yang dibutuhkan untuk mempertahankan suatu laju regangan geser tertentu.
2. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalah perbandingan antara viskositas dinamik dengan massa jenis (densitas) fluida.
2.Mengukur fluida kental atau berlumpur itu susah karena:
• Fluida kental punya gesekan internal tinggi, bisa bikin alat ukur biasa macet
• Fluida berlumpur punya partikel padat yang bisa mengikis, menyumbat, atau merusak sensor.
• Aliran tidak merata, jadi pengukuran kecepatan jadi tidak akurat.
Alat Ukur yang Direkomendasikan:
• Coriolis Mass Flow Meter
Paling akurat karena mengukur massa langsung, bukan volume.
3.Aliran laminar itu rapi, gerakannya teratur seperti lapisan-lapisan yang meluncur mulus. Sedangkan aliran turbulen itu kacau, bergejolak, dan banyak pusaran. Kita bisa tahu suatu aliran termasuk yang mana dengan menghitung Bilangan Reynolds (Re): jika Re di bawah 2.000, alirannya laminar; jika di atas 4.000, alirannya turbulen.
4.Bayangkan kamu sedang menyiram tanaman pakai selang. Selang itu punya dua bagian dengan ukuran berbeda.
• Bagian yang tebal (seperti selang normal) punya kecepatan air 1 m/s dan tekanan 120.000 Pa.
• Lalu, di ujung selang, kamu tekan dengan jempol sehingga lubangnya jadi lebih kecil. Di bagian yang kecil itu, kecepatan airnya jadi 4 m/s.
Pertanyaannya: Berapa tekanan air di ujung selang yang kamu tekan dengan jempol itu? (Anggap densitas air ρ=1.000kg/m3).
Karena selang ini lurus (horizontal), kita bisa pakai rumus yang lebih sederhana:
Pbesar+21ρvbesar2=Pkecil+21ρvkecil2
Di mana diketahui:
• Pbesar = Tekanan di bagian selang yang besar (120.000 Pa)
• vbesar = Kecepatan di bagian selang yang besar (1 m/s)
• vkecil = Kecepatan di bagian selang yang kecil (4 m/s)
• ρ = Densitas air (1.000 kg/m3)
Dicari :
Pkecil = Tekanan di bagian selang yang kecil
Langkah-langkah penyelesaiannya
• Susun ulang rumusnya untuk mencari Pkecil:
Pkecil=Pbesar+21ρvbesar2−21ρvkecil2
Atau biar lebih ringkas:
Pkecil=Pbesar+21ρ(vbesar2−vkecil2)
Pkecil=120.000+21(1.000)×(12−42)
Pkecil=120.000+500×(1−16)
Pkecil=120.000+500×(−15)
Pkecil=120.000−7.500
Pkecil=112.500 Pa
Tekanan air di ujung selang yang kamu tekan dengan jempol adalah 112.500 Pa.
5. Tiga faktor utama yang memengaruhi pengukuran aliran fluida adalah sifat fluida (kekentalan, densitas, partikel), kondisi aliran (turbulen, tidak stabil), dan pemasangan serta pemeliharaan alat (instalasi, kalibrasi).
6.#Densitas atau sering disebut massa jenis adalah ukuran seberapa padat suatu benda.
#Temperatur atau suhu adalah ukuran seberapa panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur sebenarnya mengukur energi kinetik rata-rata dari molekul-molekul dalam suatu benda.
Aqila madu/XI TKI-1/08
Hapus1. Fluida ada dua, yaitu cair dan gas. Viskositas ada dua juga: dinamis (mengukur kekentalan) dan kinematik (perbandingan viskositas dengan densitas).
2.Fluida kental sulit diukur karena alirannya lambat dan bisa menyumbat alat. Flowmeter elektromagnetik atau ultrasonik cocok digunakan karena tahan terhadap lumpur dan partikel.
3.Laminar mengalir halus, turbulen berputar-putar. Kita bisa mengetahuinya lewat bilangan Reynolds. Di bawah 2000 laminar, di atas 4000 turbulen.
4. Jika air mengalir lebih cepat di pipa kecil, tekanannya jadi lebih rendah. Dengan rumus Bernoulli, kita bisa hitung tekanan berdasarkan perubahan kecepatan.
5. Faktor pengukuran aliran fluida
Yang memengaruhi antara lain viskositas, densitas, suhu, tekanan, jenis aliran, dan kondisi pipa.
6.Densitas dan temperatur
Densitas adalah massa per volume. Temperatur adalah ukuran panas dinginnya zat yang memengaruhi sifat fluida.
Intan Azka A. (28)
Hapus1.) a) macam macam fluida:
1) Fluida statis: fluida yang tidak bergerak, dipengaruhi tekanan dan gaya gravitasi.
2) Fluida dinamis: fluida yang mengalir, dipengaruhi kecepatan, tekanan, dan gesekan.
b)Macam-macam viskositas:
1) Viskositas dinamis: ukuran hambatan fluida terhadap deformasi geser saat mengalir (Pa·s).
2) Viskositas kinematik: perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida (m²/s).
2.) Tantangan utama: aliran tidak stabil, risiko penyumbatan, pengendapan partikel, dan gesekan tinggi yang mempengaruhi akurasi alat.
Alat yang direkomendasikan: Magnetic flow meter (tidak memiliki bagian bergerak, cocok untuk fluida kental/berlumpur).
3.) a) Aliran laminar: aliran teratur, lapisan fluida bergerak sejajar, gesekan rendah.
b) Aliran turbulen: aliran tidak teratur, banyak pusaran, gesekan tinggi.
- Cara mengetahuinya: menggunakan bilangan Reynolds (Re):
Re < 2000: laminar
Re > 4000: turbulen
2000 ≤ Re ≤ 4000: transisi
4.) Air (ρ = 1,6 × 10³ kg/m3) mengalir melewati pipa mendatar yang makin mengecil. Pada ujung pipa yang besar air melalui kelajuan 6,0 m/s. Perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa adalah 5,6 kPa. Kelajuan air di ujung pipa yang kecil adalah..
Jawab:
Persamaan Bernoulli:
[ P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2]
Jika h1 = h2, maka:
P1 – P2 = 1/2 ρ . v²2 – 1/2 ρ . v²1
∆P = 1/2 ρ (v²2 – v²1)
5.600 = 1/2 1.600 (v²2 – 36)
56 = 8 (v² 2 – 36)
v²2 = 43
v2 = 6,557... m/s
5.) Jenis fluida (densitas, viskositas, konduktivitas), suhu dan tekanan, kecepatan aliran.
6.) a) Densitas: massa per satuan volume suatu zat (kg/m³).
b) Temperatur: ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat, biasanya dalam °C atau K.
Aulia Nabilla R./10
Hapus1. fluida terbagi menjadi dua jenis :
a. fluida newtonian: kekentalannya konstan
b. fluida non-newtonian: viskositasnya berubah-ubah tergantung kecepatan gerakan
viskositas terbagi menjadi dua:
a. viskositas dinamis: mengukur seberapa besar gaya internal fluida untuk melawan aliran.
b. viskositas kinematis: Mengukur seberapa cepat fluida mengalir akibat gravitasi.
2. penyumbatan dan kerusakan pada sensor karena partikel padat, viskositas yang tidak stabil, membuat pengukuran sulit, dan terdapat partikel padat yang dapat menyumbat alat.
=> alat ukur yang direkomendasikan untuk mengatasi masalah ini adalah flowmeter elektromagnetik dan flowmeter ultrasonik.
3. aliran laminar: aliran fluidanya memiliki.pola yang teratur dan terorganisir.
=> aliran turbulen: aliran fluidanya memilikinpola yang tidak teratur dan acak.
untuk mengetahui nya dengan cara melihat bilangan reynoldnya : laminar > 1500, transisi ada dibatas antara laminar dan turbulen, turbulen < 2100
4. Contoh Soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
=> penyelesaian: P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
arena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. sifat fluida itu sendiri, seperti viskositas, densitas, suhu, dan tekanan, kondisi pemasangan alat ukur, termasuk adanya turbulensi atau getaran di pipa, jenis alat ukur yang digunakan.
6. densitas : ukuran seberapa padat suatu zat.
temperatur : ukuran seberapa panas atau dingin suatu benda.
Dinda nazilatul fajri/20
HapusNomor 1
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
Nomor 5
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
DANISH AKMAL FAIZ XI TKI 1 / 15
HapusNomor 1
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
Nomor 5
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
Gusti Ayu P. (26)
Hapus1. Macam macam Fluida:
Fluida ideal — Fluida yang dianggap tidak memiliki viskositas (kekentalan) dan tidak mengalami kehilangan energi akibat gesekan. Fluida nyata — Fluida yang memiliki viskositas dan mengalami gesekan antar lapisan fluida atau antara fluida dengan dinding saluran.,
Fluida konpresibel — Fluida yang volume atau densitasnya bisa berubah ketika diberi tekanan.,
Fluida inkonpresibel — Fluida yang dianggap tidak bisa dimampatkan atau volume/densitasnya tetap meski diberi tekanan.,
Fluida Newtonian — Fluida yang gaya geseknya (viskositas) tidak berubah terhadap perubahan kecepatan alirnya (shear rate). ,
Fluida non-Newtonian — Fluida yang viskositasnya berubah tergantung pada laju geser (tidak linear).
Macam-macam Viskositas: Terdapat 4 macam: dinamis, kinematik, Newtonian, non newtonian
2. Tantangan Utama dalam pengukuran fluida kental/ berlumpur serta alat ukur yang di rekomendasikan: Pengukuran fluida kental atau berlumpur memiliki tantangan seperti viskositas tinggi yang membuat aliran sulit diukur, serta adanya partikel padat yang bisa menyumbat atau merusak alat. Selain itu, fluida ini cenderung mengendap dan dapat menyebabkan abrasi atau korosi pada alat. Untuk mengatasinya, alat yang direkomendasikan adalah magnetic flow meter
3. Perbedaan Aliran laminar dan turbulen: Aliran laminar adalah aliran fluida yang teratur dan halus, di mana partikel fluida bergerak dalam garis lurus atau lapisan sejajar. Aliran ini biasanya terjadi pada kecepatan rendah dan memiliki gesekan yang kecil. Sebaliknya, aliran turbulen bersifat tidak teratur, penuh pusaran, dan kacau, dengan partikel fluida bergerak acak ke segala arah. Aliran turbulen terjadi pada kecepatan tinggi dan menghasilkan gesekan serta kehilangan energi yang lebih besar.
4. Contoh soal persamaan bernoulli: sudah di jelaskan saat presentasi.
5. Faktor mempengaruhi pengukuran aliran Fluida: Jenis Fluida — Gas, cair, temperature, kecepatan dan jenis aliran, kondisi pipa — diameter, kalibrasi, pembersihan sensor atau alat.
6. Penjelasan tentang Densitas dan Temperatur: Densitas merupakan Ukuran seberapa padat suatu zat. Sedangkan Temperatur merupakan Ukuran seberapa panas atau dingin dalam suatu Zat.
Zahra Herlinda I./34
Hapus1. Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian
- Fluida non-Newtonian
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas:
- Viskositas dinamis
- Viskositas kinematik
2. Tantangan: Endapan, penyumbatan, aliran tak stabil, abrasif.
Alat: Magnetic flowmeter, ultrasonic flowmeter.
3.Aliran laminar → aliran teratur, garis-garis alir sejajar, gesekan kecil, biasanya pada kecepatan rendah.
Aliran turbulen → aliran kacau, banyak pusaran, gesekan besar, biasanya pada kecepatan tinggi.
4. Diketahui:
P₁ = 200 kPa, v₁ = 2 m/s, P₂ = 100 kPa, ρ = 1000 kg/m³, h₁ = h₂.
Hitung v₂!
Penyelesaian:
P₁ + ½ρv₁² = P₂ + ½ρv₂²
200000 + 2000 = 100000 + 500v₂²
102000 = 500v₂²
v₂² = 204 → v₂ ≈ 14,28 m/s
Jawaban: v₂ = 14,28 m/s
5. Viskositas
2. Densitas
3. Suhu
4. Tekanan
5. Kecepatan aliran
6. Kondisi pipa (diameter, panjang, kekasaran)
7. Jenis fluida (Newtonian / non-Newtonian)
6.Densitas adalah perbandingan massa dengan volume suatu zat, satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat, satuan °C atau K.
Jasmine Putri Sanjaya / 291. Macam fluida:
HapusFluida Newtonian: Viskositas konstan (air, udara).
Fluida non-Newtonian: Viskositas berubah tergantung gaya geser (cat, darah).
Macam viskositas: Viskositas absolut (internal) & viskositas kinematik (absolut/ρ).
2. Tantangan fluida kental/berlumpur: Endapan menyumbat sensor, aliran tidak stabil.
Alat rekomendasi: Magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter.
3. Perbedaan laminar vs turbulen:
Laminar: Aliran teratur, Re < 2000.
Turbulen: Aliran acak/berputar, Re > 4000.
Mengetahui: Hitung bilangan Reynolds (Re).
4. Contoh Bernoulli:
Diketahui v₁=2 m/s, p₁=200 kPa, ρ=1000 kg/m³, h₁=2 m; v₂=3 m/s, h₂=5 m.
.
5. Faktor pengaruh pengukuran: Viskositas, densitas, temperatur, tekanan, dan kebersihan alat.
6. Densitas: Massa per satuan volume (ρ = m/V).
Temperatur: Tingkat panas atau energi kinetik rata-rata partikel zat.
FARDAD MAULANA/22
Hapus1. Macam-macam fluida & macam-macam viskositas
Macam-macam fluida
Fluida ideal → dianggap tidak memiliki viskositas dan tidak mengalami kehilangan energi. Hanya ada di teori.
Fluida nyata (real fluid) → memiliki viskositas dan sifat kompresibilitas, contohnya air, udara, oli.
Fluida Newtonian → viskositasnya konstan pada berbagai laju geser, misalnya air, minyak mineral.
Fluida non-Newtonian → viskositasnya berubah tergantung laju geser, misalnya cat, darah, lumpur.
Macam-macam viskositas
Viskositas dinamis (μ) → mengukur hambatan internal fluida terhadap aliran akibat gesekan antar molekul, satuan Pa·s atau cP.
Viskositas kinematis (ν) → perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida, satuan m²/s atau cSt.
2. Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur & alat rekomendasi
Tantangan utama:
Alat ukur mudah tersumbat oleh partikel padat.
Laju alir tidak stabil akibat sedimentasi atau perubahan konsistensi.
Abrasi (pengikisan) pada sensor.
Sulit menjaga kebersihan sensor karena endapan cepat terbentuk.
Alat yang direkomendasikan:
Magnetic flow meter (tidak ada bagian bergerak dan cocok untuk fluida konduktif, termasuk lumpur).
Ultrasonic flow meter tipe clamp-on (tidak kontak langsung dengan fluida).
3. Perbedaan aliran laminar & turbulen, dan cara mengetahuinya
Aliran laminar: aliran fluida teratur, partikel bergerak sejajar, kehilangan energi rendah, terjadi pada bilangan Reynolds rendah (Re < 2000).
Aliran turbulen: aliran tidak teratur, banyak pusaran (eddy), kehilangan energi tinggi, terjadi pada bilangan Reynolds tinggi (Re > 4000).
Cara mengetahui: hitung Reynolds number →
Re = \frac{\rho v D}{\mu}
Re = \frac{v D}{\nu}
ρ = densitas (kg/m³)
v = kecepatan alir (m/s)
D = diameter pipa (m)
μ = viskositas dinamis (Pa·s)
ν = viskositas kinematis (m²/s)
4. Contoh soal & penyelesaian persamaan Bernoulli
Soal: Air mengalir dalam pipa horizontal dari titik 1 ke titik 2. Kecepatan di titik 1 adalah 2 m/s, tekanan 250 kPa, di titik 2 kecepatan 4 m/s. Tentukan tekanan di titik 2 (abaikan kerugian energi). Densitas air = 1000 kg/m³.
Penyelesaian:
Persamaan Bernoulli untuk pipa horizontal (z₁ = z₂):
P_1 + \frac{1}{2} \rho v_1^2 = P_2 + \frac{1}{2} \rho v_2^2
250000 + 0.5(1000)(2^2) = P_2 + 0.5(1000)(4^2)
250000 + 2000 = P_2 + 8000
252000 - 8000 = P_2
P_2 = 244000 \ \text{Pa} \ (244 \ \text{kPa})
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Jenis fluida (Newtonian atau non-Newtonian, bersih atau kental).
Suhu fluida (mempengaruhi viskositas & densitas).
Tekanan operasi.
Diameter dan kondisi pipa (lurus atau berbelok).
Kecepatan aliran.
Adanya partikel padat atau gelembung gas di fluida.
6. Densitas & temperatur
Densitas adalah massa fluida per satuan volume (kg/m³). Densitas mempengaruhi perilaku aliran, gaya apung, dan perhitungan massa fluida.
Temperatur adalah ukuran energi panas rata-rata partikel dalam zat. Temperatur mempengaruhi viskositas, densitas, dan sifat aliran fluida.
Lidya Rahmadani (33)
Hapus1. macam-macam fluida & macam-macam viskositas
* macam-macam fluida
1. fluida ideal→ nggak punya viskositas (hambatan aliran), nggak ada gaya gesek di dalamnya, sifatnya cuma teori buat memudahkan perhitungan.
2. fluida nyata→ punya viskositas, bisa mengalami gesekan, ini yang ada di dunia nyata seperti air, minyak, udara.
3. fluida kompresibel → volumenya bisa berubah kalau ditekan/dipanasin, contohnya udara & gas.
4. fluida inkompresibel → volumenya dianggap tetap walau ditekan, contohnya air (untuk perhitungan teknik biasanya air dianggap inkompresibel).
* macam-macam viskositas
1. viskositas dinamis (μ) → ukuran tahanan fluida terhadap geser (shear), dinyatakan dalam satuan Pa·s atau cP.
2. viskositas kinematis (ν)→ perbandingan viskositas dinamis dengan densitas fluida, satuannya m²/s atau cSt.
2. tantangan utama pengukuran fluida kental/berlumpur & alat yang direkomendasikan
* tantangan utama
partikel padat di dalam lumpur bisa nyumbat sensor.
aliran nggak stabil (ada gumpalan).
viskositas tinggi bikin pengukuran kecepatan susah.
korosi atau abrasi ke sensor kalau partikel kasar.
* alat ukur yang direkomendasikan
magnetic flow meter→ cocok buat fluida konduktif, nggak ada bagian mekanis di dalam, jadi nggak gampang nyumbat.
ultrasonic flow meter → pake gelombang ultrasonik, cocok buat cairan kental & berlumpur.
3.-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
4.Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
5. faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
* densitas fluida
* viskositas
* temperatur
* tekanan
* jenis aliran (laminar/turbulen)
* kebersihan pipa (korosi/kerak)
* kalibrasi alat ukur
6. pengertian densitas & temperatur
* densitas (ρ)→ massa fluida per satuan volume, satuannya kg/m³. menentukan berat jenis dan mempengaruhi perhitungan aliran.
* temperatur→ ukuran panas/dingin fluida, mempengaruhi viskositas, densitas, dan tekanan.
Keyla Adrika R. (30)
BalasHapus1. Sebutkan & Jelaskan macam-macam fluida serta macam-macam viskositas !
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara)
- Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas:
- Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran)
- Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Apa tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur, serta alat ukur mana yang direkomendasikan!
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah:
- Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
- Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan:
- Flow meter ultrasonik
- Flow meter magnetik
- Flow meter Coriolis
3. Apa perbedaan utama antara aliran laminar dan turbulen, dan bagaimana cara mengetahui suatu aliran termasuk yang mana?
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah:
- Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur
- Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen:
- Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran
- Re < 2000: aliran laminar
- Re > 4000: aliran turbulen
4. Kasih contoh soal dan cara penyelesaiannya persamaan bernoulli!
Contoh soal:
Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Cara penyelesaian:
Menggunakan persamaan Bernoulli:
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor apa saja yabg mempengaruhi pengukuran aliran fluida?
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida:
- Viskositas fluida
- Densitas fluida
- Kecepatan fluida
- Tekanan fluida
- Suhu fluida
- Geometrik pipa atau saluran
6. Jelaskan apa itu densitas dan temperatu
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
KELOMPOK 3
BalasHapus1. Jelaskan tentang absorpsi kimia
2. Dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan metode regenerasi yang digunakan pelarut apa?
3. Fungsi absoropsi dalam industri?
4. Apa perbedaan absorben reaktif & non reaktif?
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
6. Bagaimana cara menangani fenomena foaming yang sering terjadi di dalam kolom absorpsi dan apa dampaknya jika tidak ditangani?
Anisa Fitria (07)
Hapus1. Proses penyerapan gas ke dalam cairan yang disertai reaksi kimia, misalnya CO₂ diserap larutan amina.
2. Pelarut untuk Regenerasi Biasanya memakai larutan amina seperti MEA, DEA, atau MDEA karena bisa menyerap dan melepas gas saat dipanaskan.
3. Digunakan untuk memurnikan gas, menghilangkan gas beracun, dan menangkap gas bernilai ekonomi.
4. Absorben Reaktif & Non-Reaktif, Reaktif bereaksi dengan gas yang diserap (contoh amina–CO₂), sedangkan non-reaktif hanya melarutkan tanpa reaksi.
5. Bentuk Absorben Tidak selalu cairan; bisa juga padat seperti karbon aktif atau zeolit.
6. Foaming mengganggu aliran dan menurunkan efisiensi. Dicegah dengan anti-foam, menjaga kebersihan pelarut, dan kontrol kontaminasi.
Aldyansyah Putra (03)
Hapus1. Proses Absorpsi Kimia H₂S dengan NaOH
Absorpsi kimia H₂S dengan NaOH terjadi melalui reaksi asam-basa. H₂S yang bersifat asam bereaksi dengan NaOH sebagai basa kuat membentuk ion sulfid dan air
Proses ini berlangsung dalam kolom absorpsi di mana gas H₂S dikontakkan dengan larutan NaOH. Proses ini efektif untuk menghilangkan H₂S dari gas buang atau gas alam.
2. Pelarut yang dapat diregenerasi dengan pemanasan (melalui stripping atau desorpsi) adalah amina, seperti:
MEA (Monoethanolamine)
DEA (Diethanolamine)
MDEA (Methyldiethanolamine)
Proses regenerasi ini umumnya dilakukan dalam reboiler pada menara desorpsi, sehingga gas yang terserap dapat dipisahkan dan pelarut digunakan kembali.
3. Fungsi utama proses absorpsi dalam industri adalah:
Pemurnian gas alam dari CO₂, H₂S, NH₃
Kontrol emisi gas buang (SO₂, NOx)
Produksi bahan kimia seperti HCl, Cl₂
Pengolahan biogas dan syngas
Recovery solvent dan pemisahan gas dalam unit pemrosesan
4. Jenis Absorben Kimia Karakteristik dan Contoh :
Reaktif, Bereaksi kimia dengan gas yang diserap MEA (dengan CO₂), NaOH (dengan H₂S)
Non-Reaktif, Hanya melarutkan gas secara fisik (tanpa reaksi) Air, gliserol, pelarut organik.
5. Umumnya, absorpsi menggunakan pelarut cair karena efisiensi kontak gas–cair lebih tinggi.
Namun secara prinsip, absorpsi gas juga bisa terjadi dalam fase padat atau polimer khusus, tetapi itu sudah masuk ke adsorpsi atau absorpsi padat, yang berbeda dari absorpsi cair konvensional.
6. Foaming adalah pembentukan busa berlebihan akibat kontaminan, kecepatan gas tinggi, atau sifat larutan amina.
Cara Penanganan:
Gunakan antifoam agent (silikon, polimer)
Kontrol pH dan suhu larutan
Gunakan demister pad atau pemisah mekanik
Bersihkan larutan secara berkala dari minyak/partikel
Dampak jika tidak ditangani:
Penurunan efisiensi absorpsi
Flooding (banjir dalam kolom)
Kerusakan pompa dan kompresor
Overhead carryover (larutan terbawa naik bersama gas)
Berikut jawaban singkat untuk Kelompok 3 – Materi Absorpsi:
Hapus1. Jelaskan tentang absorpsi kimia
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia*antara gas dan cairan (absorben). Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan NaOH.
2. Pelarut regenerasi dalam pelepasan gas
Untuk regenerasi (pelepasan gas dari pelarut) melalui pemanasan, pelarut yang umum digunakan adalah MEA (Monoethanolamine) atau NaOH, tergantung jenis gas.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Menghilangkan gas beracun (misalnya H₂S, CO₂)
Pemurnian gas
Pengendalian emisi
Pemisahan komponen campuran gas
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Reaktif: Bereaksi kimia dengan gas (contoh: NaOH + CO₂)
Non-reaktif: Tidak bereaksi, hanya melarutkan gas secara fisik (contoh: air untuk NH₃)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
Tidak.
Absorben biasanya cairan, tapi juga bisa padatan (contoh: zeolit, karbon aktif) dalam sistem adsorpsi, namun dalam konteks absorpsi, dominan berupa cairan.
6. Cara menangani foaming & dampaknya
Penanganan:
Tambah antifoam agent
Jaga kebersihan pelarut Kontrol pH dan suhu
Gunakan desain kolom yang tepat
Dampak jika tidak ditangani:
Penurunan efisiensi penyerapan
Terjadi (flooding)
Kerusakan alat & penurunan kapasitas produksi
1. absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben)
Hapusberbeda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
2. Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif menggunakan metode adsorber-stripper
3. Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas.
4. Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif.
Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
5. Absorben tidak harus cairan,absorben bisa berbentuk:
- Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam.
- Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben.
- Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi).
- Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
DEWA PRADITYA PUJIONO/18/X-TKI-1
Hapus1. Jelaskan tentang absorpsi kimia
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia*antara gas dan cairan (absorben). Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan NaOH.
2. Pelarut regenerasi dalam pelepasan gas
Untuk regenerasi (pelepasan gas dari pelarut) melalui pemanasan, pelarut yang umum digunakan adalah MEA (Monoethanolamine) atau NaOH, tergantung jenis gas.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Menghilangkan gas beracun (misalnya H₂S, CO₂)
Pemurnian gas
Pengendalian emisi
Pemisahan komponen campuran gas
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Reaktif: Bereaksi kimia dengan gas (contoh: NaOH + CO₂)
Non-reaktif: Tidak bereaksi, hanya melarutkan gas secara fisik (contoh: air untuk NH₃)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
Tidak.
Absorben biasanya cairan, tapi juga bisa padatan (contoh: zeolit, karbon aktif) dalam sistem adsorpsi, namun dalam konteks absorpsi, dominan berupa cairan.
6. Cara menangani foaming & dampaknya
Penanganan:
Tambah antifoam agent
Jaga kebersihan pelarut Kontrol pH dan suhu
Gunakan desain kolom yang tepat
Dampak jika tidak ditangani:
Penurunan efisiensi penyerapan
Terjadi (flooding)
Kerusakan alat & penurunan kapasitas produksi
elya nuraini 21
Hapus1. Proses Penyerapan Gas dengan Reaksi Kimia
Gas bisa diserap oleh cairan dan bereaksi secara kimia.
Contoh: Gas H₂S diserap oleh larutan NaOH dan menghasilkan air serta ion sulfid. Proses ini umum digunakan untuk menghilangkan gas beracun.
2. Regenerasi Pelarut Amina
Pelarut seperti MEA, DEA, dan MDEA dapat digunakan kembali. Caranya dengan memanaskannya (desorpsi), agar gas yang terserap dilepaskan dan pelarut bisa dipakai ulang.
3. Fungsi Absorpsi Gas
- Menghilangkan gas berbahaya seperti CO₂ dan H₂S
- Mengurangi emisi gas buang
- Memurnikan dan memisahkan komponen gas
- Mengolah biogas dan gas sintetis
4. Absorben Reaktif dan Non-Reaktif
Reaktif: bereaksi kimia dengan gas (contoh: MEA dengan CO₂)
Non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi (contoh: air, gliserol)
5. Wujud Absorben
Absorben biasanya berupa cairan karena lebih efisien. Namun, ada juga yang berbentuk padat seperti polimer, tapi itu termasuk dalam proses adsorpsi, bukan absorpsi biasa.
6. Masalah Foaming (Busa Berlebih)
Foaming terjadi karena adanya kontaminasi atau gas berlebih, sehingga terbentuk busa dalam sistem.
Cara mengatasinya:
-Tambahkan antifoam
-Atur pH dan suhu
-Gunakan demister
-Bersihkan pelarut secara rutin
Jika dibiarkan, foaming bisa menurunkan efisiensi, menyebabkan kolom banjir, merusak alat, dan membuat pelarut ikut terbawa gas keluar.
BRIENA RADINKA H. (12) TKI1
Hapus1.Proses penyerapan gas ke dalam cairan disertai reaksi kimia.
Contoh: H₂S + NaOH → air + ion sulfid. Digunakan untuk menghilangkan gas beracun.
2.Pelarut amina seperti MEA, DEA, dan MDEA bisa diregenerasi lewat pemanasan (desorpsi) agar gas terlepas dan pelarut bisa dipakai ulang.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
-Menghilangkan gas berbahaya (CO₂, H₂S)
-Menurunkan emisi gas buang
-Pemurnian dan pemisahan gas
-Pengolahan biogas dan gas sintetik
4.Absorben reaktif bereaksi kimia dengan gas (contoh: MEA-CO₂), sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas tanpa reaksi (contoh: air, gliserol).
5.Umumnya ya, berbentuk cair karena efisien. Tapi bisa juga padat (polimer).
6.Foaming = busa berlebih karena kontaminan/gas tinggi.
Cara atasi: antifoam, kontrol pH & suhu, pakai demister, bersihkan pelarut.
Dampak jika dibiarkan: efisiensi turun, banjir kolom, alat rusak, larutan terbawa gas.
DAVIN JUNIO CAESARO / 16 / X TKI 1
Hapus1.Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan cara mengontakkannya dengan cairan penyerap (absorben) yang diikuti dengan reaksi kimia. Berbeda dengan absorpsi fisik di mana gas hanya larut, di sini gas yang diserap bereaksi dengan absorben. Reaksi ini meningkatkan laju penyerapan dan kapasitas absorben, karena gas yang sudah bereaksi tidak lagi menempati ruang sebagai gas terlarut, sehingga lebih banyak gas dapat terserap.
Prosesnya terjadi di dalam sebuah alat yang disebut kolom absorpsi. Pertama, campuran gas dialirkan dari bagian bawah kolom, sementara cairan penyerap mengalir dari bagian atas. Keduanya bergerak berlawanan arah untuk memaksimalkan kontak. Di dalam kolom, terdapat packing atau pelat yang berfungsi memperluas area permukaan kontak. Ketika gas melewati packing yang dibasahi cairan, gas yang ingin diserap berdifusi ke dalam cairan dan segera bereaksi. Setelah reaksi, gas yang sudah bersih keluar dari bagian atas kolom, sedangkan cairan yang kini mengandung produk reaksi dikeluarkan dari bagian bawah.
2.Pelarut yang paling umum digunakan untuk regenerasi melalui pemanasan adalah larutan amina, seperti monoetanolamina (MEA), dietanolamina (DEA), dan metildietanolamina (MDEA). Pelarut ini memiliki kemampuan unik untuk bereaksi secara reversibel dengan gas asam seperti karbon dioksida dan hidrogen sulfida pada suhu rendah.
3.Absorpsi memiliki peran penting dalam berbagai industri. Fungsi utamanya adalah pembersihan gas buang untuk menghilangkan polutan berbahaya seperti sulfur dioksida sebelum dilepaskan ke atmosfer. Selain itu berguna meningkatkan kualitasnya (proses gas sweetening). Fungsi lain adalah pemulihan produk berharga dari aliran gas dan pengeringan gas dengan menyerap uap air menggunakan cairan higroskopis.
4.PerbedaanPerbedaan utama antara absorben reaktif dan non-reaktif terletak pada mekanismenya. Absorben reaktif (kimia) melibatkan reaksi kimia antara gas dan cairan, yang menghasilkan kapasitas penyerapan yang sangat tinggi dan laju absorpsi yang cepat.
5. Tidak, absorber tidak hanya berupa cairan. Meskipun istilah "absorber" sering dikaitkan dengan cairan dalam konteks penyerapan gas (seperti pada scrubber basah), absorber juga dapat berupa padatan atau zat lain yang mampu menyerap suatu zat dari campurannya.
6.Penanganan Foaming
Foaming adalah fenomena di mana busa stabil terbentuk di dalam kolom absorpsi, yang dapat mengganggu seluruh proses.
Untuk menanganinya, industri biasanya menggunakan agen antifoaming (defoamer) yang disuntikkan ke dalam sistem untuk memecah busa. Selain itu, kontrol ketat terhadap laju aliran gas dan cairan, serta pencegahan kontaminasi, juga sangat penting untuk mencegah foaming.
1. Proses penyerapan gas dengan reaksi kimia
HapusGas masuk ke dalam cairan dan langsung bereaksi secara kimia. Contohnya, gas CO₂ diserap oleh larutan amina dan membentuk senyawa yang larut dalam cairan. Proses ini membantu memisahkan gas dari campurannya.
2. Pelarut untuk regenerasi
Biasanya digunakan larutan amina seperti MEA, DEA, atau MDEA karena mampu menyerap gas seperti CO₂, lalu melepaskannya kembali saat dipanaskan. Proses pelepasan ini disebut regenerasi, dan membuat pelarut bisa dipakai berulang.
3. Fungsi utama proses ini
Digunakan untuk memurnikan gas dari kotoran, menghilangkan gas beracun seperti H₂S atau CO₂, serta menangkap gas yang memiliki nilai ekonomi, misalnya CO₂ untuk industri minuman, pupuk, atau penyimpanan karbon (carbon capture).
4. Absorben reaktif dan non-reaktif
Reaktif: bereaksi langsung dengan gas (contoh: amina dengan CO₂), cocok untuk gas asam.
Non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi kimia, seperti air atau minyak, dan cocok untuk gas yang tidak terlalu reaktif.
5. Bentuk absorben tidak hanya cair
Absorben tidak selalu berupa cairan. Bisa juga berbentuk padat, seperti karbon aktif atau zeolit, yang biasanya digunakan dalam bentuk butiran untuk menyerap gas tanpa cairan.
6. Foaming (buih) dalam proses penyerapan
Buih bisa mengganggu aliran gas dan cairan, serta menurunkan efisiensi proses. Foaming bisa dicegah dengan menambahkan anti-foam, menjaga kebersihan pelarut, serta menghindari kontaminasi oleh minyak, debu, atau bahan asing lainnya.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06
Hapus1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan zat (biasanya gas) oleh pelarut yang melibatkan reaksi kimia antara zat terlarut dan absorben. Berbeda dengan absorpsi fisik yang hanya bergantung pada kelarutan, absorpsi kimia menciptakan ikatan baru sehingga penyerapan lebih kuat dan selektif. Proses ini sering digunakan untuk menangkap gas asam seperti CO₂, H₂S, atau SO₂ menggunakan pelarut kimia seperti amina.
2. Untuk melepaskan gas hasil absorpsi, pelarut dapat diregenerasi melalui proses pemanasan, umumnya menggunakan metode stripping atau desorpsi. Pelarut yang umum digunakan dalam proses regenerasi ini adalah pelarut kimia seperti monoethanolamine (MEA) atau diethanolamine (DEA). Setelah dipanaskan, gas yang terikat akan dilepaskan, dan pelarut dapat digunakan kembali dalam siklus absorpsi berikutnya.
3. Fungsi absorpsi dalam industri sangat penting, khususnya dalam pengendalian polusi udara dan pemurnian gas. Contohnya, absorpsi digunakan untuk menghilangkan CO₂ dari gas alam, menyerap uap beracun dari cerobong asap, atau memisahkan gas-gas bernilai tinggi. Proses ini juga umum digunakan dalam industri petrokimia, kimia, dan pengolahan limbah.
4. Absorben reaktif adalah pelarut yang bereaksi secara kimia dengan zat yang diserap, seperti amina yang bereaksi dengan CO₂. Sedangkan absorben non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia, seperti air atau minyak ringan. Absorben reaktif biasanya memiliki kapasitas penyerapan lebih tinggi dan selektivitas lebih baik terhadap zat tertentu.
5. Tidak, absorben tidak selalu berupa cairan. Meskipun cairan adalah bentuk yang paling umum, absorben juga bisa berbentuk padat, seperti zeolit atau karbon aktif, yang digunakan untuk menyerap uap atau gas dalam bentuk adsorpsi. Namun dalam konteks absorpsi (bukan adsorpsi), bentuk cair tetap paling sering digunakan, terutama dalam kolom gas-cair.
6. Foaming (busa) di kolom absorpsi dapat mengganggu efisiensi penyerapan gas. Fenomena ini disebabkan oleh kontaminan, reaksi kimia, atau kecepatan alir gas-cair yang terlalu tinggi. Untuk mengatasinya, digunakan antifoam (penghilang busa) dan dilakukan kontrol kecepatan aliran serta pemeliharaan sistem secara berkala. Jika foaming tidak ditangani, bisa terjadi overflow, penurunan efisiensi, bahkan kerusakan alat.
Andi Azahra J /05
Hapus1. Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas di mana gas yang ingin diserap bereaksi secara kimia dengan cairan penyerapnya. Berbeda dengan absorpsi fisik yang hanya mengandalkan gaya tarik-menarik, proses ini mengikat gas secara permanen, sehingga meningkatkan kapasitas penyerapan dan menjadikannya lebih selektif. Karena adanya reaksi kimia, proses ini sangat efektif untuk menyerap gas yang sulit larut. Contohnya adalah pemisahan gas karbon dioksida (CO₂) dari gas buang dengan menggunakan larutan amina.
2. Pelarut yang paling umum digunakan untuk regenerasi gas hasil absorpsi melalui pemanasan adalah alkanolamina (seperti MEA, DEA, dan MDEA) dan larutan kalium karbonat (K2CO3).
3.Dalam industri, absorpsi berfungsi untuk memisahkan gas dari campurannya dengan melarutkannya ke dalam cairan. Tujuannya adalah untuk membersihkan aliran gas dari zat polutan berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2) demi keamanan lingkungan, atau untuk memurnikan gas seperti memisahkan karbon dioksida (CO2) dari gas alam. Proses ini juga bisa digunakan untuk memulihkan dan memproduksi produk berharga, misalnya pembuatan asam nitrat.
4.Absorben non-reaktif (atau absorpsi fisik) bekerja dengan cara sederhana, yaitu melarutkan gas ke dalam cairan tanpa ada reaksi kimia. Efektivitasnya sangat bergantung pada kelarutan gas, suhu, dan tekanan. Sebaliknya, absorben reaktif (atau absorpsi kimia) bekerja dengan mereaksikan gas yang diserap, sehingga gas tersebut terikat secara kimia dalam cairan. Mekanisme reaksi ini membuat absorben reaktif memiliki kapasitas penyerapan yang jauh lebih tinggi, lebih selektif, dan efektif untuk memisahkan gas yang sulit larut.
5.Tidak, absorben tidak selalu berupa cairan. Meskipun dalam konteks absorpsi industri kita umumnya menggunakan cairan, ada juga material absorben padat yang bekerja melalui proses yang disebut adsorpsi. Perbedaannya, pada absorpsi molekul gas masuk dan tersebar ke dalam seluruh volume cairan, sedangkan pada adsorpsi molekul gas hanya menempel di permukaan material padat. Contoh absorben padat yang umum adalah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap gas dan zat pengotor di permukaan pori-porinya.
6. Mengatasi Pembusaan
• Pakai Zat Anti-busa: Tambahkan bahan kimia khusus (anti-foaming agent) untuk memecahkan gelembung.
• Kontrol Aliran: Kurangi laju alir gas atau cairan agar tidak terlalu banyak turbulensi.
• Jaga Kebersihan Pelarut: Bersihkan pelarut dari kotoran atau partikel padat yang bisa memicu busa.
Dampaknya Jika Diabaikan
• Efisiensi Turun: Proses penyerapan gas jadi tidak maksimal.
• Aliran Tersumbat (Flooding): Tekanan di dalam kolom naik dan aliran terhenti.
• Pelarut Terbuang: Busa bisa terbawa keluar kolom bersama gas, ,menyebabkan kerugian material.
Aqila Madu / XI TKI-1/08
Hapus1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas dan cairan tersebut. Contohnya CO₂ diserap oleh larutan amina.
2. Untuk melepas gas dari pelarut setelah absorpsi, digunakan proses pemanasan (regenerasi) dengan pelarut seperti larutan amina yang bisa digunakan berulang kali.
3. Dalam industri, absorpsi berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan gas berbahaya seperti CO₂ atau H₂S dari gas buangan agar aman bagi lingkungan.
4. Absorben reaktif bereaksi secara kimia dengan gas, sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia.
5. Absorben tidak selalu berupa cairan. Ada juga yang padat.
6. Foaming adalah pembentukan busa di kolom absorpsi yang bisa mengganggu proses. Jika tidak ditangani, bisa merusak alat. Cara mengatasinya adalah dengan antifoam, kontrol aliran, dan menjaga sistem tetap bersih.
Intan Azka A. (28)
Hapus1.) Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan yang disertai reaksi kimia antara gas dan pelarut. Contohnya, CO₂ diserap oleh larutan amina sehingga terbentuk senyawa terikat yang stabil.
2.) Pada proses regenerasi (stripping), pelarut yang umum digunakan adalah larutan amina seperti monoethanolamine (MEA), diethanolamine (DEA), atau methyldiethanolamine (MDEA).
3.)
- Pengendalian emisi (menangkap gas berbahaya seperti SO₂ dari gas buang).
- Produksi bahan kimia (menangkap gas tertentu untuk diproses menjadi produk lain).
- Pengolahan udara (misalnya menghilangkan kelembapan atau polutan udara dalam industri).
4.)
- Absorben reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap.
- Absorben non-reaktif: hanya melarutkan gas tanpa reaksi kimia, prosesnya murni fisik.
5.) Tidak. Absorben dapat berupa:
- Cairan (paling umum, seperti larutan amina, air, atau pelarut organik).
- Padatan (dalam bentuk solid sorbent untuk penyerapan tertentu, meskipun ini sering dikategorikan sebagai adsorben).
Namun, untuk absorpsi secara definisi umumnya menggunakan fase cair sebagai media penyerap.
6)
- Penanganan foaming: Menjaga kebersihan pelarut dari minyak, padatan, atau kontaminan, mengontrol laju alir gas & cairan agar tidak berlebihan, menggunakan desain kolom yang meminimalkan turbulensi.
- Dampak jika tidak ditangani: Penurunan efisiensi penyerapan gas, Gangguan operasi dan potensi kerusakan peralatan.
Aulia Nabilla R./10
Hapus1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan.
2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali.
3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga.
4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar
absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi
5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut.
6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan.
dampak jika tidak ditangani adalah efisiensi menurun karena area kontak gas-cairan berkurang, peralatan bisa rusak jika busa meluap, tekanan dalam kolom meningkat dan berpotensi berbahaya.
Gusti Ayu P. (26)
Hapus1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu zat, seperti gas atau cairan, ke dalam permukaan zat lain yang disertai dengan terjadinya reaksi kimia antara keduanya. Dalam proses ini, zat yang diserap tidak hanya menempel di permukaan, tetapi juga bereaksi membentuk senyawa baru. Absorpsi kimia bersifat selektif dan biasanya tidak dapat dibalik (irreversibel). Proses ini sering digunakan dalam industri untuk menghilangkan gas berbahaya, seperti menyerap gas SO₂ menggunakan larutan basa.
2. bisa lakukan absorpsi termal. Metode stripping column dan reboiler.
3. Fungsi proses Absorpsi dalam Industri: Menyaring udara dari polusi, menetralkan gas buang, menyerap bau tak sedap, menyerap gas dalam masker, menghilangkan uap beracun di laboratorium, menyerap kelembaban.
4. Fisika tidak menghasilkan produk, Kimia menghasilkan produk.
5. Pembahasan dalam skala Industri. Bisa Cair, bisa Padat.
6. Foaming dalam kolom absorpsi terjadi karena adanya zat pembentuk busa seperti surfaktan. Untuk mengatasinya, digunakan antifoam atau defoamer, serta pengendalian suhu, tekanan, dan laju aliran. Jika tidak ditangani, foaming dapat menurunkan efisiensi proses, menyebabkan overflow, dan merusak peralatan.
Dimas syaiful ulum (19)
Hapus1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan.
2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali.
3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga.
4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar
absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi
5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut.
6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan.
Zahra Herlinda I. (34)
Hapus1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas atau uap oleh cairan disertai reaksi kimia antara zat terlarut dan pelarut.
2. Pelarut metode regenerasi panas biasanya menggunakan amine (misalnya MEA, DEA) untuk melepas gas seperti CO₂ atau H₂S.
3. Fungsi absorpsi dalam industri yaitu memisahkan, menghilangkan, atau memurnikan gas dari campuran, misalnya penghilangan CO₂, H₂S, SO₂, atau pemulihan gas bernilai ekonomis.
4. Reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap (contoh: amine dengan CO₂).
Non-reaktif: hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia (contoh: air melarutkan NH₃).
5.Tidak. Absorben umumnya cair, tapi bisa juga padat (solid absorbent) seperti zeolit.
6.Penanganan foaming di kolom absorpsi
Cara menangani: gunakan antifoam, kontrol kualitas pelarut, kurangi kontaminan, desain kolom yang tepat.
Dampak jika tidak ditangani: efisiensi penyerapan turun, tekanan kolom naik, dan risiko kerusakan peralatan.
HapusArva alnathan p.p/09
1. absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campuran gas dengan melarutkannya ke dalam cairan.
2. menggunakan pelarut kimia. pelarut ini dirancang agar ikatan kimianya dengan gas bisa dipecah kembali dengan mudah saat dipanaskan, memungkinkan pelarut digunakan berulang kali.
3. mengendalikan polusi, memurnikan gas, mengambil kembali bahan berharga.
4. absorben reaktif : gas bereaksi secara kimia, regenerasi membutuhkan energi yang lebih besar
absorben non-reaktif : gas hanya larut secara fisik, regenerasi lebih mudah dan hemat energi
5. ya, dalam konteks absorpsi, absorben selalu berupa cairan. jika prosesnya menggunakan padatan, namanya menjadi adsorpsi, di mana molekul gas hanya menempel di permukaan padatan tersebut.
6. menambahkan zat anti-foaming untuk memecah busa, menyaring cairan absorben untuk menghilangkan partikel penyebab busa, mengatur laju aliran gas dan cairan.
FARDAD MAULANA/22
Hapus1. Absorpsi kimia
Absorpsi kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara komponen gas dengan pelarut. Reaksi ini membuat gas terikat lebih kuat dan meningkatkan kapasitas penyerapan. Contoh umum adalah penyerapan CO₂ oleh larutan amina (MEA) pada proses pemurnian gas.
2. Regenerasi pelarut dengan pemanasan
Metode ini digunakan untuk melepaskan kembali gas yang sudah terserap di dalam pelarut melalui proses pemanasan. Pemanasan membuat reaksi kimia berjalan terbalik sehingga gas terlepas dan pelarut dapat dipakai ulang. Pelarut yang umum digunakan dalam metode ini adalah pelarut reaktif seperti larutan amina (MEA, DEA, MDEA) untuk menghilangkan CO₂ dan H₂S.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Absorpsi digunakan untuk memurnikan gas dari pengotor seperti H₂S, CO₂, dan SO₂, mengendalikan polusi udara dengan menangkap gas berbahaya sebelum dilepaskan, memulihkan kembali gas bernilai seperti amonia atau SO₂, serta mengatur kelembapan atau komposisi gas dalam sistem pengkondisian udara.
4. Perbedaan absorben reaktif dan non-reaktif
Absorben reaktif adalah cairan yang bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap sehingga membentuk senyawa baru, contohnya larutan amina atau larutan NaOH. Sementara absorben non-reaktif hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia, misalnya air atau pelarut organik seperti metanol.
5. Bentuk absorben
Absorben tidak selalu berupa cairan, walaupun dalam kolom absorpsi industri sebagian besar berbentuk cair. Ada juga absorben padat yang digunakan pada proses khusus, seperti logam hidrida untuk menyerap hidrogen. Namun, dalam proses gas–cair yang umum, absorben biasanya cairan.
6. Foaming di kolom absorpsi
Foaming adalah pembentukan busa berlebih di dalam kolom yang biasanya disebabkan oleh kontaminan, surfaktan, atau degradasi pelarut. Cara menanganinya antara lain menambahkan antifoam agent, membersihkan atau memfilter pelarut untuk menghilangkan pengotor, mengontrol kualitas umpan agar bebas minyak atau partikel penyebab busa, dan jika perlu memasang foam breaker di desain kolom. Jika foaming tidak ditangani, efisiensi penyerapan akan turun, bisa terjadi liquid carry-over ke peralatan hilir, dan tekanan kolom dapat berfluktuasi hingga merusak peralatan.
Jasmine Putri Sanjaya / 29
Hapus1. Absorpsi kimia: Proses penyerapan gas oleh cairan yang disertai reaksi kimia antara zat terlarut dan pelarut.
2. Regenerasi pelarut: Umumnya menggunakan pelarut amina (MEA, DEA) untuk melepas gas dengan pemanasan.
3. Fungsi di industri: Menghilangkan atau memisahkan gas tertentu (CO₂, H₂S) dari aliran gas.
4. Absorben reaktif: Bereaksi secara kimia dengan zat yang diserap.
Non-reaktif: Hanya melarutkan secara fisik tanpa reaksi kimia.
5. Tidak hanya cairan: Bisa berupa padatan (solid adsorben) atau cairan.
6. Menangani foaming: Gunakan antifoam, kontrol aliran, dan kebersihan pelarut.
Dampak jika dibiarkan: Gangguan efisiensi pemisahan, peningkatan tekanan, dan kerusakan peralatan.
Cahaya Clarissa P.H (13)
Hapus1. Absorpsi Kimia adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan yang disertai reaksi kimia antara gas dan pelarut.
2. Pelarut yang umum digunakan ada, MEA atau Monoethanolamine, DEA atau Diethanolamine, dan MDEA atau Methyldiethanolamine
3. Absorpsi di dalam industri berfungsi untuk mengelandaikan emisi, menangkap gas untuk diolah menjadi produk baru, dan menghilangkan kelembapan atau polutan dalam industri.
4. Adsorben reaktif bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap, sedangkan non-reaktif hanya melarutkan gas tanpa reaksi kikia (proses fisik).
5. Tidak, adsorben bisa berupa padatan atau solid, tetapi umumnya adsorben berupa cairan.
6. Untuk menangani fenomena foaming kita bisa menjaga kebersihan peralrut dari minyak/padatan, mengatur laju alir gas & cairan agar tidak berlebihan, serta menggunakan desain kolom yang meminimalkan turbulensi.
Cahaya Clarissa P.H (13)
Hapus1. • Fluida Newtonian : kekentalannya konstan
• Fluida Non-newtonian : viskositasnya berubah-ubah tergantung kecepatan gerakan
• Viskositas dinamis : mengukur seberapa besar gaya internal fluida untuk melawan aliran
• Viskositas Kinematis : Mengukur seberapa besar cepat fluida mengalir akibat gravitasi.
2. Risiko penyumbatan pada alat ikur, akurasi rendah karena aliran tidak stabil, dan gesekan tinggi — alat ukur yang digunakan : magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter
3. aliran laminar : aliran fluida yang teratur, garis alir sejajar, perpindahan partikel halus
aliran turbulen : aliran tidak teratur, banyak pusaran, kecepatan berubah ubah
4. Contoh Soal: Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
=> penyelesaian: P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
arena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Sifat fluida, suhu, dan tekanan, kondisi pemasangan alat ukur, termasuk adanya turbulensi atau getaran di pipa, dan jenis alat ukur yang digunakan.
6. Densitas : ukuran seberapa padat suatu zat (massa jenis) — Temperatur : ukursn seberapa panas atau dingin suatu suhu dari benda.
Lidya Rahmadani (33)
Hapus1. jelaskan tentang absorpsi kimia
absorpsi kimia adalah proses pemisahan suatu komponen gas dengan cara melarutkannya ke dalam suatu pelarut (absorben) melalui reaksi kimia. beda sama absorpsi fisika yang cuma melarutkan secara fisik, di absorpsi kimia ada pembentukan senyawa baru antara gas dan pelarut. contoh: penyerapan gas CO₂ dengan larutan NaOH yang membentuk Na₂CO₃.
2. dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan, metode regenerasi yang digunakan pelarut apa?
kalau regenerasi pakai pemanasan (thermal regeneration), biasanya dipakai pelarut amine seperti monoethanolamine (MEA), diethanolamine (DEA), atau methyldiethanolamine (MDEA). pelarut ini digunakan untuk menangkap gas asam seperti CO₂ dan H₂S, lalu dipanaskan di regenerator untuk melepaskan gas tersebut dan memulihkan pelarut.
3. fungsi absorpsi dalam industri
* menghilangkan gas pengotor, misalnya H₂S dari gas alam
* mengurangi emisi gas berbahaya, misalnya CO₂ dari flue gas pembangkit listrik
* memisahkan komponen gas untuk bahan baku, misalnya penyerapan SO₂ untuk pembuatan asam sulfat
* peningkatan kualitas produk, seperti menghilangkan uap air atau gas yang bikin kualitas turun
4. perbedaan absorben reaktif dan non reaktif
* absorben reaktif → bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap. contoh: larutan NaOH, MEA. cocok untuk penyerapan gas asam
* absorben non reaktif → hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia. contoh: air, minyak mineral, pelarut organik seperti toluena. cocok untuk gas yang cukup larut tanpa perlu reaksi
5. apakah absorben hanya berupa cairan?
nggak. absorben bisa:
* cairan → paling umum (air, larutan amine, pelarut organik)
* padat → biasanya disebut adsorben kalau mekanismenya adsorpsi, tapi beberapa padatan bisa digunakan untuk proses mirip absorpsi (contoh: CaO menyerap CO₂ membentuk CaCO₃)
* campuran cair-padat (slurry) → misalnya suspensi Ca(OH)₂ untuk menangkap SO₂
6. bagaimana cara menangani fenomena foaming di kolom absorpsi dan apa dampaknya jika tidak ditangani?
cara menangani:
* gunakan antifoaming agent (bahan kimia penghilang busa)
* kontrol kemurnian pelarut dengan membuang kontaminan seperti minyak atau partikel
* atur laju alir gas dan cairan agar tidak terlalu tinggi
* pasang demister atau foam breaker di bagian atas kolom
dampak jika tidak ditangani:
* kapasitas penyerapan turun karena busa menghalangi kontak gas-cair
* terjadi carryover, pelarut ikut terbawa ke gas keluaran
* pressure drop naik drastis
* efisiensi proses turun sehingga biaya operasi meningkat
Bilqis Salsabila Nurhidayah / 11
BalasHapus1. Macam-Macam Fluida & Macam-Macam Viskositas
Macam-Macam Fluida:
1. Fluida Ideal
Tidak punya viskositas dan tidak bisa dimampatkan. Cuma ada di teori.
Contoh: digunakan dalam perhitungan hukum Bernoulli.
2. Fluida Nyata
Punya viskositas dan bisa mengalami turbulensi.
Contoh: air, minyak, udara.
3. Fluida Kompresibel
Volumenya bisa berubah kalau ditekan.
Contoh: gas.
4. Fluida Inkompresibel
Volumenya dianggap tetap meskipun ditekan.
Contoh: air (dalam kebanyakan kasus).
5. Fluida Newtonian
Viskositasnya konstan, tidak berubah terhadap kecepatan aliran.
Contoh: air, minyak goreng.
6. Fluida Non-Newtonian
Viskositasnya berubah tergantung gaya yang bekerja.
Contoh: lumpur, darah, saus tomat.
Macam-Macam Viskositas:
1. Viskositas Dinamis (mu)
Ukuran ketahanan fluida terhadap aliran.
Satuan: Pa·s atau N·s/m²
2. Viskositas Kinematik (nu)
Perbandingan antara viskositas dinamis dengan densitas fluida.
Rumus: nu = mu / rho
Satuan: m²/s
2. Tantangan Utama:
Alat mudah tersumbat oleh lumpur/partikel.
Pengukuran sulit karena aliran tidak stabil.
Sensor bisa rusak karena lumpur bersifat abrasif.
Viskositas bisa berubah tergantung suhu.
Alat Ukur yang Direkomendasikan:
Ultrasonic Doppler Flow Meter
Cocok untuk cairan berlumpur karena tidak bersentuhan langsung dengan fluida.
Magnetic Flow Meter
Cocok untuk fluida yang mengandung partikel dan bisa menghantarkan listrik.
3. Aliran Laminar:
Aliran fluida mengalir lurus dan teratur.
Terjadi pada kecepatan rendah.
Tidak ada pusaran.
Aliran Turbulen:
Aliran kacau, berputar, dan tidak teratur.
Terjadi pada kecepatan tinggi atau pipa kasar.
Banyak pusaran (vortex).
Cara Mengetahui Jenis Aliran:
Gunakan Bilangan Reynolds (Re)
Rumus:
Re = (rho x v x D) / mu
Jika Re < 2000 → Laminar
Jika Re > 4000 → Turbulen
2000–4000 → Transisi
4. Soal:
Air mengalir dari titik A ke titik B.
Di A: kecepatan 2 m/s, tekanan 100 kPa, tinggi 3 m
Di B: kecepatan 4 m/s, tinggi 1 m
Densitas air = 1000 kg/m³, g = 9.8 m/s²
Hitung tekanan di titik B.
Jawaban:
P1 + 0.5 x rho x v1² + rho x g x h1 = P2 + 0.5 x rho x v2² + rho x g x h2
100000 + 0.5 x 1000 x 2² + 1000 x 9.8 x 3 = P2 + 0.5 x 1000 x 4² + 1000 x 9.8 x 1
100000 + 2000 + 29400 = P2 + 8000 + 9800
131400 = P2 + 17800
P2 = 113600 Pa atau 113.6 kPa
5. Jenis fluida (Newtonian atau tidak)
Viskositas
Suhu dan tekanan
Partikel padat di dalam fluida
Jenis dan kalibrasi alat ukur
Diameter dan bentuk pipa
Kecepatan aliran (Reynolds Number)
6. Densitas (rho):
Ukuran massa zat dalam satuan volume.
Rumus: massa / volume
Satuan: kg/m³
Contoh: air = 1000 kg/m³
Temperatur:
Ukuran panas atau energi gerak partikel.
Satuan: derajat Celcius (°C), Kelvin (K), Fahrenheit (°F)
Temperatur mempengaruhi viskositas dan kecepatan aliran.
KHAIRINA NASYIEFA U.K
BalasHapus1. Macam-macam fluida dan viskositas
Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk ketika diberi tekanan atau gaya. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian (fluida yang memiliki viskositas konstan, seperti air dan udara)
- Fluida non-Newtonian (fluida yang memiliki viskositas yang berubah-ubah, seperti lumpur dan darah)
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran. Macam-macam viskositas:
- Viskositas dinamis (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran)
- Viskositas kinematik (mengukur ketahanan fluida terhadap aliran dengan mempertimbangkan densitas fluida)
2. Tantangan pengukuran fluida kental/berlumpur dan alat ukur yang direkomendasikan
Tantangan utama dalam pengukuran fluida kental/berlumpur adalah:
- Viskositas yang tinggi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
- Partikel-partikel padat dapat menyumbat alat ukur
Alat ukur yang direkomendasikan:
- Flow meter ultrasonik
- Flow meter magnetik
- Flow meter Coriolis
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, sedangkan aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan bergejolak. Perbedaan utama antara keduanya adalah:
- Aliran laminar memiliki kecepatan yang konstan dan arah yang teratur
- Aliran turbulen memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan arah yang tidak teratur
Cara mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen:
- Menggunakan bilangan Reynolds (Re) untuk menentukan jenis aliran
- Re < 2000: aliran laminar
- Re > 4000: aliran turbulen
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
Contoh soal:
Sebuah pipa memiliki diameter 0,1 m dan panjang 10 m. Air mengalir melalui pipa dengan kecepatan 2 m/s. Jika tekanan pada awal pipa adalah 100 kPa, berapakah tekanan pada akhir pipa?
Cara penyelesaian:
Menggunakan persamaan Bernoulli:
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 + gz1 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2 + gz2
Dengan asumsi bahwa pipa horizontal dan tidak ada perubahan ketinggian, maka gz1 = gz2 = 0.
P1 / ρ + 1/2 * v1^2 = P2 / ρ + 1/2 * v2^2
Karena diameter pipa konstan, maka v1 = v2 = 2 m/s.
P2 = P1 = 100 kPa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida:
- Viskositas fluida
- Densitas fluida
- Kecepatan fluida
- Tekanan fluida
- Suhu fluida
- Geometrik pipa atau saluran
6.. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume suatu zat. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan kg/m³.
Temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dingin suatu zat. Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan °C atau K.
Anisa Fitria (07)
BalasHapus1. Fluida dibagi dua: fluida ideal tidak punya viskositas dan hanya untuk teori, sedangkan fluida nyata punya viskositas seperti air atau udara. Berdasarkan sifatnya ada fluida kompresibel yang densitasnya berubah karena tekanan (contoh: gas) dan fluida inkompresibel yang densitasnya dianggap tetap (contoh: air).
Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida. Viskositas dinamis (µ) menunjukkan tahanan fluida terhadap geseran, sedangkan viskositas kinematis (ν) adalah viskositas dinamis yang dibagi dengan densitas fluida.
2. Fluida kental atau berlumpur susah diukur karena alirannya lambat, mudah menyumbat, dan bikin alat cepat kotor. Alat yang biasanya dipakai adalah magnetic flowmeter atau ultrasonic flowmeter karena tahan kotoran dan tidak mudah tersumbat.
3. Aliran laminar teratur dan sejajar, terjadi di kecepatan rendah.
Aliran turbulen acak dan berpusar, muncul di kecepatan tinggi.
Ditentukan dengan Reynolds: Re < 2000 laminar, Re > 4000 turbulen, di antaranya transisi.
4. Soal:
Air mengalir dari pipa berdiameter 10 cm ke pipa 5 cm.
Kecepatan aliran di pipa besar 2 m/s, tekanan di pipa besar 200 kPa.
Hitung tekanan di pipa kecil!
Diketahui ρ air = 1000 kg/m³, abaikan kehilangan energi.
1) Kontinuitas
(A1 × v1 = A2 × v2)
A1 = π × (0,1)² / 4
A2 = π × (0,05)² / 4
v2 = (A1 × v1) / A2
v2 = (0,00785 × 2) / 0,00196
v2 ≈ 8 m/s
2) Bernoulli
(P1 + ½ ρ v1² = P2 + ½ ρ v2²)
200000 + 0,5 × 1000 × 2² = P2 + 0,5 × 1000 × 8²
200000 + 2000 = P2 + 32000
202000 = P2 + 32000
P2 = 170000 Pa = 170 kPa
5. Jenis fluida, suhu, tekanan, ada tidaknya partikel, pola aliran, dan pemasangan alat ukur semuanya memengaruhi akurasi pengukuran.
6. Densitas adalah massa per volume fluida. Temperatur adalah tingkat panas dan memengaruhi viskositas serta densitas fluida.
Bilqis Salsabila Nurhidayah / 11
BalasHapus1. Jelaskan Tentang Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
Contoh:
Gas CO₂ diserap oleh larutan NaOH → terjadi reaksi kimia menghasilkan Na₂CO₃.
NH₃ diserap oleh larutan H₂SO₄ → menghasilkan larutan amonium sulfat.
Ciri khas absorpsi kimia:
Biasanya tidak reversibel (gas sulit dilepaskan lagi).
Kapasitas penyerapan tinggi.
Sangat selektif (hanya menangkap jenis gas tertentu).
2. Dalam Mengolah Pelarut untuk Melepas Gas Hasil Absorpsi, Pelarut Apa yang Digunakan untuk Regenerasi?
Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti:
Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA)
Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
Metodenya:
Pelarut dipanaskan dalam stripper column (kolom desorpsi), agar gas keluar dari larutan.
Setelah itu, pelarutnya bisa digunakan lagi (regenerasi).
3. Fungsi Absorpsi dalam Industri
Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S.
Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃.
Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi.
Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂.
Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Apa Perbedaan Absorben Reaktif & Non-Reaktif?
Jenis Absorben Penjelasan
Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif.
Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
Contoh:
Reaktif: Larutan amina menyerap CO₂ → membentuk senyawa karbamat.
Non-reaktif: Air menyerap gas NH₃ → hanya larut tanpa reaksi kimia besar.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan?
Tidak. Absorben tidak harus cairan.
Absorben bisa berbentuk:
1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam.
2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi).
3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
Tapi dalam konteks absorpsi kimia, yang umum digunakan memang cairan, karena lebih efisien untuk reaksi dan transfer massa.
6. Bagaimana Cara Menangani Foaming di Dalam Kolom Absorpsi & Dampaknya Jika Tidak Ditangani?
Foaming = Busa berlebihan di kolom absorpsi.
Penyebab:
Kandungan zat organik atau surfaktan dalam gas atau cairan.
Akumulasi kotoran/limbah dalam larutan.
Reaksi kimia yang menghasilkan gelembung gas cepat.
Dampak Foaming Jika Tidak Ditangani:
Turunnya efisiensi penyerapan (kontak gas-cairan terganggu).
Overflooding (larutan terbawa ke bagian atas kolom).
Kerusakan pompa atau kompresor akibat cairan ikut terbawa.
Kontaminasi produk di bagian hilir.
Naiknya tekanan operasi → bahaya kebocoran atau ledakan.
Cara Menanganinya:
1. Gunakan antifoam agent (bahan kimia anti-busa).
2. Filtrasi larutan secara rutin untuk menghilangkan pengotor.
3. Desain kolom yang baik: pakai internals (tray/packing) yang tahan foaming.
4. Pengendalian suhu & kecepatan aliran untuk menghindari turbulensi berlebih.
5. Monitoring level cairan secara otomatis untuk menghindari overflow.
Kelompok 3
BalasHapusKeyla Adrika R. (30)
1. Jelaskan Tentang Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
Contoh:
Gas CO₂ diserap oleh larutan NaOH → terjadi reaksi kimia menghasilkan Na₂CO₃.
NH₃ diserap oleh larutan H₂SO₄ → menghasilkan larutan amonium sulfat.
Ciri khas absorpsi kimia:
Biasanya tidak reversibel (gas sulit dilepaskan lagi).
Kapasitas penyerapan tinggi.
Sangat selektif (hanya menangkap jenis gas tertentu).
2. Dalam Mengolah Pelarut untuk Melepas Gas Hasil Absorpsi, Pelarut Apa yang Digunakan untuk Regenerasi?
Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti:
Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA)
Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
Metodenya:
Pelarut dipanaskan dalam stripper column (kolom desorpsi), agar gas keluar dari larutan.
Setelah itu, pelarutnya bisa digunakan lagi (regenerasi).
3. Fungsi Absorpsi dalam Industri
Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S.
Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃.
Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi.
Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂.
Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Apa Perbedaan Absorben Reaktif & Non-Reaktif?
Jenis Absorben Penjelasan
Reaktif Absorben yang bereaksi kimia dengan gas yang diserap. Biasanya digunakan untuk gas-gas yang sulit larut atau perlu ditangkap secara selektif.
Non-Reaktif Absorben yang tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas berdasarkan kelarutan fisik. Digunakan jika reaksi kimia tidak diperlukan.
Contoh:
Reaktif: Larutan amina menyerap CO₂ → membentuk senyawa karbamat.
Non-reaktif: Air menyerap gas NH₃ → hanya larut tanpa reaksi kimia besar.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan?
Tidak. Absorben tidak harus cairan.
Absorben bisa berbentuk:
1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam.
2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi).
3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
Tapi dalam konteks absorpsi kimia, yang umum digunakan memang cairan, karena lebih efisien untuk reaksi dan transfer massa.
6. Bagaimana Cara Menangani Foaming di Dalam Kolom Absorpsi & Dampaknya Jika Tidak Ditangani?
Foaming = Busa berlebihan di kolom absorpsi.
Penyebab:
Kandungan zat organik atau surfaktan dalam gas atau cairan.
Akumulasi kotoran/limbah dalam larutan.
Reaksi kimia yang menghasilkan gelembung gas cepat.
Dampak Foaming Jika Tidak Ditangani:
Turunnya efisiensi penyerapan (kontak gas-cairan terganggu).
Overflooding (larutan terbawa ke bagian atas kolom).
Kerusakan pompa atau kompresor akibat cairan ikut terbawa.
Kontaminasi produk di bagian hilir.
Naiknya tekanan operasi → bahaya kebocoran atau ledakan.
Cara Menanganinya:
1. Gunakan antifoam agent (bahan kimia anti-busa).
2. Filtrasi larutan secara rutin untuk menghilangkan pengotor.
3. Desain kolom yang baik: pakai internals (tray/packing) yang tahan foaming.
4. Pengendalian suhu & kecepatan aliran untuk menghindari turbulensi berlebih.
5. Monitoring level cairan secara otomatis untuk menghindari overflow.
Aisyah Ratri A/02
BalasHapus1. Macam-macam fluida:
- Fluida ideal: tidak memiliki viskositas dan tidak dapat dimampatkan (tidak nyata).
- Fluida nyata: memiliki viskositas dan bisa mengalami gesekan (contohnya air, minyak).
- Fluida kompresibel: densitasnya bisa berubah-ubah (contohnya udara, gas).
- Fluida inkompresibel: densitasnya dianggap tetap (biasanya cairan).
- Fluida Newtonian: viskositasnya konstan terhadap perubahan kecepatan aliran (misalnya air, udara).
- Fluida Non-Newtonian: viskositasnya berubah tergantung gaya geser atau kecepatan aliran (misalnya lumpur, darah, pasta).
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran atau gesekan dalam. Semakin besar viskositas, semakin "kental" fluida tersebut.
Contoh:
Air → viskositas rendah → mudah mengalir
Madu atau oli → viskositas tinggi → mengalir lambat
2.Tantangan utama:
1. Partikel padat bisa menyumbat alat
2. Aliran tidak stabil (banyak turbulensi)
3. Fluida sulit mengalir dengan lancar
4. Rentan menyebabkan keausan alat
Alat ukur yang direkomendasikan:
- Magnetic flowmeter (Electromagnetic Flow Meter) → Cocok untuk fluida kental, berlumpur, atau korosif karena tidak ada bagian bergerak.
- Ultrasonic flowmeter → Cocok untuk pengukuran tanpa kontak langsung
3. Perbedaan Aliran Laminar dan Turbulen
- Aliran Laminar: Aliran ini memiliki pola yang teratur, mulus, dan terorganisir. Partikel fluida bergerak dalam lapisan lapisan(lamina) yg sejajar dan tidak berpotongan
- Aliran Turbulen: Aliran ini memiliki pola yang acak, tidak teratur, dan kacau. Partikel fluida bergerak dengan cepat dan tidak beraturan, menciptakan pusaran dan vorteks.
4. Contoh Soal Persamaan Bernoulli
Air mengalir dalam pipa dari titik A ke B. Di titik A, kecepatan air 2 m/s, tekanan 200 kPa, dan ketinggian 5 m. Di titik B, ketinggian 2 m dan tekanan 150 kPa. Berapa kecepatan air di titik B?
Penyelesaian:
Air mengalir dari titik A ke titik B.
Di A: kecepatan 2 m/s, tekanan 100 kPa, tinggi 3 m
Di B: kecepatan 4 m/s, tinggi 1 m
Densitas air = 1000 kg/m³, g = 9.8 m/s²
Hitung tekanan di titik B.
Jawaban:
P1 + 0.5 x rho x v1² + rho x g x h1 = P2 + 0.5 x rho x v2² + rho x g x h2
100000 + 0.5 x 1000 x 2² + 1000 x 9.8 x 3 = P2 + 0.5 x 1000 x 4² + 1000 x 9.8 x 1
100000 + 2000 + 29400 = P2 + 8000 + 9800
131400 = P2 + 17800
P2 = 113600 Pa atau 113.6 kPa
5.
1. Jenis fluida (gas/cair, viskositas, ada partikel padat atau tidak)
2. Temperatur dan tekanan fluida
3. Kecepatan dan jenis aliran (laminar atau turbulen)
4. Kondisi pipa (diameter, kekasaran, korosi)
5. Kalibrasi dan kualitas alat ukur
6. Kebersihan sensor atau alat
6. Penjelasan Densitas dan Temperatur
- Densitas (ρ):
Besarnya massa per satuan volume fluida.
Satuan: kg/m³
- Temperatur:
Ukuran panas atau energi kinetik partikel dalam fluida.
Mempengaruhi viskositas dan densitas fluida.
Temperatur naik → viskositas turun (pada cairan)
Temperatur naik → densitas turun
Cecillia salsabila (14)
BalasHapus1. Macam-macam fluida dan viskositas
Fluida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida Newtonian memiliki viskositas konstan, sedangkan fluida non-Newtonian memiliki viskositas yang berubah-ubah tergantung pada kondisi. Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap aliran, dan semakin kental fluida, semakin tinggi viskositasnya.
2. Tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur
Tantangan utama dalam pengukuran fluida yang kental/berlumpur adalah kesulitan dalam mengukur laju aliran yang akurat dan risiko penyumbatan pada alat ukur. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan alat ukur seperti magnetic flow meter atau ultrasonic flow meter.
3. Perbedaan antara aliran laminar dan turbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang stabil dan teratur, dengan kecepatan yang konstan. Aliran turbulen adalah aliran fluida yang tidak stabil dan tidak teratur, dengan kecepatan yang berubah-ubah. Untuk mengetahui suatu aliran termasuk laminar atau turbulen, dapat digunakan bilangan Reynolds (NRe = DVρ/μ). Jika NRe < 2000, aliran laminar, jika NRe > 4000, aliran turbulen, dan jika 2000 < NRe < 4000, aliran transisi.
4. Contoh soal dan cara penyelesaian persamaan Bernoulli
contoh soal : Air mengalir dalam pipa horizontal yang diameternya mengecil di titik B, kecepatan air naik jadi 4m/s. Jika massa jenis air 1.000kg/m^3 berapa tekanan di titik B?
- Diketahui:
P1 = 120.000 Pa
v1 = 2m/s
v2 = 4m/s
ρ = 1000 kg/m^3
- Penyelesaian:
P1 + 1/2 ρv1^2 = P2 + 1/2 ρv2^2
120.000 + 1/2(1000)(2)^2 = P2 + 1/2(1000)(4)^2
P2 = 122.000 - 8.000
P2 = 114.000 Pa
5. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida
Faktor yang mempengaruhi pengukuran aliran fluida antara lain densitas fluida, viskositas fluida, kecepatan fluida, tekanan fluida, dan suhu fluida.
6. Densitas dan temperatur
Densitas adalah ukuran massa per satuan volume fluida, sedangkan temperatur adalah ukuran tingkat panas atau dinginnya suatu fluida. Semakin tinggi temperatur, semakin rendah densitas fluida.
Cecillia salsabila (14)
BalasHapus1. Absorpsi kimia: proses penyerapan zat melalui reaksi kimia antara absorbate dan absorben.
2. Regenerasi pelarut: menggunakan pelarut seperti larutan amina atau basa untuk menyerap gas asam, kemudian diregenerasi dengan pemanasan.
3. Fungsi absorpsi: menghilangkan atau mengurangi kandungan gas tertentu dalam aliran gas, seperti CO2 dan H2S.
4. Perbedaan absorben reaktif dan non-reaktif: absorben reaktif bereaksi kimia dengan gas, sedangkan absorben non-reaktif menyerap melalui proses fisik.
5. Absorben: dapat berupa cairan, padatan, atau gas, tetapi cairan lebih umum digunakan karena kemampuan penyerapan yang lebih baik.
6. Fenomena foaming: dapat ditangani dengan anti-foaming agent atau desain kolom yang optimal. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan penurunan efisiensi, peningkatan tekanan, dan kerusakan peralatan.
Aisyah Ratri A/02
BalasHapus1. Jelaskan Tentang Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia (juga disebut chemical absorption) adalah proses penyerapan gas ke dalam cairan di mana terjadi reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan cairan penyerap (absorben). Jadi beda dengan absorpsi fisika yang cuma mengandalkan kelarutan, kalau di absorpsi kimia, gasnya bereaksi secara kimia dengan larutan.
2. Untuk proses regenerasi (melepaskan kembali gas dari pelarut), pelarut yang digunakan biasanya adalah pelarut reaktif, seperti:
Amin (contoh: Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA, MDEA)
Pelarut ini sering digunakan untuk menyerap CO₂ atau H₂S dari gas alam.
3. Fungsi utama absorpsi di industri adalah untuk memisahkan, memurnikan, atau menghilangkan gas tertentu dari campuran gas. Beberapa contoh fungsinya:
- Pemurnian gas alam: menghilangkan CO₂ dan H₂S.
-Pengolahan limbah gas industri: menangkap gas beracun seperti SO₂, NOx, NH₃.
-Industri kimia: menyerap gas seperti HCl, Cl₂, HF untuk proses produksi.
-Industri minuman berkarbonasi: mengontrol kandungan CO₂.
-Unit scrubber cerobong asap: menyerap polutan sebelum dilepas ke udara.
4. Perbedaan absorben reaktif&non reaktif
- Absorben Reaktif: Menyerap zat dengan reaksi kimia.
Contoh: NaOH menyerap CO₂.
- Absorben Non-Reaktif: Menyerap zat tanpa reaksi kimia, hanya secara fisik.
Contoh: Air menyerap amonia.
5. Apakah Absorben Hanya Berupa Cairan?
Tidak. Absorben tidak harus cairan.
Absorben bisa berbentuk:
1. Cairan: yang paling umum → contoh: air, larutan amina, asam.
2. Padatan: disebut adsorben, tapi sering disalahpahami sebagai absorben. Padatan seperti zeolit atau karbon aktif menangkap gas melalui adsorpsi (bukan absorpsi).
3. Polimer atau material poros lainnya: bisa digunakan dalam membran absorpsi.
6. Cara Menangani Foaming:
1. Gunakan Anti-foaming Agent (Antibusa):
Tambahkan zat kimia khusus (seperti silikon, polieter) untuk menghambat pembentukan busa.
2. Kontrol Komposisi Larutan Absorben:
Hindari kontaminan seperti minyak, bahan organik, atau padatan yang bisa memicu busa.
3. Desain Ulang Tray atau Packing:
Gunakan tray yang sesuai atau packing dengan struktur yang meminimalkan turbulensi dan akumulasi cairan.
4. Turunkan Laju Alir Gas atau Cairan:
Laju alir tinggi bisa meningkatkan pembentukan busa; perlu dikontrol.
5. Pemeliharaan Berkala:
Bersihkan kolom dan ganti larutan secara rutin untuk menghindari penumpukan zat pembusa.
Dampak nya:
1. Penurunan Efisiensi Absorpsi:
Gas tidak bisa kontak optimal dengan absorbennya.
2. Flooding (Kebanjiran Kolom):
Busa menutup ruang aliran gas, menyebabkan tekanan naik dan aliran tidak stabil.
3. Kontaminasi Produk:
Busa bisa terbawa ke atas kolom, mencemari produk.
4. Kerusakan Peralatan:
Tekanan berlebih dapat merusak tray, valve, atau bagian lain.
5. Meningkatkan Biaya Operasional:
Akibat penurunan performa, downtime, dan kebutuhan perawatan ekstra.
khanza salwa azzahra(32)
BalasHapus1. Penjelasan tentang metode destilasi:
Destilasi adalah metode pemisahan campuran zat berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prosesnya melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen yang lebih mudah menguap akan berubah menjadi uap, lalu uap tersebut didinginkan dan dikondensasi kembali menjadi cairan. Tujuan utama destilasi adalah memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan volatilitasnya.
2. Hasil akhir bentuk/tekstur ekstraksi cair-cair:
Praktikum ekstraksi cair-cair akan menghasilkan dua fase cairan yang terpisah. Satu fase adalah larutan air, dan fase lainnya adalah pelarut organik. Kedua fase ini akan terlihat berbeda secara visual, misalnya warna atau kejernihan, dan akan terpisah di corong pemisah. Bentuk akhir akan tergantung pada jenis pelarut organik yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi.
3. Memastikan pemisahan fase sempurna dan parameter uji:
Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kafein, beberapa hal perlu diperhatikan:
Pemilihan pelarut: Gunakan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki kemampuan melarutkan kafein dengan baik.
Keseimbangan: Biarkan fase cair dan organik bercampur dengan baik di corong pemisah (dengan cara dikocok) dan kemudian didiamkan beberapa saat hingga fase terpisah sempurna.
Pengulangan: Lakukan ekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik baru untuk memastikan semua kafein terambil.
Parameter uji: Uji kandungan kafein dalam larutan air sebelum dan sesudah ekstraksi menggunakan metode seperti kromatografi (misalnya Kromatografi Cair Kinerja Tinggi/KCKT) untuk mengetahui jumlah kafein yang terambil.
4. Resiko penggunaan pelarut organik dalam K3:
Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair dapat menimbulkan resiko, terutama dalam konteks Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3):
Mudah terbakar: Banyak pelarut organik bersifat mudah terbakar dan dapat menyebabkan kebakaran jika tidak ditangani dengan hati-hati.
Beracun: Beberapa pelarut organik berbahaya jika terhirup, tertelan, atau terkena kulit.
Iritasi: Pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Dampak lingkungan: Pembuangan limbah pelarut organik yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan.
5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri:
Ekstraksi cair-cair memiliki berbagai tujuan penting dalam industri:
Pemurnian produk: Memisahkan senyawa yang diinginkan dari campuran yang tidak diinginkan untuk mendapatkan produk yang lebih murni.
Peningkatan nilai tambah: Memisahkan senyawa berharga dari bahan baku yang murah untuk meningkatkan nilai produk.
Pemisahan produk samping: Memisahkan produk samping yang tidak diinginkan dari produk utama untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi proses.
Konsentrasi senyawa: Meningkatkan konsentrasi senyawa target dalam larutan untuk memudahkan proses selanjutnya
1. apakah akibat jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu?
BalasHapus2. bagaimana penggunaan silika gel dalam proses permunian gas?
3. bagaimana pengaruh suhu dan fungsi dari adsorber hamparan tetap
4. jelaskan contoh dan fungsi dari adsorber hamparan tetap
5. untuk mendernihkan VCO menggunakan adsorber apa?
6. sebutkan efesien dan kelemahan dari masing-masing proses pengoperasian adsorpsi?
7. berikan contoh peneran adsorpsi di dalam industri
Anisa Fitria (07)
Hapus1. bisa terjadi penurunan kapasitas absorben, kualitas produk menurun, tekanan oprasi meningkat, dan kerusakan absorben lebih cepat
2. Silika gel berfungsi sebagai penyerap uap air dari aliran gas, sehingga mencegah terjadinya korosi, pembekuan, atau reaksi yang tidak diinginkan pada proses berikutnya.
3. Pengaruh suhu: Suhu tinggi cenderung menurunkan kapasitas penyerapan karena molekul lebih mudah terlepas dari permukaan adsorben. Fungsi : Menyerap komponen tertentu dari aliran fluida yang melewati lapisan adsorben diam di dalam kolom.
4. Contoh: Kolom berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau, warna, dan zat organik pada air minum. Kolom molecular sieve untuk memisahkan nitrogen dari oksigen dalam proses produksi gas murni. Fungsi : Menyerap atau memisahkan komponen tertentu dari aliran fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui lapisan adsorben yang diam di dalam kolom, sehingga komponen yang diinginkan dapat dipisahkan atau dimurnikan.
5. Pemurnian VCO umumnya menggunakan karbon aktif karena efektif menyerap pigmen, senyawa penyebab bau, dan kotoran, sehingga menghasilkan minyak yang jernih dan beraroma netral.
6. 1. Adsorber Hamparan Tetap (Fixed Bed Adsorber)
Efisiensi:
Efektif untuk pemisahan pada aliran kontinu. Daya serap tinggi karena aliran kontak merata.
Kelemahan:
Saat adsorben jenuh, perlu dihentikan operasi untuk regenerasi atau penggantian. Tekanan jatuh (pressure drop) bisa tinggi jika ukuran partikel kecil.
2. Adsorber Tangki Aduk (Agitated Tank Adsorber)
Efisiensi:
Kontak adsorben–fluida lebih merata karena pengadukan. Cocok untuk pengolahan batch atau larutan kental.
kelemahan:
Konsumsi energi tinggi untuk pengadukan.Tidak efisien untuk volume besar secara kontinu.
3. Adsorber Kontinu (Moving Bed atau Fluidized Bed Adsorber) Efisiensi:
Dapat beroperasi tanpa henti karena adsorben segar bisa ditambahkan dan adsorben jenuh bisa dikeluarkan. Kontak antara fluida dan adsorben sangat baik. Kelemahan : Desain dan pengoperasian lebih rumit. Memerlukan sistem kontrol yang baik untuk menjaga stabilitas aliran dan kecepatan partikel.
7. •Pemurnian gas alam dengan menghilangkan H₂S dan CO₂. •Pengeringan udara atau gas menggunakan silika gel atau molecular sieve.
•Pengolahan air minum untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna.
1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik.
Hapus
2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi.
3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben.
5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik.
6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel.
7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Danish Akmal faiz (15)
Hapus1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik.
2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi.
3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben.
5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik.
6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel.
7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Abieza Masye PH (01)
Hapus1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik.
2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi.
3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben.
5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik.
6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel.
7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06
Hapus1. Kalau adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, maka pori-pori dan permukaannya akan penuh dengan zat yang sudah diikat, sehingga kemampuan adsorbsinya menurun drastis. Akibatnya, proses pemisahan atau penjernihan jadi tidak maksimal, kualitas produk turun, dan bahkan bisa menyebabkan pencemaran atau kerusakan alat karena kotoran tidak terperangkap dengan baik.
2. Silika gel sering digunakan untuk memurnikan gas karena kemampuannya menyerap uap air dan kelembapan dari aliran gas. Gas yang terlalu lembap bisa merusak proses atau peralatan, jadi silika gel ditempatkan di dalam tabung adsorber untuk menangkap molekul air. Setelah jenuh, silika gel bisa diregenerasi dengan pemanasan agar bisa digunakan lagi.
3. Proses adsorpsi biasanya lebih efektif pada suhu rendah karena energi molekul lebih kecil sehingga lebih mudah menempel di permukaan adsorben. Jika suhu terlalu tinggi, molekul cenderung terlepas dari permukaan. Tekanan yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah zat yang teradsorpsi karena molekul dipaksa lebih rapat mendekati permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber) adalah alat yang berisi lapisan adsorben yang diam, sementara fluida mengalir melewatinya. Contohnya adalah kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau dan warna pada air minum. Fungsinya untuk memisahkan zat pengotor dari aliran fluida secara efisien dengan memanfaatkan kontak antara fluida dan lapisan adsorben.
5. Untuk menjernihkan Virgin Coconut Oil (VCO), biasanya digunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau silica gel khusus minyak. Adsorben ini bisa mengikat pigmen, kotoran halus, dan zat yang menyebabkan warna keruh sehingga VCO menjadi jernih dan kualitasnya lebih baik.
6. Pengoperasian adsorpsi dengan fixed bed efisien untuk aliran tetap dan sederhana, tetapi jika jenuh harus dihentikan untuk regenerasi. Moving bed punya efisiensi tinggi dan regenerasi bisa berkesinambungan, tapi desainnya rumit dan mahal. Fluidized bed punya kontak lebih merata antara adsorben dan fluida, namun memerlukan energi lebih banyak untuk mengalirkan fluida dan mengendalikan partikel.
7. Proses adsorpsi banyak digunakan di industri, misalnya karbon aktif untuk memurnikan air minum, silica gel untuk mengeringkan gas industri, zeolit untuk memisahkan nitrogen dari udara, atau resin adsorben untuk memurnikan gula dan obat-obatan. Semua ini memanfaatkan kemampuan adsorben dalam mengikat molekul tertentu.
Soal Kelompok 4 :
BalasHapus1. Apa akibat yang terjadi jika adsorben tidak di regenarasi secara tepat waktu?
2. Bagaimana pengguna silika gel dalam proses pemurnian gas?
3. Bagaimana pengaruh suhu & tekanan terhadap proses adsorpsi?
4. Jelaskan fungsi dan proses dari contoh yang tertera pada proses Pengoperasian Hamparan Tetap!
5. Adsorben apa yang digunakan untuk menjernihkan VCO?
6. Sebutkan efisiensi & kelemahan dari masing-masing Pengoperasian Peralatan Adsorpsi!
7. Berikan contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri!
Aldyansyah Putra (03)
Hapus1. Regenerasi yang tidak tepat waktu menyebabkan kapasitas adsorpsi menurun drastis karena pori-pori adsorben jenuh oleh adsorbat, mengakibatkan efisiensi pemisahan rendah, peningkatan tekanan diferensial, dan potensi kerusakan struktur adsorben
2. Silika gel digunakan untuk mengadsorpsi uap air pada pemurnian gas agar gas menjadi kering. Proses ini bekerja melalui interaksi fisik (fisisorpsi) antara molekul air dan permukaan silanol
3. Suhu tinggi umumnya menurunkan kapasitas adsorpsi karena sifat adsorpsi bersifat eksoterm, sedangkan tekanan tinggi meningkatkan kapasitas adsorpsi untuk gas karena mendorong lebih banyak molekul gas menempel pada permukaan adsorben
4. Pada pengoperasian hamparan tetap (fixed bed), fluida melewati lapisan adsorben stasioner secara kontinu. Fungsinya untuk memisahkan komponen tertentu dari campuran fluida secara efisien. Prosesnya meliputi: pengisian adsorben, aliran fluida masuk, penahanan adsorbat hingga zona jenuh terbentuk, diikuti regenerasi atau penggantian adsorben
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO adalah karbon aktif dari tempurung kelapa atau bentonit aktif, yang berfungsi menghilangkan pigmen, bau, dan kotoran mikro
6.
- Fixed Bed: Efisien untuk pemisahan skala besar; kelemahan: perlu regenerasi berkala, risiko penurunan tekanan.
- Moving Bed: Regenerasi kontinu; kelemahan: desain kompleks, biaya tinggi.
- Fluidized Bed: Perpindahan massa cepat; kelemahan: kebutuhan energi tinggi, erosi adsorben.
- Pressure Swing Adsorption (PSA): Cepat dan regenerasi mudah; kelemahan: tidak efektif untuk konsentrasi sangat rendah.
7. Contoh penerapan di industri:
- Pemurnian gas alam dari CO₂ dan H₂S (menggunakan PSA dan zeolit).
- Penghilangan warna dan bau pada minyak nabati (karbon aktif).
- Pemisahan udara menjadi O₂ dan N₂ (PSA).
- Pemurnian etanol dari air (molekular sieve).
- Penjernihan VCO (karbon aktif, bentonit).
Cecillia salsabila /XI TKI-1/14
Hapusproses pengoperasian absorpsi
1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Dewa praditya pujiono /XI TKI-1/18
Hapusproses pengoperasian absorpsi
1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Arva alnathan P.P /XI TKI-1/09
Hapusproses pengoperasian absorpsi
1. Jika adsorben tidak di regenerasi secara tepat waktu, maka adsorben akan menjadi jenuh dan tidak dapat menyerap lagi zat yang diinginkan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja adsorben, sehingga proses adsorpsi tidak efektif. Adsorben yang tidak diregenerasi juga dapat menyebabkan kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
2. Silika gel digunakan untuk menyerap kelembapan atau kandungan air dalam gas. Silika gel dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengeringkan gas dan menghilangkan kelembapan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, silika gel dapat membantu meningkatkan kemurnian gas yang dihasilkan.
3. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi proses adsorpsi. Peningkatan suhu dapat menurunkan kapasitas adsorpsi, sedangkan penurunan suhu dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan tekanan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena lebih banyak molekul yang dapat berinteraksi dengan adsorben.
4. Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed) adalah suatu proses adsorpsi yang menggunakan adsorben yang ditempatkan dalam suatu wadah atau kolom. Fungsi dari pengoperasian ini adalah untuk menyerap zat yang diinginkan dari suatu aliran gas atau cairan. Prosesnya melibatkan aliran gas atau cairan yang melewati adsorben yang ditempatkan dalam kolom, sehingga adsorben dapat menyerap zat yang diinginkan.
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil) adalah karbon aktif atau bentonit. Adsorben ini dapat menyerap impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan dalam VCO, sehingga VCO menjadi lebih jernih dan murni.
6. Efisiensi dan kelemahan dari pengoperasian peralatan adsorpsi dapat bervariasi tergantung pada jenis adsorben dan proses yang digunakan. Namun, secara umum, pengoperasian adsorpsi dapat memiliki efisiensi yang tinggi dalam menyerap zat yang diinginkan, tetapi dapat memiliki kelemahan seperti biaya yang tinggi untuk regenerasi adsorben dan penurunan kinerja adsorben jika tidak diregenerasi secara tepat waktu.
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di dalam industri adalah penggunaan adsorben untuk mengeringkan gas alam, menghilangkan impurities dalam minyak bumi, atau menjernihkan air minum. Proses adsorpsi juga digunakan dalam industri makanan dan minuman untuk menghilangkan impurities atau zat-zat yang tidak diinginkan.
Andi Azahra jannati
HapusXI TKI 1 /05
1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitasnya untuk menyerap zat akan menurun drastis karena jenuh. Ini membuat proses pemurnian tidak efektif dan kualitas produk menurun, serta bisa meningkatkan biaya operasional dan merusak peralatan.
2. Silika gel digunakan untuk dehidrasi gas, yaitu menghilangkan uap air. Ini penting untuk mengeringkan gas alam, udara tekan, atau gas industri lainnya demi mencegah korosi dan masalah operasional.
3. Suhu rendah dan tekanan tinggi meningkatkan efisiensi adsorpsi. Adsorpsi lebih baik pada suhu rendah karena sifatnya eksotermik, dan tekanan tinggi mendorong lebih banyak molekul gas menempel pada adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap adalah kolom berisi adsorben yang tidak bergerak, berfungsi memisahkan komponen spesifik dari fluida secara berkelanjutan. Contohnya adalah filter karbon aktif untuk menjernihkan air minum.
5. Untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil), adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Ini efektif menghilangkan zat penyebab warna gelap dan bau tidak sedap, meningkatkan kemurnian dan stabilitas VCO.
6. Hamparan tetap efisien tapi batch; hamparan bergerak kontinu tapi kompleks; hamparan fluidisasi kontak baik tapi boros energi dan berisiko entrainment.
7. Adsorpsi banyak diterapkan, seperti pengeringan gas alam, penjernihan air limbah dengan karbon aktif, pemisahan produk kimia, dan penjernihan makanan/minuman seperti gula atau minyak.
Indri Indira Indahyana/27
Hapus1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, pori-porinya akan penuh sehingga daya serap menurun, proses pemurnian tidak efektif, kualitas produk turun, dan biaya operasi meningkat karena proses harus diulang.
2. Silika gel digunakan untuk menghilangkan uap air dari gas, misalnya pada pemurnian gas alam atau tabung oksigen, dengan cara menangkap molekul air di dalam pori-porinya sehingga gas tetap kering.
3. Adsorpsi lebih efektif pada suhu rendah dan tekanan tinggi; suhu tinggi membuat molekul mudah lepas, sedangkan tekanan tinggi mendorong molekul menempel di adsorben.
4. Fixed bed adsorber adalah kolom berisi adsorben diam yang dilalui cairan atau gas, contohnya karbon aktif di pengolahan air minum untuk menyerap bau, rasa, dan warna.
5. VCO dapat dijernihkan menggunakan bentonit, zeolit, atau karbon aktif; karbon aktif menghilangkan warna dan bau, sedangkan bentonit dan zeolit menyaring kotoran halus.
6. Fixed bed sederhana dan murah tapi cepat jenuh; moving bed bisa regenerasi sambil jalan namun mahal; fluidized bed efisien dan pencampuran baik tapi butuh kontrol aliran presisi.
7. Contoh penerapan adsorpsi: karbon aktif memurnikan gula, silika gel mengeringkan gas alam, karbon aktif memurnikan obat, dan pengolahan air untuk menghilangkan bau serta zat berbahaya.
Anisa Fitria (07)
Hapus1. bisa terjadi penurunan kapasitas absorben, kualitas produk menurun, tekanan oprasi meningkat, dan kerusakan absorben lebih cepat
2. Silika gel berfungsi sebagai penyerap uap air dari aliran gas, sehingga mencegah terjadinya korosi, pembekuan, atau reaksi yang tidak diinginkan pada proses berikutnya.
3. Pengaruh suhu: Suhu tinggi cenderung menurunkan kapasitas penyerapan karena molekul lebih mudah terlepas dari permukaan adsorben. Fungsi : Menyerap komponen tertentu dari aliran fluida yang melewati lapisan adsorben diam di dalam kolom.
4. Contoh: Kolom berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau, warna, dan zat organik pada air minum. Kolom molecular sieve untuk memisahkan nitrogen dari oksigen dalam proses produksi gas murni. Fungsi : Menyerap atau memisahkan komponen tertentu dari aliran fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui lapisan adsorben yang diam di dalam kolom, sehingga komponen yang diinginkan dapat dipisahkan atau dimurnikan.
5. Pemurnian VCO umumnya menggunakan karbon aktif karena efektif menyerap pigmen, senyawa penyebab bau, dan kotoran, sehingga menghasilkan minyak yang jernih dan beraroma netral.
6. 1. Adsorber Hamparan Tetap (Fixed Bed Adsorber)
Efisiensi:
Efektif untuk pemisahan pada aliran kontinu. Daya serap tinggi karena aliran kontak merata.
Kelemahan:
Saat adsorben jenuh, perlu dihentikan operasi untuk regenerasi atau penggantian. Tekanan jatuh (pressure drop) bisa tinggi jika ukuran partikel kecil.
2. Adsorber Tangki Aduk (Agitated Tank Adsorber)
Efisiensi:
Kontak adsorben–fluida lebih merata karena pengadukan. Cocok untuk pengolahan batch atau larutan kental.
kelemahan:
Konsumsi energi tinggi untuk pengadukan.Tidak efisien untuk volume besar secara kontinu.
3. Adsorber Kontinu (Moving Bed atau Fluidized Bed Adsorber) Efisiensi:
Dapat beroperasi tanpa henti karena adsorben segar bisa ditambahkan dan adsorben jenuh bisa dikeluarkan. Kontak antara fluida dan adsorben sangat baik. Kelemahan : Desain dan pengoperasian lebih rumit. Memerlukan sistem kontrol yang baik untuk menjaga stabilitas aliran dan kecepatan partikel.
7. •Pemurnian gas alam dengan menghilangkan H₂S dan CO₂. •Pengeringan udara atau gas menggunakan silika gel atau molecular sieve.
•Pengolahan air minum untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna.
Zahra Herlinda I./34
Hapus1. kapasitas penyerapan menurun, efisiensi rendah, produk terkontaminasi, dan umur adsorben lebih pendek.
2. Penggunaan silika gel dalam pemurnian gas menyerap uap air dari gas agar gas kering, mencegah korosi dan pembentukan es pada peralatan.
3.Pengaruh suhu: suhu tinggi mengurangi kapasitas adsorpsi, suhu rendah biasanya lebih efektif.
Fungsi: menyaring dan menyerap zat tertentu dari aliran gas/cairan menggunakan lapisan adsorben tetap.
4.Contoh: kolom berisi karbon aktif untuk menyaring uap pelarut.
Fungsi: memisahkan atau memurnikan zat dengan aliran fluida melewati bed adsorben yang diam.
5.Untuk mendernihkan VCO biasanya menggunakan adsorben seperti bentonit, karbon aktif, atau zeolit untuk menyerap warna dan bau.
6.Efisiensi: selektivitas tinggi, dapat digunakan berulang setelah regenerasi.
Kelemahan: kapasitas terbatas, perlu regenerasi, biaya adsorben khusus bisa mahal.
7.Pemurnian udara (penyaringan CO₂, H₂O)
Penghilangan bau pada industri makanan
Pemisahan gas pada industri petrokimia
Pemurnian air minum dengan karbon aktif
BRIENA RADINKA H. (12) TKI 1
Hapus1. Penurunan kapasitas adsorben, kualitas menurun, tekanan operasi meningkat, dan kerusakan adsorben lebih cepat.
2. Silika gel dipakai untuk menyerap uap air sehingga gas menjadi kering, melalui proses fisisorpsi pada permukaan silika.
3. Suhu tinggi menurunkan kapasitas adsorpsi (karena adsorpsi bersifat eksoterm), sedangkan tekanan tinggi dapat meningkatkannya. Fungsi adsorber hamparan tetap adalah memisahkan komponen tertentu dari campuran fluida.
4. Contoh: kolom berisi karbon aktif untuk menyaring bau pada gas buang. Fungsinya memisahkan zat tertentu secara kontinu ketika fluida melewati lapisan adsorben.
5. Absorber untuk menjernihkan VCO
Karbon aktif (tempurung kelapa) atau bentonit aktif, untuk menghilangkan warna, bau, dan kotoran halus.
6. Efisiensi dan kelemahan tiap proses adsorpsi
Fixed Bed: Efisien untuk skala besar; kelemahan: perlu regenerasi berkala.
Moving Bed: Regenerasi terus-menerus; kelemahan: desain rumit, mahal.
7. Contoh penerapan di industri
Pemurnian gas alam dari
Pemurnian gas industri menggunakan silica gel
Di industri petrokimia: memisahkan gas aktif
Di industri makanan: pemurnian gula untuk menghilangkan senyawa kotor.
DINDA NAZILATUL F/20
Hapus1.Akibat adsorben tidak diregenerasi tepat waktu → Kapasitas penyerapan menurun, proses jadi tidak efektif, kualitas produk turun, dan potensi kerusakan peralatan meningkat.
2.Penggunaan silika gel dalam pemurnian gas → Menyerap uap air atau kelembapan dari gas sehingga gas menjadi kering.
3.Pengaruh suhu & tekanan → Suhu tinggi menurunkan kapasitas adsorpsi, tekanan tinggi umumnya meningkatkan kapasitas adsorpsi (untuk gas).
4.Fungsi & proses hamparan tetap (fixed bed) → Gas/cairan dilewatkan melalui lapisan adsorben yang diam; fungsi: memisahkan atau memurnikan komponen tertentu; proses: fluida mengalir, molekul terikat di permukaan adsorben, lalu regenerasi saat jenuh.
5.Adsorben untuk menjernihkan VCO → Karbon aktif, tanah bleaching, atau silika gel.
6.Efisiensi & kelemahan peralatan adsorpsi:
Fixed bed: efisien tinggi, desain sederhana; kelemahan → jenuh cepat, perlu regenerasi.
Moving bed: regenerasi lebih mudah; kelemahan → desain kompleks.
Fluidized bed: kontak optimal, efisien untuk partikel kecil; kelemahan → butuh energi besar.
7.Contoh penerapan di industri → Pemurnian gas alam, penjernihan air, penghilangan bau pada makanan, pemisahan udara menjadi O₂ & N₂, pengolahan limbah.
1. jika adsorben tidak di regenarsi maka akan menimbulkan titik jenuh, kenapa? karena jika tidak regenarsi contoh karbon aktif akan mengalami penurunan fungsi, semua adsorben jika terus menerus digunakan maka akan mengalami penurunan fungsi
Hapus2. penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas disitu silika gel bekerja untuk menangkap udara yang ada disuatu ruangan atau dalam kelembaban dan akan menyebabkan menjadi dry
3. pengaruh suhu dan kelembaban pada adsorpsi, suhu akan naik jika adsorpsi menurun karena adsorpsi adalah proses eksotermis (melepaskan panas) jadi jika suhu naik maka performa adsorpsi akan turun.
Jika tekanan semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi kapasitas adsorpsi karena akan banyak molekul gas yang terdorong.
4. - kolom adsorpsi berfungsi sebagai tempat media yakni adsorben seperti silika gel, karbon aktif
- katup mengatur aliran gas
5. bisa menggunakan arang aktif dan zeolit karena sifat adsorbennya bisa menjernihkan vco
6. hamparan tetap efisiensi tapi batch hamparan bergerak secara kontinu dan konteks hamparan fluidisasi kontak baik tapi boros energi
7. penerapan adsorbsi dalam industri bisa melalui penjernihan air limbah dengan karbon aktif, pemisahan produk kimia
Intan Azka A. (28)
Hapus1.) a) Penurunan kapasitas adsorpsi
b) Kerusakan adsorben lebih cepat
c) Kualitas hasil pemurnian menurun
d) Risiko tumbuhnya mikroorganisme
2.) Silika gel berbentuk padatan berpori digunakan sebagai adsorben dalam proses pengeringan pada pemurnian gas. Gas dialirkan melalui kolom berisi butiran silika gel, di mana pori-porinya akan menangkap dan menyerap uap air sebagai pengotor. Uap air ini umumnya berasal dari kelembapan alami gas, proses kondensasi, atau sisa tahap produksi, sehingga setelah melewati silika gel, gas menjadi lebih bersih. Ketika silika gel telah mencapai kondisi jenuh, material ini dapat diregenerasi melalui pemanasan agar dapat digunakan kembali.
3.) Adsorpsi bekerja lebih optimal pada suhu rendah, karena panas tidak mengganggu ikatan molekul di permukaan adsorben, dan pada tekanan tinggi, karena lebih banyak molekul terdorong untuk menempel. Sebaliknya, suhu tinggi dan tekanan rendah cenderung menurunkan efisiensi proses ini.
4.) Pada pengoperasian hamparan tetap, seperti kolom berisi silika gel untuk pengeringan gas, aliran gas dilewatkan melalui lapisan butiran silika gel yang diam. Pori-pori silika gel akan menyerap uap air yang umumnya berasal dari kelembapan alami, kondensasi, atau sisa proses produksi, sehingga gas yang keluar menjadi lebih murni dan kering. Seiring waktu, silika gel mencapai titik jenuh dan tidak lagi efektif menyerap uap air. Pada tahap ini, proses dihentikan dan silika gel diregenerasi melalui pemanasan untuk menguapkan air yang terikat di pori-porinya, sehingga dapat digunakan kembali pada siklus berikutnya.
5.) Penjernihan Virgin Coconut Oil (VCO) umumnya menggunakan adsorben seperti karbon aktif, bentonit, zeolit aktif, atau silika gel.
6.) a) hamparan tetap (fixed bed) efisien karena seluruh fluida kontak dengan adsorben sehingga kapasitas penyerapan optimal, namun cepat jenuh di bagian inlet dan menyebabkan pressure drop tinggi
b) hamparan bergerak (moving bed) menjaga kapasitas adsorpsi tetap tinggi karena adsorben segar terus masuk, tetapi desainnya kompleks dan adsorben mudah aus
c) hamparan terfluidisasi (fluidized bed) memiliki kontak fluida–adsorben yang sangat baik dan perpindahan massa cepat, namun memerlukan kecepatan alir yang tepat dan berisiko kehilangan partikel halus
d) kontak berputar (rotary contactor) memberikan pencampuran merata dengan kontrol waktu kontak yang baik, tetapi membutuhkan biaya konstruksi dan energi yang lebih tinggi.
7.) 1. Pemurnian air minum: Menghilangkan bau, rasa, dan warna menggunakan karbon aktif.
2. Pemisahan gas: Menyerap H₂S atau CO₂ dari gas alam di industri petrokimia menggunakan zeolit.
3. Pengeringan udara: Menghilangkan uap air pada pabrik amonia menggunakan silica gel.
Lidya Rahmadani (33)
Hapus1. akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
- kapasitas penyerapan menurun drastis karena adsorben menjadi jenuh
- kualitas produk turun karena kontaminan lolos
- beban kerja proses berikutnya meningkat
- biaya operasional naik karena harus mengganti adsorben lebih cepat
- potensi kerusakan peralatan akibat kontaminasi
2. penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
- silika gel berfungsi untuk menyerap uap air dari gas (dehidrasi gas)
- digunakan dalam pemurnian gas alam, udara tekan, atau gas industri
- cara kerja: gas dilewatkan melalui lapisan silika gel → molekul air terikat pada permukaan silika gel → gas keluar menjadi kering
3. pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
- suhu tinggi menyebabkan adsorpsi berkurang karena proses adsorpsi umumnya bersifat eksoterm sehingga panas menghambat penyerapan
- suhu rendah meningkatkan adsorpsi
- tekanan tinggi meningkatkan adsorpsi gas karena molekul gas terdorong lebih banyak ke permukaan adsorben
- tekanan rendah membuat adsorpsi menurun
4. fungsi dan proses dari pengoperasian hamparan tetap (fixed bed)
- fungsi: menyerap kontaminan dari aliran fluida menggunakan lapisan adsorben yang diam atau tidak bergerak
- proses: fluida (gas atau cair) mengalir dari atas ke bawah atau sebaliknya melalui kolom berisi adsorben → molekul target menempel pada permukaan adsorben → fluida keluar sudah murni
- setelah jenuh, adsorben diregenerasi atau diganti
5. adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (virgin coconut oil)
- umumnya digunakan arang aktif (activated carbon)
- fungsinya menyerap pigmen, bau, dan senyawa pengotor sehingga minyak menjadi jernih dan beraroma netral
6. efisiensi dan kelemahan dari masing-masing pengoperasian peralatan adsorpsi
- fixed bed: efisiensi tinggi karena kontak adsorben–fluida maksimal, kelemahan waktu operasi terbatas sebelum adsorben jenuh dan regenerasi butuh penghentian proses
- moving bed: efisiensi cukup tinggi dan regenerasi bisa dilakukan terus-menerus, kelemahan desain sistem lebih kompleks dan biaya investasi tinggi
- fluidized bed: efisiensi pencampuran baik dan perpindahan massa cepat, kelemahan risiko kehilangan adsorben dan kontrol operasi lebih sulit
7. contoh penerapan proses adsorpsi di industri
- pemurnian gas alam (menghilangkan H₂S dan CO₂)
- pengolahan air minum (menghilangkan bau, warna, dan rasa)
- industri makanan dan minuman (dekolorisasi gula)
- industri farmasi (pemurnian obat)
- pengendalian emisi gas buang (penyerapan uap pelarut organik)
Aisyah Ratri A/02
Hapus1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapannya akan menurun sehingga proses pemisahan tidak efektif dan kualitas produk menurun.
2. Silika gel digunakan dalam pemurnian gas untuk menyerap uap air, dan setelah jenuh dapat digunakan kembali melalui pemanasan.
3. Adsorpsi lebih efektif pada suhu rendah dan tekanan tinggi karena molekul lebih mudah menempel pada permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap digunakan dengan cara melewatkan aliran fluida melalui lapisan adsorben yang diam, contohnya karbon aktif untuk menyaring uap pelarut.
5. Untuk menjernihkan VCO biasanya digunakan bentonit, zeolit, atau karbon aktif.
6. Fixed-bed memiliki efisiensi tinggi namun perlu regenerasi rutin, moving-bed memungkinkan regenerasi sambil beroperasi tetapi desainnya rumit, dan fluidized-bed memberikan pencampuran merata namun boros energi.
7. Proses adsorpsi digunakan di industri untuk pemurnian gas alam, pengolahan air, pemucatan minyak, dan pemulihan pelarut kimia.
FARDAD MAULANA/22
Hapus1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
Kapasitas adsorpsi menurun karena pori-pori adsorben sudah jenuh.
Kualitas produk/efluen menurun karena zat pengotor lolos.
Tekanan operasi naik akibat penyumbatan pori atau saluran alir.
Umur adsorben berkurang karena kerusakan fisik atau kimia.
Potensi kontaminasi silang jika digunakan bergantian untuk bahan berbeda.
---
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Silika gel berfungsi sebagai pengering (desiccant) untuk menghilangkan uap air dari gas.
Ditempatkan dalam fixed bed column (hamparan tetap) yang dilalui aliran gas.
Gas basah masuk dari bagian bawah atau atas kolom, uap air teradsorpsi oleh silika gel, gas kering keluar dari sisi lainnya.
Saat silika gel jenuh, dilakukan regenerasi dengan pemanasan (temperature swing adsorption) atau aliran gas kering panas agar air terlepas.
---
3. Pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu: Adsorpsi umumnya eksoterm, sehingga kenaikan suhu akan menurunkan kapasitas adsorpsi. Suhu rendah meningkatkan kapasitas karena molekul lebih mudah menempel.
Tekanan: Pada adsorpsi gas, kenaikan tekanan meningkatkan kapasitas adsorpsi karena molekul gas lebih terdorong masuk ke pori adsorben. Penurunan tekanan akan mengurangi kapasitas adsorpsi.
---
4. Fungsi dan proses pada pengoperasian hamparan tetap (fixed bed operation)
Fungsi: Menyediakan media adsorben yang tetap di tempat sehingga gas atau cairan dapat mengalir melaluinya untuk mengadsorpsi zat pengotor atau komponen target.
Proses: Fluida masuk dari satu sisi kolom → melewati lapisan adsorben → molekul pengotor terperangkap di permukaan adsorben → fluida bersih keluar. Saat adsorben jenuh, kolom dihentikan atau diganti ke unit lain untuk regenerasi.
---
5. Adsorben untuk menjernihkan VCO
Karbon aktif → menghilangkan warna dan bau tak diinginkan.
Silika gel food-grade → mengurangi kadar air.
Bentonit/bleaching earth → menghilangkan pigmen dan kotoran halus.
Semua harus food-grade agar aman dikonsumsi.
---
6. Efisiensi & kelemahan pengoperasian peralatan adsorpsi
Efisiensi:
Mampu memisahkan komponen dengan selektivitas tinggi.
Dapat mengolah konsentrasi pengotor rendah dengan hasil baik.
Regenerasi memungkinkan penggunaan ulang adsorben.
Kelemahan:
Kapasitas terbatas, memerlukan regenerasi atau penggantian.
Regenerasi memakan energi (panas atau vakum).
Sensitif terhadap kotoran padat atau komponen yang menyumbat pori.
---
7. Contoh penerapan proses adsorpsi di industri
Pemurnian gas alam dari CO₂ dan H₂S menggunakan amina.
Pengeringan udara tekan dengan silika gel atau zeolit.
Pemurnian gula menggunakan karbon aktif.
Penyerapan uap pelarut organik dari gas buang menggunakan karbon aktif.
Pengolahan limbah cair untuk menghilangkan logam berat menggunakan zeolit.
Aulia Nabilla R./10
Hapus1. jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapannya menurun dan proses pemurnian menjadi tidak efektif.
2. silika gel digunakan untuk mengeringkan gas dengan menyerap molekul air melalui pori-pori halusnya.
3. peningkatan suhu mengurangi kapasitas adsorpsi. fungsi adsorber hamparan tetap adalah untuk memisahkan atau memurnikan komponen dari suatu aliran fluida secara terus menerus.
4. contohnya adalah unit Pressure Swing Adsorption (PSA) di industri. Fungsinya untuk pemurnian dan pemisahan zat, seperti menghilangkan uap air dari gas alam.
5. ntuk menjernihkan VCO, digunakan karbon aktif atau lempung pemucat (bleaching clay).
6. proses Batch: efisien untuk skala kecil, tetapi tidak terus menerus. hamparan tetap: efisien untuk skala besar, tetapi regenerasi bisa kompleks. hamparan bergerak: beroperasi tanpa henti, tetapi desain dan operasi lebih rumit.
7. contoh penerapan adsorpsi, yaitu : pemurnian gas alam di industri minyak dan gas, pemurnian air limbah dengan karbon aktif, dan pemucatan sirup gula di pabrik gula.
1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
HapusKapasitas adsorpsi menurun → pori-pori jenuh dan tidak bisa menangkap zat pengotor lagi.
Kualitas hasil pemurnian berkurang → gas/cairan yang diolah masih mengandung kontaminan.
Tekanan operasi meningkat → karena aliran terhambat oleh padatan teradsorpsi.
Efisiensi alat turun → biaya operasional jadi lebih tinggi.
Risiko kerusakan alat → jika kotoran terakumulasi terlalu lama.
---
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Silika gel berfungsi sebagai desiccant (penyerap uap air).
Digunakan untuk mengeringkan gas seperti udara, nitrogen, oksigen, atau gas alam.
Mekanismenya: molekul air terikat secara fisik pada permukaan silika gel melalui adsorpsi.
Hasilnya gas menjadi kering sehingga mencegah korosi, pembekuan, atau reaksi samping.
---
3. Pengaruh suhu & tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu:
Adsorpsi eksotermis, jadi pada suhu rendah kemampuan adsorpsi meningkat.
Pada suhu tinggi, molekul lebih mudah terlepas (desorpsi meningkat).
Tekanan:
Untuk gas, semakin tinggi tekanan → semakin banyak molekul menempel di permukaan adsorben.
Pada tekanan rendah → kapasitas adsorpsi lebih kecil.
---
4. Fungsi & proses dari contoh pada Pengoperasian Hamparan Tetap (Fixed Bed Adsorber)
Fungsi: memisahkan kontaminan (zat terlarut atau gas pengotor) dari aliran fluida menggunakan lapisan adsorben yang diam.
Proses:
1. Fluida dialirkan melalui kolom berisi adsorben tetap.
2. Kontaminan menempel pada permukaan adsorben.
3. Zona perpindahan massa terbentuk (bagian adsorben yang sedang aktif bekerja).
4. Setelah jenuh, adsorben perlu diregenerasi/diganti.
---
5. Adsorben yang digunakan untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil)
Bentonit (clay aktif) → menyerap senyawa pengotor & pigmen.
Karbon aktif → menyerap warna, bau, dan zat pengotor organik.
Silika gel → kadang digunakan untuk menyerap kelembaban/air dalam minyak.
---
6. Efisiensi & kelemahan dari masing-masing pengoperasian peralatan adsorpsi
Fixed Bed Adsorber
Efisiensi: tinggi, sederhana desainnya.
Kelemahan: butuh regenerasi berkala, tekanan drop meningkat seiring kejenuhan.
Moving Bed Adsorber
Efisiensi: stabil karena adsorben bergerak dan berganti.
Kelemahan: desain kompleks, biaya lebih tinggi.
Fluidized Bed Adsorber
Efisiensi: perpindahan massa baik, pencampuran merata.
Kelemahan: konsumsi energi besar, kehilangan adsorben karena terbawa aliran.
---
7. Contoh penerapan proses adsorpsi dalam industri
Industri gas: pemurnian gas alam (menghilangkan CO₂ & H₂S dengan zeolit/activated carbon).
Industri makanan: pemutihan gula & minyak goreng dengan karbon aktif.
Industri farmasi: pemisahan zat aktif atau pemurnian obat.
Industri air minum: penyaringan logam berat & bau menggunakan karbon aktif.
Industri kimia: pemisahan uap organik & recovery pelarut.
Khanza salwa azzahra (32)
BalasHapus1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
Kapasitas adsorpsi menurun karena pori-pori adsorben sudah jenuh.
Kualitas hasil pemurnian menurun (kontaminan ikut terbawa).
Tekanan aliran fluida bisa meningkat (pressure drop) akibat pori tersumbat.
Umur pakai peralatan menurun karena beban kerja lebih berat.
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Fungsi utama: Menyerap uap air (desikan) dari aliran gas, sehingga gas menjadi kering.
Contoh: Pemurnian gas alam sebelum dikompresi, pemurnian udara instrumen, dan gas industri seperti nitrogen atau oksigen agar tidak mengandung kelembapan.
Cara kerja: Molekul air menempel pada permukaan berpori silika gel melalui adsorpsi fisik.
3. Pengaruh suhu dan fungsi dari adsorber hamparan tetap
Pengaruh suhu:
Suhu terlalu tinggi → kapasitas adsorpsi menurun (karena ikatan molekul lebih mudah lepas).
Suhu terlalu rendah → kapasitas meningkat, tapi kecepatan difusi molekul ke pori bisa melambat.
Fungsi: Menghilangkan kontaminan dari fluida dengan cara melewatkan fluida melalui lapisan adsorben yang tetap diam (tidak bergerak).
4. Contoh dan fungsi adsorber hamparan tetap
Contoh: Kolom pengering udara dengan silika gel, karbon aktif untuk pemurnian air, molecular sieve untuk pemurnian gas alam.
Fungsi:
Menyerap uap air, gas beracun, atau zat warna dari cairan/gas.
Digunakan dalam proses pemurnian, pengeringan, dan penghilangan bau.
5. Untuk memurnikan VCO (Virgin Coconut Oil) menggunakan adsorber apa?
Biasanya digunakan karbon aktif (activated carbon) untuk menyerap warna, bau, dan zat pengotor.
Bisa juga digunakan silika gel atau zeolit alam tergantung target kemurnian.
6. Efisiensi dan kelemahan masing-masing proses pengoperasian adsorpsi
Adsorpsi fisik:
Efisiensi: Cepat, regenerasi mudah.
Kelemahan: Kapasitas rendah untuk molekul tertentu, dipengaruhi suhu dan tekanan.
Adsorpsi kimia:
Efisiensi: Ikatan kuat, mampu menangkap molekul spesifik.
Kelemahan: Regenerasi sulit, sering kali adsorben sekali pakai.
Adsorber hamparan tetap:
Efisiensi: Stabil, desain sederhana.
Kelemahan: Jika jenuh, seluruh bed harus diganti atau diregenerasi.
Adsorber moving bed / fluidized bed:
Efisiensi: Kontinyu, dapat regenerasi online.
Kelemahan: Desain dan operasi lebih kompleks.
7. Contoh penerapan adsorpsi di industri
Pemurnian gas alam (menghilangkan H₂S dan uap air dengan molecular sieve).
Pemurnian air minum (menghilangkan bau/warna dengan karbon aktif).
Pemisahan udara menjadi nitrogen dan oksigen (PSA – Pressure Swing Adsorption).
Pemurnian minyak goreng (karbon aktif untuk menyerap warna dan bau).
Industri farmasi (pemurnian pelarut organik).
Industri makanan (penghilangan kafein pada kopi – decaffeination).
Kelompok 4
BalasHapusKeyla Adrika R. / XI TKI 1 (30)
1. Akibat jika adsorpsi tidak diregenerasi tepat waktu
Kapasitas adsorben menurun karena jenuh.
Efisiensi pemurnian turun, pengotor masih lolos.
Tekanan diferensial naik, aliran tersumbat.
Peralatan downstream berisiko rusak.
2. Penggunaan silica gel dalam proses pemurnian gas
Menghilangkan uap air dari gas.
Prinsip adsorpsi fisik pada permukaan berpori.
Proses: gas lembap → melewati kolom silica gel → air teradsorpsi → gas kering.
Regenerasi: pemanasan 120–150 °C atau purging gas kering panas.
3. Pengaruh suhu & tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu rendah → kapasitas adsorpsi tinggi (karena eksotermis).
Suhu tinggi → kapasitas turun.
Tekanan tinggi → laju adsorpsi meningkat.
4. Contoh & fungsi adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber)
Contoh: kolom pengering udara berisi silica gel, kolom karbon aktif gas buang.
Fungsi: fluida mengalir melalui lapisan adsorben tetap untuk menangkap pengotor.
5. Adsorben untuk menjernikan VCO
Zeolit alam teraktivasi, bentonit, atau karbon aktif.
6. Efisiensi & kelembapan PPA
Silica gel: efisiensi ±95%, kelembapan akhir <0,01% (dew point −40 °C).
Molecular sieve: efisiensi >99%, kelembapan akhir sangat rendah (dew point −60 °C).
Activated alumina: efisiensi ±90–95%, kelembapan akhir ±−40 °C dew point.
7. Contoh penerapan adsorpsi di industri
Pengeringan gas alam (molecular sieve).
Pemurnian udara laboratorium.
Penyisihan merkuri dari gas buang.
Penghilangan bau industri makanan/minuman.
Penjernihan VCO, minyak goreng, dan gula.
DAVIN JUNIO CAESARO / 16 / XI-TKI-1
Hapus1. - Jika adsorben tidak di regenerasi maka yang terjadi antara lain adalah :
1.Penurunan kapasitas adsorpsi
2.Kerusakan adsorben lebih cepat
3.Kualitas hasil pemurnian menurun
4.risiko tumbuhnya mikroorganisme
2. -Silika gel yang berbentuk padat berpori sebagai adsorben digunakan untuk pengeringan dalam pemurnian gas dengan melewatkan gas melalui kolom berisi butiran silika gel. Pori-porinya menyerap uap air sebagai zat pengotor, yang biasanya berasal dari kelembapan alami gas, kondensasi, atau sisa proses produksi, sehingga gas menjadi lebih murni. Setelah jenuh, silika gel diregenerasi dengan pemanasan agar dapat digunakan kembali.
3. Proses adsorpsi dengan pengaruh suhu dan tekanan menghasilkan panas. Panas ini dilepaskan ketika satu mol adsorbat diadsorpsi, dan keseluruhan proses ini dikenal sebagai entalpi. Entalpi bernilai negatif karena adsorpsi merupakan fenomena eksotermik. Pergerakan molekul terbatas selama proses adsorpsi, sehingga entalpinya rendah. Ketika tekanan dan suhu berada pada kondisi yang sama, adsorpsi merupakan proses spontan.
4. Contoh adsorber hamparan tetap:
-Kolom pengering udara dengan silika gel sebagai adsorben tetap.
-Filter karbon aktif dalam pemurnian gas untuk menyerap bau dan zat organik.
Fungsi adsorber hamparan tetap:
Menyaring atau menghilangkan zat pengotor dari gas atau cairan dengan cara adsorpsi pada permukaan adsorben yang tetap di dalam kolom.
Menjaga kestabilan proses karena adsorben tidak bergerak sehingga aliran fluida bisa terkontrol.
Memudahkan proses regenerasi dan pemeliharaan adsorben tanpa perlu mengganti seluruh isi kolom.
5. Untuk menjernihkan biasanya digunakan adsorber seperti tanah liat aktif atau karbon aktif. Adsorben ini berfungsi menyerap warna, bau, dan zat pengotor dalam minyak sehingga membuat VCO menjadi lebih jernih dan stabil. Proses ini biasa disebut bleaching dan sering menggunakan adsorben dalam bentuk hamparan tetap.
6. Efisiensi dan kelemahan pengoperasian adsorber hamparan tetap
1.Efisiensi:
-Proses stabil dan cocok untuk operasi kontinu.
-Aliran fluida terkontrol sehingga kontak antara adsorben dan zat pengotor maksimal.
2.Kelemahan:
-Adsorben cepat jenuh sehingga perlu regenerasi rutin.
-Regenerasi memerlukan waktu dan biaya tambahan.
-Tidak fleksibel untuk variasi beban dan jenis zat pengotor.
7. Contoh penerapan adsorpsi di bidang industri:
1.Pengolahan udara dan gas: Menghilangkan uap air, gas beracun, dan bau menggunakan silika gel atau karbon aktif.
2.Pengolahan air: Menghilangkan warna, bau, dan zat organik dari air minum dengan karbon aktif.
3.Industri minyak: Memurnikan minyak, seperti bleaching minyak kelapa sawit atau VCO menggunakan tanah liat aktif.
4.Industri farmasi: Memisahkan atau menghilangkan zat pengotor dalam proses produksi obat.
5.Industri kimia: Memurnikan bahan baku atau produk dengan mengadsorpsi senyawa tidak diinginkan.
Gusti Ayu Putu K. (26)
Hapus1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas adsorpsi menurun karena adsorben jenuh, sehingga proses pemurnian atau pemisahan menjadi kurang efektif dan bisa menimbulkan penurunan kualitas produk serta peningkatan biaya operasional.
2. Silica gel digunakan dalam pemurnian gas untuk menyerap uap air dan kelembapan agar gas menjadi kering, mencegah korosi dan kerusakan pada peralatan berikutnya.
3. Suhu tinggi biasanya menurunkan kemampuan adsorpsi karena adsorpsi eksotermik, sedangkan tekanan tinggi meningkatkan adsorpsi pada gas karena mendorong molekul gas menempel pada permukaan adsorben.
4. Adsorber hamparan tetap berupa lapisan padat adsorben yang tidak bergerak, contohnya bed filter. Fungsinya untuk menyaring atau menyerap zat tertentu dari aliran cair atau gas secara kontinu.
5. Untuk menjernihkan VCO biasanya digunakan karbon aktif sebagai adsorben untuk menghilangkan warna dan bau tidak diinginkan.
6. Efisiensi PPA (Pengolahan Pelarut Aktif) tinggi dalam menyerap zat tertentu, tapi kelemahannya bisa mahal, membutuhkan regenerasi rutin, dan adsorben bisa rusak jika dipakai berulang.
7. Contoh penerapan adsorpsi industri: penghilangan uap organik di pabrik kimia, pengeringan gas dengan silica gel, pemurnian air menggunakan karbon aktif, serta penyaringan udara di ruang bersih.
khanza salwa azzahra(32)
BalasHapus1.
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
2.
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
3.
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
4.
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
5.
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
6.
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
khanza salwa azzahra(32)
BalasHapus1. Jelaskan tentang absorpsi kimia
Absorpsi kimia adalah proses pemisahan gas dari campurannya menggunakan pelarut cair, di mana terjadi reaksi kimia antara komponen gas yang diinginkan dengan pelarut. Gas akan larut dalam cairan dan bereaksi membentuk senyawa baru, sehingga pemisahan menjadi lebih selektif dan efisien. Contoh: penyerapan CO₂ dengan larutan amina (MEA).
2. Dalam mengolah pelarut untuk melepas gas hasil absorpsi melalui proses pemanasan, metode regenerasi yang digunakan pelarut apa?
Metode regenerasi pelarut dengan pemanasan biasanya digunakan pada pelarut kimia reaktif seperti larutan amina (misalnya Monoethanolamine / MEA, Diethanolamine / DEA). Pemanasan memecah ikatan kimia antara gas terlarut (misalnya CO₂ atau H₂S) dengan pelarut, sehingga gas dilepaskan dan pelarut dapat digunakan kembali.
3. Fungsi absorpsi dalam industri
Pemisahan gas (misalnya CO₂ removal pada gas alam)
Pengendalian polusi udara (menyerap SO₂ dari gas buang cerobong)
Pemurnian produk (menghilangkan kontaminan pada aliran proses)
Pengambilan bahan berharga (menangkap uap pelarut organik untuk didaur ulang)
Pengendalian kelembapan (dalam pengolahan udara)
4. Perbedaan absorben reaktif & non-reaktif
Jenis Karakteristik Contoh
Reaktif Terjadi reaksi kimia antara gas dengan pelarut, selektif, biasanya membutuhkan regenerasi termal Larutan amina, larutan NaOH
Non-reaktif Hanya terjadi pelarutan fisik tanpa reaksi kimia, biasanya dioperasikan pada suhu rendah & tekanan tinggi Air, pelarut organik (metanol, propilen karbonat)
5. Apakah absorben hanya berupa cairan?
Tidak. Walaupun pada umumnya absorben berupa cairan, ada juga absorben padat untuk aplikasi tertentu, namun prosesnya biasanya disebut adsorpsi. Dalam konteks absorpsi murni, fase absorben adalah cairan, tetapi ada bentuk hybrid seperti membran cair atau cairan ionik.
6. Cara menangani fenomena foaming dalam kolom absorpsi dan dampaknya jika tidak ditangani
Foaming = terbentuknya busa berlebihan akibat kontaminan, zat aktif permukaan (surfactant), atau degradasi pelarut.
Cara mengatasi:
Menjaga kebersihan pelarut dan mencegah kontaminasi minyak/padat
Menggunakan anti-foaming agent
Mengontrol laju alir gas dan cairan agar tidak terlalu tinggi
Melakukan filtering atau purging pelarut secara berkala
Dampak jika tidak ditangani:
Efisiensi absorpsi menurun
Flooding pada kolom (pelarut terbawa naik bersama gas)
Tekanan diferensial meningkat sehingga bisa merusak peralatan
Kualitas produk gas menurun
khairina nasyiefa u.k (31)
1. Efisiensi menurun drastis, produk menjadi terkontaminasi, biaya operasional meningkat, dan adsorben bisa rusak permanen.
2. Silika gel digunakan untuk mengeringkan gas dengan menyerap uap air, mencegah korosi dan penyumbatan pada pipa.
3. Pengaruh Suhu: Suhu tinggi menurunkan efisiensi adsorpsi tapi penting untuk regenerasi. Suhu rendah meningkatkan efisiensi adsorpsi.
Fungsi: Memurnikan fluida secara kontinu dengan memisahkan komponen yang tidak diinginkan melalui unggun padatan adsorben
4. Contoh: Kolom pengeringan gas alam dengan silika gel, filter karbon aktif untuk pemurnian air.
Fungsi: Memungkinkan operasi pemurnian skala besar yang efisien dan kontinu.
5. Menggunakan karbon aktif. Fungsinya untuk menyerap zat warna, bau, rasa tidak enak, dan kontaminan lain agar VCO menjadi lebih jernih dan berkualitas.
6. Adsorber Tangki Aduk: Efisien karena kontak maksimal, tapi mahal dan berisiko merusak adsorben.
Adsorber Unggun Tetap: Efisien dan ideal untuk skala besar, tapi butuh banyak kolom dan rentan terhadap penurunan tekanan serta channeling.
7. Industri Gas: Pengeringan gas alam.
Industri Makanan: Penjernihan sirup gula dan minyak nabati.
Industri Lingkungan: Pengolahan air limbah.
DEVITA APRILIANA
BalasHapusXI TKI-1/17
1. Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitas penyerapan (adsorpsi) akan menurun karena pori-porinya sudah penuh oleh zat teradsorpsi. Akibatnya:
- Efisiensi proses menurun.
- Produk yang dihasilkan tidak murni.
- Tekanan operasi bisa meningkat (karena aliran terhambat).
- Umur adsorben menjadi lebih pendek.
2. Silika gel digunakan untuk menghilangkan uap air atau kelembapan dari gas. Prosesnya:
- Gas dialirkan melalui lapisan silika gel.
- Molekul air menempel pada permukaan pori silika gel.
- Gas keluar dalam keadaan kering dan lebih murni.
- Silika gel efektif karena punya luas permukaan besar dan daya serap tinggi terhadap uap air.
3. Suhu: Adsorpsi umumnya eksotermis, jadi semakin tinggi suhu → kapasitas adsorpsi menurun. Suhu rendah lebih menguntungkan.
- Tekanan: Untuk adsorpsi gas pada padatan, semakin tinggi tekanan (pada suhu tetap) → jumlah zat yang teradsorpsi meningkat, sampai titik jenuh tercapai.
4. Pada hamparan tetap (fixed bed), adsorben diam di dalam kolom dan fluida (gas atau cairan) dialirkan melaluinya.
- Fungsi: Memisahkan atau memurnikan komponen campuran.
- Proses: Fluida masuk dari satu ujung kolom → melewati lapisan adsorben → komponen yang diinginkan menempel di permukaan adsorben → fluida keluar dalam keadaan sudah dipisahkan. Ketika adsorben jenuh, dilakukan regenerasi atau penggantian.
5. VCO (Virgin Coconut Oil) biasanya dijernihkan dengan karbon aktif atau zeolit alami. Karbon aktif efektif menyerap warna, bau, dan kotoran mikroskopis tanpa merusak kandungan nutrisi.
6. Hamparan Tetap (Fixed Bed)
- Efisiensi: Pemisahan tinggi, cocok untuk aliran besar dan waktu kontak lama.
- Kelemahan: Regenerasi sulit, resistensi aliran besar.
- Hamparan Bergerak (Moving Bed)
- Efisiensi: Regenerasi mudah, operasi berkesinambungan.
- Kelemahan: Desain dan kontrol sistem lebih rumit.
- Hamparan Tertinggal (Fluidized Bed)
- Efisiensi: Kontak adsorben–fluida optimal, pencampuran merata.
- Kelemahan: Konsumsi energi tinggi, abrasi adsorben.
7. Industri makanan: Pemurnian gula dengan karbon aktif.
- Industri minuman: Penyaringan warna dan bau pada air minum.
- Industri farmasi: Pemisahan zat aktif dari campuran ekstrak.
- Industri gas: Pemurnian gas alam (menghilangkan CO₂ & H₂S).
- Industri minyak: Pemurnian minyak goreng atau VCO.
Bilqis Salsabila N. / XI TKI-1 (11)
BalasHapus1. Akibat jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu
Kalau adsorben nggak diregenerasi sesuai jadwal, pori-porinya akan penuh oleh molekul yang diadsorpsi, sehingga kapasitasnya turun drastis. Akibatnya, proses pemisahan/pemurnian jadi tidak efektif, kualitas produk menurun, dan bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan karena aliran yang terganggu.
2. Penggunaan silika gel dalam proses pemurnian gas
Silika gel digunakan untuk menyerap uap air (dehumidifikasi) dari aliran gas agar gas menjadi kering. Biasanya dipakai di sistem pemurnian gas industri, seperti pemurnian udara tekan atau gas alam, supaya menghindari korosi dan pembekuan di pipa.
3. Pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses adsorpsi
Suhu: Adsorpsi umumnya lebih efektif pada suhu rendah karena sifatnya eksotermis. Kalau suhu naik, kapasitas adsorpsi menurun.
Tekanan: Untuk gas, semakin tinggi tekanan, semakin besar jumlah molekul yang teradsorpsi (hingga mencapai titik jenuh).
4. Contoh dan fungsi adsorber hamparan tetap (fixed bed adsorber)
Contoh: Kolom adsorber berisi karbon aktif untuk menghilangkan bau dan warna dari air.
Fungsi: Menyaring aliran fluida yang melewati lapisan adsorben yang tetap diam, sehingga kontaminan terperangkap di permukaan adsorben.
5. Adsorben untuk menjernihkan VCO (Virgin Coconut Oil)
Biasanya digunakan zeolit aktif, bentonit, atau karbon aktif untuk menghilangkan warna, bau, dan kotoran halus pada VCO.
6. Efisiensi & kelemahan masing-masing pengoperasian peralatan adsorpsi
Fixed Bed Adsorber
Efisiensi: Kapasitas tinggi, desain sederhana.
Kelemahan: Harus dihentikan saat regenerasi, aliran bisa terhambat jika adsorben jenuh.
Moving Bed Adsorber
Efisiensi: Regenerasi bisa terus dilakukan tanpa menghentikan operasi.
Kelemahan: Desain dan perawatan lebih rumit.
Fluidized Bed Adsorber
Efisiensi: Kontak antara adsorben dan fluida sangat baik, proses cepat.
Kelemahan: Boros energi, risiko keausan adsorben tinggi.
7. Contoh penerapan adsorpsi di industri
Pemurnian gas alam dari H₂S menggunakan karbon aktif atau zeolit.
Penghilangan bau dan warna dalam industri makanan/minuman.
Pemisahan komponen udara (O₂, N₂) dengan zeolit.
Penjernihan air limbah industri.
Fitri Nikita Rachmawaty (25)
BalasHapus1.Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu gas ke dalam fase cair yang disertai reaksi kimia antara gas (absorbat) dengan cairan penyerap (absorben).
2.Umumnya digunakan pelarut kimia reaktif seperti larutan amina (MEA, DEA) atau larutan karbonat yang bisa diregenerasi dengan pemanasan (thermal regeneration).
3.Memurnikan gas produk,Menghilangkan komponen gas berbahaya,Menangkap zat berharga dari aliran gas.
4.Absorben reaktif: bereaksi secara kimia dengan gas yang diserap, meningkatkan kapasitas penyerapan. Contoh: MEA untuk CO₂.
Absorben non-reaktif: hanya melarutkan gas secara fisik tanpa reaksi kimia. Contoh: air untuk menyerap NH₃, minyak untuk menyerap hidrokarbon ringan.
5.Tidak,Walaupun umumnya berupa cairan, absorben juga bisa berbentuk padat yang larutkan gas (misalnya padatan cair pada suhu operasi tertentu) atau cairan kental seperti minyak berat. Namun, untuk proses absorpsi gas di industri, fase cair adalah yang paling umum digunakan karena efisiensinya tinggi.
6.Penanganan:
•Gunakan anti-foaming agent (bahan kimia penghilang busa).
•Jaga kebersihan pelarut dari minyak, partikel padat, atau kontaminan lain yang memicu busa.
Dampak jika tidak ditangani:
•Penurunan efisiensi penyerapan.
•Tekanan kolom meningkat → risiko kerusakan peralatan.
andhin kirana yudha(04)
BalasHapus1. Penjelasan tentang metode destilasi:
Destilasi adalah metode pemisahan campuran zat berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prosesnya melibatkan pemanasan campuran sehingga komponen yang lebih mudah menguap akan berubah menjadi uap, lalu uap tersebut didinginkan dan dikondensasi kembali menjadi cairan. Tujuan utama destilasi adalah memisahkan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan volatilitasnya.
2. Hasil akhir bentuk/tekstur ekstraksi cair-cair:
Praktikum ekstraksi cair-cair akan menghasilkan dua fase cairan yang terpisah. Satu fase adalah larutan air, dan fase lainnya adalah pelarut organik. Kedua fase ini akan terlihat berbeda secara visual, misalnya warna atau kejernihan, dan akan terpisah di corong pemisah. Bentuk akhir akan tergantung pada jenis pelarut organik yang digunakan dan senyawa yang diekstraksi.
3. Memastikan pemisahan fase sempurna dan parameter uji:
Untuk memastikan pemisahan fase terjadi sempurna tanpa kehilangan kafein, beberapa hal perlu diperhatikan:
Pemilihan pelarut: Gunakan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air dan memiliki kemampuan melarutkan kafein dengan baik.
Keseimbangan: Biarkan fase cair dan organik bercampur dengan baik di corong pemisah (dengan cara dikocok) dan kemudian didiamkan beberapa saat hingga fase terpisah sempurna.
Pengulangan: Lakukan ekstraksi beberapa kali dengan pelarut organik baru untuk memastikan semua kafein terambil.
Parameter uji: Uji kandungan kafein dalam larutan air sebelum dan sesudah ekstraksi menggunakan metode seperti kromatografi (misalnya Kromatografi Cair Kinerja Tinggi/KCKT) untuk mengetahui jumlah kafein yang terambil.
4. Resiko penggunaan pelarut organik dalam K3:
Penggunaan pelarut organik dalam ekstraksi cair-cair dapat menimbulkan resiko, terutama dalam konteks Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3):
Mudah terbakar: Banyak pelarut organik bersifat mudah terbakar dan dapat menyebabkan kebakaran jika tidak ditangani dengan hati-hati.
Beracun: Beberapa pelarut organik berbahaya jika terhirup, tertelan, atau terkena kulit.
Iritasi: Pelarut organik dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan.
Dampak lingkungan: Pembuangan limbah pelarut organik yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan.
5. Tujuan ekstraksi cair-cair dalam industri:
Ekstraksi cair-cair memiliki berbagai tujuan penting dalam industri:
Pemurnian produk: Memisahkan senyawa yang diinginkan dari campuran yang tidak diinginkan untuk mendapatkan produk yang lebih murni.
Peningkatan nilai tambah: Memisahkan senyawa berharga dari bahan baku yang murah untuk meningkatkan nilai produk.
Pemisahan produk samping: Memisahkan produk samping yang tidak diinginkan dari produk utama untuk mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi proses.
Konsentrasi senyawa: Meningkatkan konsentrasi senyawa target dalam larutan untuk memudahkan proses selanjutnya
Fitri Nikita Rachmawaty (25)
BalasHapus1.Macam-macam fluida:
A. Fluida ideal → tidak memiliki viskositas & inkompresibel (teori saja, tidak ada di dunia nyata).
B. Fluida nyata → memiliki viskositas & bisa mengalami kompresibilitas (air, minyak, udara).
C. Fluida Newtonian → viskositas konstan terhadap laju geser (contoh: air, udara, oli ringan).
D. Fluida Non-Newtonian → viskositas berubah tergantung laju geser (contoh: cat, darah, lumpur).
Macam-macam viskositas:
A. Viskositas Dinamis (μ) → tahanan internal fluida terhadap aliran, satuan Pa·s atau cP.
B. Viskositas Kinematis (ν) → perbandingan viskositas dinamis dengan densitas, satuan m²/s atau cSt.
2.Tantangan utama:
A.Risiko penyumbatan sensor/pipa.
B.Gelembung udara atau partikel padat mempengaruhi akurasi.
C.Perubahan densitas & viskositas membuat kalibrasi sulit.
Alat ukur yang direkomendasikan:
A.Magnetic flow meter (tidak ada bagian bergerak, cocok untuk cairan konduktif).
B.Ultrasonic flow meter (untuk aliran kotor/berpartikel).
C.Coriolis flow meter (akurasi tinggi, ukur massa langsung).
3.Laminar → aliran teratur, partikel bergerak sejajar, dominasi gaya viskositas, Re < 2000.
Turbulen → aliran tidak teratur, banyak pusaran (eddy), dominasi gaya inersia, Re > 4000.
Cara mengetahui → hitung Bilangan Reynolds (Re).
4.Soal:
Air mengalir dari tangki tertutup ke pipa horizontal.
Tekanan di titik 1 = 250 kPa, kecepatan = 3 m/s,
Tekanan di titik 2 = 200 kPa, ketinggian sama.
Hitung kecepatan di titik 2!
(ρ = 1000 kg/m³)
Jawab:
Rumus Bernoulli:
(P1 / ρg) + (v1² / 2g) = (P2 / ρg) + (v2² / 2g)
Substitusi:
(250000 / 9810) + (3² / 19,62) = (200000 / 9810) + (v2² / 19,62)
25,48 + 0,46 = 20,39 + (v2² / 19,62)
25,94 - 20,39 = (v2² / 19,62)
5,55 × 19,62 = v2²
v2² = 108,88
v2 = 10,43 m/s
Jawaban:
v₂ = 10,43 m/s
5.Jenis fluida (Newtonian atau non-Newtonian).
Viskositas & densitas.
Suhu & tekanan operasi.
Kebersihan fluida (ada partikel atau tidak).
Jenis & kalibrasi alat ukur.
Kecepatan dan pola aliran (laminar/turbulen).
6.Densitas (ρ) → massa per satuan volume fluida, satuan kg/m³. Dipengaruhi oleh temperatur & tekanan.
Temperatur → ukuran tingkat panas suatu zat, mempengaruhi sifat fisik fluida seperti viskositas, densitas, dan tekanan uap.
andhin kirana yudha(04)
BalasHapusNomor 1
- Macam-macam fluida
1.Fluida cair adalah fluida yang memiliki volume tetap namun bentuknya berubah mengikuti wadahnya.
2.Fluida gas adalah fluida yang dapat berubah volume dan bentuk sesuai dengan wadahnya.
3.Fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrostatika.
4.Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak atau mengalir. Materi ini dipelajari dalam cabang ilmu hidrodinamika.
- Macam-macam viskositas
-Viskosits ada dua macam yaitu viskositas dinamik dan viskositas kinematik.
Nomor 2
Mengukur fluida yang kental itu sulit karena aliran tidak merata, kekentalan dapat ikut berubah jika suhunya berubah,
bentuknya yang kental bisa menyumbat karena fluida bisa meninggalkan endapan. Dan alat ukur yang Direkomendasikan antara lain Coriolis Mass Flow Meter, Positive Displacement Flow Meter, Magnetic Flow Meter.
Nomor 3
-Perbedaan utama antara aliran laminar dan aliran turbulen adalah pada pola gerakan partikel fluidanya.
Pada aliran laminar, partikel fluida bergerak dengan sangat rapi dan teratur dalam lapisan-lapisan yang sejajar, tanpa saling menabrak. Pola ini seperti barisan yang tenang dan lurus, dan biasanya terjadi pada kecepatan yang rendah. Sebaliknya, pada aliran turbulen, partikel fluida bergerak secara acak dan tidak beraturan, menciptakan pusaran-pusaran kecil yang kacau. Pola ini seperti arus yang bergejolak, dan umumnya terjadi pada kecepatan yang tinggi.
-Untuk mengetahui suatu aliran termasuk yang mana yaitu dengan beberapa langkah antara lain :
MengiIdentifikasi Bidang Aliran, kemudian perhatikan ciri-ciri khusus atau karakteristik yang mewakili, bandingkan dalam seluruh aspek.
Nomor 4
Sebuah pipa berbentuk "S" dialiri air. Luas penampang besar 10 cm² dan penampang kecil 5 cm². Apabila kecepatan aliran air pada pipa besar 2 m/s² dengan tekanan 40 kilopascal maka tekanan pada pipa kecil adalah....
(ρ air = 10³ kg/m²)
Jawaban
1.Rumus debit (A1.v1 = A2.v2)
10 × 2 = 5 × v²
v2 = 4 m/s
2.hukum Bernoulli
- P1 + ρ . g . h1 + 1/2 ρ . v²1 = P2 + ρ . g . h2 + 1/2 ρ . v²2
- 4 × 10⁴ + 10³ × 10 × 0 + 1/2 × 10³ × 2² = P2 + 10³ × 10 × 0,6 + 1/2 × 10³ ×4²
- 40.000 + 2.000 = P2 + 6.000 + 8.000
- 42.000 = P2 + 14.000
- P2 = 28.000
Nomor 5
faktor yang mempengaruhi pengukuran pada fluida yaitu : karakteristik fluida, kondisi aliran, dan pemasangan alat ukur
Nomor 6
Temperatur adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Secara mikroskopis, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari partikel-partikel (atom atau molekul) di dalam benda tersebut. Sedangkan pengertian densitas adalah ukuran seberapa padat suatu zat. Secara sederhana, densitas menunjukkan seberapa banyak massa yang terkandung dalam setiap satuan volume.
andhin kirana yudha(04)
BalasHapus1.
*Absorpsi kimia* adalah proses penyerapan suatu zat (absorbat) oleh zat lain (absorben) melalui reaksi kimia. Proses ini sering digunakan dalam industri untuk menghilangkan atau mengambil komponen tertentu dari campuran gas atau cairan.
2.
Pelarut yang umum digunakan dalam proses regenerasi melalui pemanasan adalah *amina* (seperti MEA atau DEA) untuk menyerap gas asam seperti CO2 dan H2S. Proses regenerasi dilakukan dengan memanaskan larutan yang telah jenuh untuk melepaskan gas yang diserap.
3.
Fungsi absorpsi dalam industri antara lain:
- Menghilangkan gas-gas tidak diinginkan (seperti CO2, H2S) dari campuran gas.
- Mengambil komponen berharga dari gas atau cairan.
- Mengurangi polusi udara dengan menangkap polutan.
4.
- *Absorben reaktif*: Bereaksi secara kimia dengan absorbat untuk meningkatkan efisiensi penyerapan. Contoh: amina untuk menyerap CO2.
- *Absorben non reaktif*: Menyerap absorbat secara fisik tanpa reaksi kimia. Contoh: air untuk menyerap SO2.
5.
Tidak, absorben bisa berupa *cairan* atau *padatan*. Contoh absorben padat adalah zeolit atau karbon aktif yang digunakan untuk menyerap gas atau cairan.
6.
- *Penanganan foaming*:
- Menambahkan *anti-foaming agent* (zat anti-busa).
- Mengatur laju alir gas dan cairan.
- Menggunakan desain kolom yang tepat.
- *Dampak jika tidak ditangani*:
- Penurunan efisiensi penyerapan.
- Kerusakan peralatan akibat banjir (flooding) di kolom.
- Peningkatan biaya operasional karena perawatan tambahan.
Devita Apriliana
BalasHapusXI TKI-1/17
1. Macam-macam fluida:
- Fluida Newtonian → Memiliki viskositas konstan, tidak tergantung pada laju geser. Contoh: air, udara, minyak mineral.
- Fluida Non-Newtonian → Viskositas berubah jika laju geser berubah. Contoh: cat, darah, lumpur, pasta gigi.
b. Macam-macam viskositas:
- Viskositas Dinamis (Absolute Viscosity) → Mengukur tahanan internal fluida terhadap aliran. Satuan: Pa·s atau poise.
- Viskositas Kinematis → Perbandingan antara viskositas dinamis dan densitas fluida. Satuan: m²/s atau stokes.
2. Tantangan utama:
- Risiko penyumbatan pada sensor.
- Pengendapan partikel yang membuat hasil tidak akurat.
- Sulit menjaga aliran stabil.
- Abrasi (aus) pada sensor jika fluida mengandung partikel padat.
- Alat ukur yang direkomendasikan:
- Magnetic Flow Meter → Tidak ada bagian bergerak, cocok untuk fluida kental & berlumpur.
- Ultrasonic Flow Meter → Cocok jika pipa tidak ingin dibuka, bisa clamp-on.
3. Laminar → Aliran tenang, partikel bergerak sejajar, biasanya terjadi pada kecepatan rendah & viskositas tinggi.
- Turbulen → Aliran berputar-putar (vortex), tidak beraturan, biasanya kecepatan tinggi & viskositas rendah.
- Cara mengetahui: Gunakan Bilangan Reynolds (Re):
•Re= puD/μ
•Re < 2000 → Laminar
•Re > 4000 → Turbulen
•2000 ≤ Re ≤ 4000 → Transisi
4. Sebuah pipa horizontal mengalirkan air. Di titik 1, tekanan 200 kPa, kecepatan 2 m/s. Di titik 2, tekanan 150 kPa, kecepatan 5 m/s. Cari perbedaan ketinggian ! Z1 - Z2!
Rumus Bernoulli:
P1/pg 2 + 21 2g P2 + 22 pg 2g
Penyelesaian:
pair = 1000 kg/m³, g = 9,81 m/s².
(2)2 200000 + 1000-9,81 2-9,81 + 21 = 150000 (5)2 + 1000-9,81 2-9,81 + 22
20,39 + 0,204 + z_1 = 15,28 + 1,274 + z_2
20,594 +21= 16,554 + 22
z_1-z_2 = -4,04, \text{m} Artinya, titik 1 4,04 m lebih rendah dari titik 2.
5. Jenis fluida (Newtonian atau Non-Newtonian).
- Viskositas & densitas.
- Tekanan & suhu.
- Kondisi pipa (diameter, kebersihan, bentuk).
- Kecepatan aliran.
- Metode & alat ukur yang digunakan.
6. Densitas (ρ) → Massa per satuan volume fluida. Rumus:
p=m/v
Temperatur → Ukuran derajat panas/dingin suatu zat, mempengaruhi sifat fluida seperti viskositas & densitas.
Devita Apriliana
BalasHapusXI TKI-1/17
1. Absorpsi kimia adalah proses penyerapan suatu gas ke dalam cairan dengan disertai reaksi kimia antara gas yang diserap (solute) dan pelarut (solvent).
- Contoh: Penyerapan CO₂ menggunakan larutan amina (MEA), di mana CO₂ bereaksi membentuk senyawa karbamat.
- Ciri utama: hasil penyerapan menghasilkan senyawa baru sehingga kapasitas penyerapan lebih tinggi dibanding absorpsi fisik.
2. Pelarut reaktif yang sering digunakan untuk regenerasi gas
- Pelarut reaktif = pelarut yang secara kimia bereaksi dengan gas target. Beberapa contoh umum di industri:
- Monoethanolamine (MEA)
- Diethanolamine (DEA)
- Methyl Diethanolamine (MDEA)
- Potassium carbonate (K₂CO₃)
- Aqueous ammonia (NH₃)
3. Memisahkan dan menghilangkan gas pengotor dari aliran gas utama (misalnya menghilangkan CO₂, H₂S dari gas alam).
- Mengurangi emisi gas berbahaya ke lingkungan.
- Meningkatkan kemurnian produk gas yang dihasilkan.
- Mengendalikan proses kimia agar tidak terganggu oleh kontaminan gas.
4. Jenis Absorben Karakteristik Contoh Keunggulan Kekurangan
- Reaktif Bereaksi secara kimia dengan gas MEA, DEA, K₂CO₃ Kapasitas penyerapan tinggi, selektif Perlu energi lebih untuk regenerasi, pelarut mudah terdegradasi
- Non-reaktif Tidak bereaksi kimia, hanya melarutkan gas secara fisik Air, minyak mineral, pelarut organik Mudah diregenerasi, stabil Kapasitas penyerapan rendah, dipengaruhi tekanan & suhu
5. Tidak. Absorben dapat berupa:
- Cairan (paling umum, misalnya air, larutan amina)
- Padat (misalnya zeolit, silica gel — meski ini lebih dikenal dalam adsorpsi, ada juga padatan berpori yang digunakan dalam absorpsi tertentu)
- Campuran cairan-padat dalam slurry absorber
- Namun, dalam absorpsi kimia industri, yang paling umum adalah bentuk cair karena kemudahan kontak dengan gas.
6. Foaming = pembentukan busa berlebihan di kolom absorpsi.
- Penyebab umum: adanya kontaminan organik, partikel padat, degradasi pelarut, atau pelarut yang terlalu kental.
- Cara menangani:
- Menambahkan antifoam agent (bahan kimia anti-busa).
- Menjaga kebersihan pelarut dengan filtrasi & purifikasi berkala.
- Mengontrol konsentrasi pelarut agar tidak terlalu tinggi.
- Mengurangi kontaminan masuk ke sistem.
- Dampak jika tidak ditangani:
- Penurunan efisiensi penyerapan.
- Gangguan aliran & kenaikan tekanan dalam kolom.
- Risiko cairan terbawa ke atas (carry-over) yang merusak peralatan downstream.
KELOMPOK 5
BalasHapus1. Apa kelemahan dari masing-masing mixer mekanis dan pneumatik
2. Kalau pencampuran dilakukan terlalu lama, apa dampak negatifnya terhadap bahan kimia tersebut
3. Apa perbedaan campuran homogen dan heterogen
4. Apa perbedaan turbulen mixing dan lamina mixing
5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari dan mana yang berbahaya atau tidak
6. Apa yang menyebabkan asam masuk aerosol dan apa yang membedakan dengan gas murni
7. kalau pencampuran menimbulkan banyak busa, apa yang harus dilakukan
Andi Azahra Jannati
HapusXI TKI 1 /05
1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
DINDA NAZILATUL F
Hapus1. Kelemahan mixer mekanis: butuh energi listrik lebih besar, ada keausan komponen, perawatan rutin.
Kelemahan mixer pneumatik: efisiensi energi rendah, butuh suplai udara bertekanan, kebisingan tinggi.
2. Pencampuran terlalu lama dapat menyebabkan degradasi bahan, perubahan sifat kimia, reaksi tak diinginkan, atau pemborosan energi.
3. Campuran homogen: komponennya menyatu merata dan tidak bisa dibedakan mata (contoh: larutan gula).
Campuran heterogen: komponen masih terlihat terpisah (contoh: pasir dan air).
4. Turbulen mixing: aliran acak dan cepat, pencampuran cepat dan merata.
Laminar mixing: aliran teratur dan pelan, pencampuran lambat.
5. Contoh pencampuran gas: udara pernapasan (aman), gas LPG dengan udara (berbahaya), oksigen di rumah sakit (aman jika terkontrol).
6. Asam jadi aerosol karena terbawa tetesan cairan kecil di udara; bedanya dengan gas murni adalah aerosol berupa partikel cair di udara, sedangkan gas murni bentuknya molekul bebas.
7. Jika banyak busa: kurangi kecepatan pengadukan, gunakan antifoam/defomer, atau ubah desain mixer.
Cecillia salsabila (14)
Hapuspencampuran (mixing) bahan kimia
1. Kelemahan mixer mekanis: memerlukan perawatan yang lebih banyak, dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang dicampur jika tidak digunakan dengan benar. Kelemahan mixer pneumatik: memerlukan sumber udara terkompresi, dapat kurang efektif untuk bahan yang sangat kental atau berat.
2. Dampak negatif pencampuran yang terlalu lama: dapat menyebabkan perubahan sifat fisik atau kimia bahan, seperti degradasi, penguraian, atau reaksi yang tidak diinginkan.
3. Perbedaan campuran homogen dan heterogen: Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagian, sedangkan campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam.
4. Perbedaan turbulen mixing dan laminar mixing: Turbulen mixing melibatkan aliran fluida yang tidak stabil dan berputar-putar, sedangkan laminar mixing melibatkan aliran fluida yang stabil dan berlapis-lapis.
5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari: Udara yang dihirup (tidak berbahaya) dan LPG (berbahaya jika tidak ditangani dengan benar).
6. Asam dapat masuk ke dalam aerosol karena proses kimia atau fisik yang terjadi di atmosfer. Aerosol berbeda dengan gas murni karena aerosol terdiri dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi dalam gas.
7. Jika pencampuran menimbulkan banyak busa, maka dapat dilakukan dengan menambahkan bahan anti-busa atau mengatur kecepatan pencampuran untuk mengurangi pembentukan busa.
Dewa praditya P/18
Hapus1. Kelemahan dari masing-masing mixer
Mixer mekanis (menggunakan motor & impeller):
Boros energi jika viskositas cairan tinggi.
Ada bagian bergerak → butuh perawatan rutin (bearing, seal).
Bisa menghasilkan panas akibat gesekan, berpotensi merusak baan sensitif suhu.
Resiko kontaminasi jika poros/impeller tidak bersih sempurna.
Mixer pneumatik (menggunakan udara tekan):
Tidak cocok untuk cairan sangat kental → daya campur lemah.
Konsumsi udara tekan tinggi → boros jika kompresor kurang efisien.
Tingkat kebisingan lebih tinggi.
Jika udara tidak difilter baik, bisa menimbulkan kontaminasi.
2. Dampak negatif jika pencampuran terlalu lama terhadap bahan kimia
Kerusakan struktur bahan (misalnya polimer bisa terurai).
Perubahan sifat fisik*(warna, viskositas, ukuran partikel).
Overheating→ reaksi kimia tak diinginkan, penguapan bahan volatil.
Degradasi oksidatif jika kontak lama dengan udara.
Pemecahan emulsi atau pembentukan gumpalan pada campuran tertentu.
3. Perbedaan campuran homogen dan heterogen*
Homogen: Komposisi sama di seluruh bagian, tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang.
Contoh: larutan gula dalam air.
Heterogen: Komposisi tidak merata, masih bisa dibedakan dengan mata atau mikroskop.
Contoh: minyak dan air.
4. Perbedaan turbulent mixing dan laminar mixing
Turbulent mixing:
Aliran kacau (tidak teratur).
Efektif untuk pencampuran cepat.
Cocok untuk cairan rendah viskositas.
Laminar mixing:
Aliran teratur, berlapis-lapis.
Cocok untuk cairan kental atau proses yang butuh pencampuran lembut.
Waktu pencampuran lebih lama.
5. Contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari & bahayanya
Contoh:
Udara pernapasan (oksigen + nitrogen) → aman
LPG (propana + butana) di kompor → berbahaya jika bocor.
Gas buang kendaraan (CO, NOx + udara) → berbahayabuntuk kesehatan.
Karbonasi minuman (CO₂ + air) → aman jika dalam batas konsumsi.
6. Penyebab asam masuk ke aerosol & perbedaannya dengan gas murni
Penyebab:
Penguapan larutan asam di udara yang kemudian membentuk tetesan mikro (droplet) → jadi aerosol.
Proses mekanis seperti penyemprotan, bubbling, atau agitasi kuat.
Perbedaan dengan gas murni:
Aerosol: Partikel cair/solid yang melayang di udara, tidak sepenuhnya dalam bentuk molekul gas.
Gas murni: Semua partikel dalam fase gas, bergerak bebas tanpa tetesan cairan.
7. Jika pencampuran menimbulkan banyak busa, yang harus dilakukan:
Turunkan kecepatan pengadukan.
Gunakan anti-foaming agent(bahan anti-busa).
Pilih desain impeller yang menghasilkan geseran rendah (low shear).
* Gunakan vakum atau degassing untuk mengeluarkan udara terperangkap
Davin Junio Caesaro/16/XI-TKI-1
Hapus1. Mixer mekanis boros listrik, bagian bergerak cepat aus dan bisa bocor, shear tinggi merusak bahan sensitif, ada area tidak tercampur jika desain kurang tepat, dan pembersihan lebih sulit. Mixer pneumatik butuh energi besar dari kompresor, bisa memicu oksidasi, kurang efektif untuk cairan kental, mudah berbusa, bising, dan perlu perawatan rutin.
2. Pencampuran terlalu lama dapat merusak struktur bahan, memicu oksidasi dan reaksi samping, menguapkan komponen volatil, mengubah fase seperti emulsi terbalik, menambah risiko kontaminasi, dan menghasilkan busa berlebih.
3. Campuran homogen seragam di seluruh bagian, partikel terdispersi sampai skala molekul, tidak bisa dipisah dengan filtrasi biasa. Campuran heterogen tidak seragam, fase masih terlihat, dan bisa dipisah secara mekanis.
4. Laminar mixing aliran teratur, pencampuran lambat melalui difusi dan shear, cocok untuk fluida kental atau bahan sensitif, hemat energi. Turbulen mixing aliran acak dengan pusaran, mencampur cepat, cocok untuk fluida encer, tapi boros energi dan bisa merusak bahan.
5. Contoh pencampuran gas yang aman dalam kehidupan sehari-hari adalah udara yang kita hirup seperti udara dari AC. Contoh yang berbahaya adalah asap kendaraan yang mengandung karbon monoksida, kebocoran LPG di dapur, dan uap amonia dari pembersih lantai atau toilet.
6. Asam masuk aerosol saat percikan, gelembung pecah, pemanasan, atau reaksi menghasilkan gas dalam larutan. Aerosol adalah partikel kecil padat atau cair di udara, sedangkan gas murni sepenuhnya fase gas. Aerosol dua fase dan sifatnya dipengaruhi partikel dan udara, gas murni satu fase dan sifatnya ditentukan molekul gas.
7. Jika busa berlebih, turunkan kecepatan pengadukan atau ganti impeller, gunakan anti-busa, kurangi masuknya udara atau gas, dan desain peralatan agar minim turbulensi.
Aldyansyah Putra (03)
Hapus1. Mixer mekanis: boros energi untuk fluida viskos tinggi, memerlukan perawatan bearing & seal. Mixer pneumatik: torsi dan kecepatan fluktuatif, bergantung pada suplai udara, efisiensi energi rendah
2. Dapat menyebabkan degradasi termal, reaksi tak diinginkan, perubahan viskositas, dan penurunan kualitas produk akibat geseran berlebih
3. Homogen: komposisi seragam di seluruh bagian (contoh: larutan garam). Heterogen: komposisi tidak seragam, komponen dapat terlihat terpisah (contoh: campuran pasir dan air).
4. Turbulen mixing: aliran acak dengan pencampuran cepat, cocok untuk fluida viskos rendah. Laminar mixing: aliran teratur, pencampuran lambat, cocok untuk fluida viskos tinggi
5. Contoh: udara pernapasan (tidak berbahaya), campuran LPG dan udara (berbahaya karena mudah meledak), oksigen medis dan udara (tidak berbahaya jika sesuai dosis), CO₂ dalam minuman berkarbonasi (umumnya aman).
6. Asam masuk aerosol karena terbentuk partikel cair/ padat terdispersi di udara akibat proses atomisasi atau reaksi kimia di atmosfer; berbeda dari gas murni yang molekulnya dalam fase gas tanpa partikel tersuspensi
7. Kurangi kecepatan pengadukan, gunakan anti-foam agent, atau ubah desain impeller untuk meminimalkan entrainment udara
Lidya Rahmadani (33)
Hapus1. kelemahan mixer mekanik dan pneumatik
- mekanik: butuh perawatan rutin karena ada komponen bergerak (bearing, poros) yang bisa aus; boros energi kalau viskositas cairannya tinggi; bisa menimbulkan panas yang mempengaruhi sifat bahan
- pneumatik: efisiensinya rendah untuk cairan kental; butuh suplai udara tekan stabil; bisa menyebabkan banyak busa kalau cairannya gampang berbusa
2. dampak negatif pencampuran terlalu lama
- bisa merusak struktur kimia (reaksi tidak diinginkan atau degradasi)
- menimbulkan panas berlebih sehingga bahan bisa menguap atau terurai
- buang energi percuma
- bisa memecah atau merusak partikel sensitif seperti emulsi jadi pecah
3. perbedaan campuran homogen dan heterogen
- homogen: komponennya tercampur rata sampai tingkat molekul, tidak bisa dibedakan secara visual, contoh larutan gula dalam air
- heterogen: komponennya tidak tercampur sempurna, masih bisa dibedakan secara visual, contoh pasir dalam air
4. perbedaan turbulen mixing dan laminar mixing
- turbulen: aliran acak dan cepat, cocok untuk pencampuran cepat dan volume besar, gaya inersia dominan
- laminar: aliran teratur dan pelan, cocok untuk cairan kental atau pencampuran yang butuh kontrol, gaya viskositas dominan
5. contoh pencampuran gas dan yang berbahaya atau tidak
- tidak berbahaya: udara dengan aroma parfum, udara dengan uap air dari humidifier, udara dengan oksigen medis jika dosis tepat
- berbahaya: udara dengan gas karbon monoksida dari knalpot, udara dengan gas klorin dari bahan pembersih, udara dengan amonia pekat
6. penyebab asam masuk aerosol dan bedanya dengan gas murni
- asam bisa masuk ke bentuk aerosol jika terbawa partikel cair atau padat kecil di udara, misalnya asam sulfat di kabut industri
- bedanya, gas murni adalah partikel molekul bebas di udara, sedangkan aerosol asam adalah asam yang menempel di partikel kecil (droplet) sehingga lebih iritatif ke saluran pernapasan karena partikel bisa menempel di paru-paru
7. jika pencampuran menimbulkan banyak busa
- turunkan kecepatan pencampuran
- gunakan defoamer atau anti-foam agent
- ganti metode pencampuran ke yang minim aerasi, misalnya menggunakan pengadukan dari bawah atau mixer low-shear
- kurangi masuknya udara ke sistem
Anisa Fitria (07)
Hapus1. Mixer mekanis memiliki kelemahan antara lain membutuhkan tenaga listrik atau mekanis yang cukup besar, dapat merusak partikel halus atau bahan yang sensitif terhadap panas, serta memerlukan perawatan rutin karena adanya komponen yang bergerak. Sementara itu, mixer pneumatik kurang efisien untuk mencampur bahan padat yang berat, boros penggunaan udara tekan, dan pengaturan kecepatannya kurang fleksibel.
2. Pencampuran yang berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan panas akibat gesekan sehingga memicu kerusakan atau perubahan sifat bahan kimia. Struktur bahan juga bisa berubah, misalnya kristal menjadi terlalu halus, dan homogenitas campuran dapat menurun karena partikel justru terpisah kembali.
3. Campuran homogen adalah campuran yang tercampur rata sehingga setiap bagiannya memiliki komposisi yang sama, contohnya larutan gula dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki susunan yang tidak merata dan komponen penyusunnya masih dapat dibedakan, seperti campuran pasir dan air.
4. Pencampuran turbulen ditandai dengan aliran acak berkecepatan tinggi yang menghasilkan pusaran, sehingga prosesnya cepat dan banyak dijumpai pada cairan encer. Sedangkan pencampuran laminar terjadi pada aliran teratur dengan kecepatan rendah, mengandalkan difusi, dan umum ditemukan pada cairan kental sehingga pencampurannya lebih lambat.
5. Beberapa contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari antara lain udara dengan uap parfum yang tidak berbahaya, campuran oksigen dan nitrogen dalam udara yang juga aman, campuran LPG dengan udara yang berisiko meledak, serta campuran karbon monoksida dengan udara yang berbahaya karena bersifat racun.
6. Asam dapat membentuk aerosol ketika larutannya disemprotkan atau menguap sehingga menghasilkan tetesan cair berukuran sangat kecil di udara. Aerosol asam berbeda dengan gas murni karena aerosol mengandung tetesan cairan yang terbawa udara, sedangkan gas murni sepenuhnya berada pada fase gas tanpa partikel cair.
7. Jika pencampuran menghasilkan busa berlebihan, dapat digunakan bahan anti-busa, menurunkan kecepatan pencampuran, atau mengubah desain impeller agar agitasi berkurang. Selain itu, udara yang terperangkap bisa dihilangkan dengan proses vakum atau degassing.
Indri Indira Indahyana/ 27
Hapus1. Mixer mekanis memakai baling-baling dan motor, tetapi boros listrik, bisa merusak bahan sensitif, dan perawatannya mahal. Mixer pneumatik memakai udara tekan, namun kurang kuat untuk bahan kental, butuh kompresor, dan bisa menghasilkan banyak gelembung.
2. Pencampuran terlalu lama bisa menaikkan suhu, merusak sifat kimia, menguapkan zat mudah menguap, dan membuat partikel terlalu halus sehingga sifat produk berubah.
3. Campuran homogen tercampur rata dan komponennya tidak bisa dibedakan, seperti gula dalam air. Campuran heterogen tidak tercampur sempurna dan komponennya masih terlihat, seperti pasir dalam air.
4. Turbulen mixing bercirikan aliran acak dan cepat, cocok untuk cairan encer atau gas. Lamina mixing alirannya teratur dan lambat, cocok untuk cairan kental.
5. Contoh pencampuran gas aman: udara dengan parfum atau aroma masakan. Contoh berbahaya: udara dengan karbon monoksida, klorin, atau uap amonia.
6. Asam menjadi aerosol jika terbawa butiran cair halus saat dipanaskan, disemprot, atau bereaksi. Aerosol asam adalah campuran udara dan droplet cairan, sedangkan gas murni benar-benar fase gas dengan molekul terpisah.
7. Jika busa berlebih, turunkan kecepatan pencampuran, pakai impeller minim turbulensi, tambahkan antifoam, atau ubah metode pencampuran agar busa berkurang.
Danish Akmal Faiz (15)
Hapus1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Abieza Masye PH (01)
Hapus1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Dimas Syaiful Ulum (19)
Hapus1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Arva Alnathan PP (09)
Hapus1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
Angkasa Bagus Sadewa XI TKI 1/06
Hapus1. Kelemahan utama mixer mekanis adalah keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
2. Pencampuran yang terlalu lama dapat menimbulkan dampak negatif berupa degradasi bahan kimia, seperti penguraian molekul yang peka terhadap panas atau gesekan. Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan biaya energi dan berpotensi merusak produk akhir.
3. Perbedaan utama terletak pada penampilannya. Campuran homogen memiliki komposisi yang seragam di seluruh bagiannya, sehingga komponennya tidak dapat dibedakan secara kasat mata, seperti gula yang larut dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen memiliki komposisi yang tidak seragam, di mana komponen-komponennya masih dapat dibedakan, seperti air yang dicampur dengan pasir.
4. Pencampuran turbulen (turbulen mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak secara acak dan tidak teratur, menghasilkan pencampuran yang sangat cepat dan efisien. Sementara itu, pencampuran laminar (lamina mixing) terjadi ketika aliran fluida bergerak dengan teratur dan sejajar, sehingga pencampuran berlangsung lebih lambat dan mengandalkan difusi.
5. Contoh pencampuran gas yang tidak berbahaya adalah udara yang kita hirup, yang merupakan campuran oksigen dan nitrogen. Contoh yang berbahaya adalah gas elpiji (LPG) yang bocor dan bercampur dengan udara, karena campuran ini sangat mudah meledak.
6. Asam masuk ke dalam aerosol ketika gas-gas asam, seperti sulfur dioksida (SO2), bereaksi dengan uap air di udara, membentuk partikel cair kecil yang tersuspensi. Perbedaannya dengan gas murni adalah gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul dan bersifat homogen, sedangkan aerosol adalah campuran heterogen dari partikel padat atau cair yang tersuspensi dalam gas.
7.Jika pencampuran menghasilkan banyak busa, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengurangi kecepatan pencampuran. Jika masalah terus berlanjut, bisa ditambahkan zat antibusa (antifoaming agent) untuk memecah gelembung busa dan mencegah pembentukannya.
1. Kelemahan utama mixer mekanis keterbatasan kapasitas dan efisiensi untuk skala besar atau pencampuran sangat homogen, serta potensi panas berlebih dan kerusakan partikel. Sedangkan mixer pneumatik memiliki kelemahan utama pada kebisingan, risiko kebocoran udara, keterbatasan untuk bahan padat, dan biaya peralatan serta perawatan yang lebih tinggi.
Hapus2. dampak utamanya yang pasti menyebabkan bahan kimia yang di mixing tidak sesuai yang diinginkan karena dalam pencampuran ada beberapa parameter termasuk waktu
3. Perbedaan utama antara campuran homogen dan heterogen terletak pada keseragaman penyusunnya. Campuran homogen tercampur sempurna dan tidak dapat dibedakan lagi zat penyusunnya secara kasat mata, tampak sebagai satu fasa, seperti larutan gula dalam air. Sebaliknya, campuran heterogen tidak tercampur sempurna, zat penyusunnya masih dapat dibedakan dan terlihat memiliki batas yang jelas antara fase-fasenya, seperti campuran air dan pasir.
4. - Turbulen mixing: aliran acak, cepat bercampur, cocok untuk cairan encer.
- Lamina mixing: aliran teratur, bercampur lambat, cocok untuk cairan kental.
5. Contoh pencampuran gas di kehidupan sehari-hari
Tidak berbahaya: udara yang kita hirup (campuran oksigen, nitrogen, dan gas lain).
Berbahaya: kebocoran LPG di dapur (campuran propana & butana dengan udara, mudah terbakar).
6. Campuran heterogen adalah campuran yang komposisinya tidak seragam dan masih bisa dibedakan secara fisik.
Contohnya: air + pasir, susu, kabut (fog), asap.
Dalam pencampuran, campuran heterogen bisa muncul karena:
Perbedaan kelarutan (zat tidak larut sempurna)
Perbedaan fase (padat-cair, cair-cair tak larut, cair-gas)
Partikel cukup besar sehingga tidak menyatu secara molekuler dan bisa terlihat atau mengendap
Aerosol adalah campuran heterogen berupa zat cair atau padat yang tersebar dalam gas.
Jika ada asam dalam bentuk butiran cairan halus yang melayang di udara (misalnya kabut asam sulfat di udara laboratorium), itu termasuk aerosol.
Alasannya: partikel cair asam tidak menyatu sempurna dengan udara, melainkan terdispersi sebagai tetesan mikro yang terpisah fase.
Perbedaan Aerosol dengan Gas Murni
Aerosol Gas Murni
Campuran heterogen: fase cair/padat terdispersi dalam fase gas Hanya terdiri dari satu jenis molekul gas
Partikel cair/padat terlihat di bawah mikroskop, tidak larut sempurna di gas
7. yang pertama kurangi kecepetannya karena jika pengaduka dilakukan secara cepat akan menimbulkan buih yang akan berbusa lalu jika masi berbusa campurkan senyawa yang dapat mengurangi busa
Aqila madu/08/XI TKI 1
Hapus1. Apa kelemahan dari masing-masing mixer mekanis dan pneumatik?
Mixer mekanis: butuh energi listrik besar, bisa aus/rusak karena gesekan, dan perawatan cukup mahal.
Mixer pneumatik: butuh suplai udara bertekanan, lebih bising, dan efisiensinya kadang lebih rendah.
2. Kalau pencampuran dilakukan terlalu lama, apa dampak negatifnya terhadap bahan kimia tersebut?
Kalau pencampuran terlalu lama, bahan bisa rusak, terjadi reaksi yang tidak diinginkan, kualitas menurun, bahkan bisa merusak sifat asli bahan kimia.
3. Apa perbedaan campuran homogen dan heterogen?
Homogen: campuran yang seragam, tidak bisa dibedakan komponennya (contoh: larutan gula dalam air).
Heterogen: campuran yang tidak seragam, masih bisa dibedakan komponennya (contoh: pasir dalam air).
4. Apa perbedaan turbulen mixing dan lamina mixing?
Turbulen mixing: aliran berputar-putar, tidak teratur, pencampuran cepat dan merata.
Lamina mixing: aliran teratur dan sejajar, pencampuran lebih lambat dan kurang merata.
5. Contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari dan mana yang berbahaya atau tidak?
Tidak berbahaya: oksigen dan nitrogen di udara, gas LPG dengan udara untuk masak (kalau terkontrol).
Berbahaya: gas CO (karbon monoksida) bercampur dengan udara, gas klorin, atau kebocoran LPG.
6. Apa yang menyebabkan asam masuk aerosol dan apa yang membedakan dengan gas murni?
Asam bisa masuk ke aerosol karena terbawa oleh butiran cair atau partikel kecil di udara. Bedanya, gas murni hanya terdiri dari molekul gas itu sendiri, sedangkan aerosol bercampur dengan partikel padat/cair di udara.
7. Kalau pencampuran menimbulkan banyak busa, apa yang harus dilakukan?
Kalau muncul banyak busa, bisa ditambahkan antifoam (anti-busa), mengurangi kecepatan pengadukan, atau mengganti metode pencampuran supaya busa tidak berlebihan.
Aulia Nabilla R./10
Hapus1. kelemahan dari mixer mekanis adalah biaya operasional dan perawatan yang lebih tinggi, bisa merusak partikel sensitif karena adanya kontak langsung, dan rentan terjadi masalah segel atau kebocoran. sedangkan, kelemahan dari mixer pneumatik adalah biaya energi yang lebih tinggi untuk kompresi udara, kurang efektif untuk campuran kental atau padat, dan bisa terjadi masalah korosi jika digunakan dengan bahan kimia tertentu.
2. ika pencampuran dilakukan terlalu lama, dampak negatifnya adalah kerusakan pada partikel bahan, meningkatnya suhu yang dapat menyebabkan reaksi kimia yang tidak diinginkan, membuang lebih banyak energi dari yang diperlukan, sehingga tidak efisien, peralatan dapat terkontaminasi sehingga memungkinkan terjadihya kontaminasi pada bahan.
3. campuran homogen adalah campuran di mana komponen-komponennya tercampur secara merata sehingga tidak bisa dibedakan satu sama lain secara visual. dan campuran heterogen adalah campuran di mana komponen-komponennya tidak tercampur secara merata, dan masih bisa dibedakan satu sama lain.
4. turbulen mixing adalah pergerakan fluida yang kacau dan tidak teratur. sedangkan laminar mixing adalah pergerakan fluida yang teratur dan terorganisir
5. contoh pencampuran gas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : udara (tidak berbahaya) asap rokok, gas elpiji (LPG) (keduanya berbahaya).
6. asam bisa masuk ke dalam aerosol ketika asam tersebut terdispersi dalam bentuk partikel padat atau tetesan cairan yang sangat kecil di udara. bedanya dengan gas murni adalah aerosol adalah campuran, di mana fase gas (udara) mengandung partikel padat atau cairan, sedangkan gas murni hanya terdiri dari satu jenis molekul gas.
7. jika pencampuran menimbulkan banyak busa, yang harus dilakukan adalah menurunkan kecepatan putaran mixer, menambahkan zat anti-busa (antifoaming agent), dan mengatur suhu.
Intan Azka A. (28)
Hapus1. Mixer mekanis boros energi, menghasilkan panas, ada zona mati, dan butuh perawatan; sedangkan mixer pneumatik kurang efisien untuk cairan kental, sulit dikontrol, dan bisa menyebabkan kehilangan bahan mudah menguap.
2. Jika pencampuran terlalu lama, dapat merusak bahan karena panas, menimbulkan reaksi samping, mengubah sifat fisik, serta menghasilkan busa berlebih.
3. Campuran homogen tercampur rata dan tidak bisa dibedakan, berbeda dengan heterogen yang masih terlihat fase berbeda.
4. Turbulen mixing cepat karena aliran acak, sedangkan lamina mixing lebih lambat dengan aliran berlapis.
5. Contoh pencampuran gas sehari-hari: udara (aman), CO₂ dalam soda (aman jika diminum), LPG dengan udara (berbahaya jika berlebih), dan asap kendaraan (berbahaya).
6. Asam membentuk aerosol bila terdispersi dalam tetesan cair di udara, berbeda dengan gas murni yang hanya satu fase.
7. Jika pencampuran menimbulkan busa, solusinya memakai anti-foam, mengatur kecepatan, atau menggunakan desain pengaduk khusus.
Jasmine Putri Sanjaya / 29
Hapus1. Mixer mekanis: boros energi, aus/korosi, butuh perawatan.
Mixer pneumatik: efisiensi rendah, terbatas untuk cairan kental.
2. Terlalu lama → degradasi bahan, perubahan sifat kimia/fisika, boros energi.
3. Homogen: campuran rata, tidak bisa dibedakan komponennya.
Heterogen: tidak rata, komponennya masih terlihat/terpisah.
4. Turbulen: aliran acak, pencampuran cepat.
Laminar: aliran teratur, pencampuran lambat.
5. Contoh: udara pernapasan (aman), LPG dengan udara (berbahaya), oksigen dengan nitrogen di rumah sakit (aman).
6. Aerosol terbentuk karena partikel cair/ padat terdispersi dalam gas, beda dengan gas murni yang benar-benar satu fase.
7. Tambah antifoam/defoamer, atur kecepatan pengadukan, atau ubah kondisi operasi.
Devita Apriliana
BalasHapusXI TKI-1/17
1. Mixer mekanis: Membutuhkan energi listrik atau motor yang lebih besar untuk beban besar.
•Bagian bergerak (impeller, poros) rentan aus atau rusak.
•Perawatan lebih sering karena ada komponen mekanik yang kontak langsung dengan bahan.
Mixer pneumatik: Efisiensi energi rendah karena mengandalkan udara tekan.
•Tidak cocok untuk cairan kental karena daya aduknya lebih lemah.
•Suara bising lebih tinggi.
2. Perubahan sifat kimia akibat paparan panas gesekan (reaksi tidak diinginkan).
•Degradasi senyawa sensitif (misalnya vitamin, enzim).
•Over-aerasi → terbentuknya gelembung udara yang mempengaruhi kualitas produk.
•Penguapan pelarut jika proses menghasilkan panas.
3. Homogen: Komposisi seragam di seluruh bagian, tidak terlihat perbedaan antar komponen (contoh: larutan gula dalam air).
•Heterogen: Komposisi tidak seragam, komponen masih bisa dibedakan secara fisik (contoh: pasir dalam air).
4. Turbulen mixing: Aliran fluida acak, bercampur cepat.
•Efektif untuk cairan dengan viskositas rendah.
•Contoh: pengadukan air di dalam ember dengan cepat.
Lamina (laminar) mixing: Aliran teratur, campuran terjadi karena pergeseran lapisan fluida.
•Cocok untuk cairan kental atau laju alir rendah.
•Contoh: mencampur madu perlahan.
5. Tidak berbahaya: Udara di ruangan (campuran nitrogen, oksigen, uap air).
•Berbahaya: Campuran gas CO (karbon monoksida) dengan udara, atau kebocoran LPG di dapur.
6. Penyebab: Asam cair (misalnya H₂SO₄, HCl) terdispersi menjadi tetesan kecil akibat semprotan, reaksi kimia, atau agitasi kuat.
•Perbedaan: Aerosol asam adalah cairan dalam bentuk butiran halus di udara, dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menempel di permukaan.
•Gas murni adalah fase gas sepenuhnya yang tidak memiliki butiran cairan, sifatnya menyebar lebih cepat dan seragam.
7. Kurangi kecepatan pengadukan atau ubah desain impeller.
•Gunakan defomer/antifoam (bahan kimia penghilang busa).
•Gunakan pengadukan vakum untuk mengurangi udara terperangkap.
•Pastikan wadah memiliki ruang bebas di atas cairan untuk menampung busa sementara.
Kelompok 5
BalasHapusKeyla Adrika R. / XI TKI 1 (30)
1. Kelemahan mixer mekanis: butuh listrik, ada keausan komponen, bisa merusak bahan sensitif.
Kelemahan mixer pneumatik: butuh suplai udara tekan, efisiensi rendah untuk cairan kental, kebisingan tinggi.
2. Pencampuran terlalu lama: bisa menyebabkan degradasi bahan, perubahan sifat kimia/fisika, pemborosan energi, dan peningkatan suhu yang tidak diinginkan.
3. Campuran homogen: komposisi seragam, tidak bisa dibedakan kasat mata (contoh: larutan garam).
Campuran heterogen: komposisi tidak seragam, bisa dibedakan kasat mata (contoh: pasir dan air).
4. Turbulen mixing: aliran acak, pencampuran cepat, cocok untuk fluida rendah viskositas.
Lamina mixing: aliran teratur, pencampuran lambat, cocok untuk fluida kental.
5. Contoh pencampuran gas:
Nafas manusia di udara (aman)
Karbon dioksida dalam minuman soda (aman dalam jumlah kecil)
Gas LPG bocor di udara (berbahaya)
6. Asam masuk aerosol: terjadi saat asam diuapkan/tersebar dalam bentuk partikel cair kecil di udara.
Bedanya dengan gas murni: aerosol berbentuk butiran cair di udara, sedangkan gas murni berbentuk molekul bebas.
7. Jika banyak busa: kurangi kecepatan pencampuran, gunakan antifoam (defoamer), atau ubah desain impeller.
khanza salwa azzahra(32)
BalasHapus1. Kelemahan mixer
Mekanik: boros energi, perawatan tinggi, bisa merusak bahan sensitif.
Pneumatik: pencampuran kurang merata untuk bahan kental, butuh suplai udara bertekanan.
2. Pencampuran terlalu lama
Bahan rusak, bereaksi tak diinginkan, tekstur berubah, panas berlebih, dan mudah tercemar.
3. Campuran
Homogen: tercampur rata, sulit dibedakan (contoh: larutan gula).
Heterogen: tidak tercampur rata, mudah dibedakan (contoh: pasir + air).
4. Turbulen vs Lamina
Turbulen: aliran acak, cepat bercampur, cocok cairan encer.
Lamina: aliran teratur, lambat bercampur, cocok cairan kental.
5. Pencampuran gas
Tidak berbahaya: udara (O₂ + N₂).
Berbahaya: kebocoran LPG (propana + butana + udara).
6. Asam masuk aerosol & beda dengan gas murni
Asam bisa jadi aerosol jika terbawa partikel cair/padat halus di udara.
Aerosol: campuran gas + partikel mikroskopis.
Gas murni: hanya molekul gas tanpa partikel lain.
7. Kalau banyak busa
Kurangi kecepatan pengadukan, gunakan anti-busa (defoamer), atau ganti metode pencampuran.
Bilqis Salsabila N. / XI TKI-1 (11)
BalasHapus1. Kelemahan mixer mekanis & pneumatik
Mekanis: butuh energi listrik/tenaga besar, bisa timbul panas berlebih yang memengaruhi bahan sensitif, perawatan komponen (gear, bearing) lebih sering.
Pneumatik: efisiensi pencampuran kadang lebih rendah untuk bahan kental, butuh suplai udara bertekanan, dan bisa menghasilkan kebisingan tinggi.
2. Dampak pencampuran terlalu lama
Bisa memecah struktur bahan (misal partikel jadi terlalu halus → sifat berubah), timbul panas berlebih → bahan rusak/degradasi, dan boros energi tanpa peningkatan kualitas campuran.
3. Perbedaan campuran homogen & heterogen
Homogen: komposisinya seragam, nggak bisa dibedakan mata (contoh: larutan gula).
Heterogen: komposisinya nggak seragam, partikel bisa terlihat terpisah (contoh: pasir dalam air).
4. Perbedaan turbulen mixing & lamina mixing
Turbulen mixing: aliran acak & cepat, pencampuran cepat tapi bisa merusak bahan rapuh.
Lamina mixing: aliran berlapis & teratur, pencampuran lebih lambat tapi aman untuk bahan sensitif.
5. Contoh pencampuran gas & yang berbahaya/tidak
Tidak berbahaya: udara dengan aroma dari pengharum ruangan, oksigen + nitrogen di atmosfer.
Berbahaya: gas CO dari knalpot + udara, gas LPG bocor + udara → mudah terbakar/meledak.
6. Penyebab asam masuk aerosol & perbedaan dengan gas murni
Penyebab: penguapan larutan asam yang bercampur dengan tetesan cairan kecil (misalnya saat penyemprotan atau reaksi kimia yang memercik).
Beda: aerosol mengandung partikel cair/padat di udara, sedangkan gas murni hanya molekul gas tanpa partikel.
7. Kalau pencampuran timbul banyak busa
Gunakan defoamer (anti-busa) atau kurangi kecepatan pencampuran, bisa juga ganti desain impeller supaya aliran nggak terlalu mengaduk permukaan udara.
Zahra Herlinda I./34
BalasHapus1. Kelemahan mixer mekanis: boros listrik, aus, panas berlebih, potensi kontaminasi.
Mixer pneumatik: efisiensi rendah untuk kental, butuh udara stabil, bising, boros udara.
2. Pencampuran terlalu lama: bahan rusak, sifat berubah, reaksi tak diinginkan, boros energi.
3. Homogen: tercampur rata. Heterogen: tidak rata.
4. Turbulen: cepat, acak, untuk cairan encer. Laminar: lambat, teratur, untuk kental.
5. Gas aman: udara, soda. Gas berbahaya: LPG bocor, CO, asap knalpot.
6. Asam jadi aerosol: penguapan & kondensasi. Beda: aerosol = partikel cair di udara, gas murni = molekul bebas.
7. Banyak busa: pakai anti-foam, kurangi kecepatan, ubah desain impeller.
andhin kirana yudha(04)
BalasHapus1.
Jika adsorben tidak diregenerasi tepat waktu, kapasitasnya untuk menyerap zat (adsorbat) akan menurun secara drastis. Ini berarti adsorben tidak lagi efektif dalam proses pemurnian, karena pori-porinya sudah jenuh. Akibatnya, kualitas produk yang dihasilkan akan menurun, atau bahkan proses pemurnian bisa gagal total. Selain itu, biaya operasional bisa meningkat karena harus lebih sering mengganti adsorben yang tidak terpakai, dan efisiensi sistem secara keseluruhan akan berkurang.
2.
Silika gel sering digunakan dalam pemurnian gas untuk menghilangkan uap air. Ini penting karena uap air dapat merusak peralatan, menurunkan efisiensi proses, dan mencemari produk akhir. Contoh penerapannya adalah dalam pengeringan udara terkompresi, di mana silika gel menyerap kelembapan sehingga udara yang keluar menjadi sangat kering.
3.
Pengaruh Suhu: Suhu memiliki pengaruh besar terhadap efisiensi adsorpsi. Pada umumnya, adsorpsi adalah proses eksotermik, yang berarti melepaskan panas. Oleh karena itu, penurunan suhu akan meningkatkan kapasitas adsorpsi, karena molekul-molekul adsorbat lebih mudah menempel pada permukaan adsorben. Sebaliknya, kenaikan suhu akan menurunkan kapasitas adsorpsi dan sering digunakan dalam proses regenerasi untuk melepaskan adsorbat.
Fungsi Adsorber Hamparan Tetap:
Fungsi utamanya adalah menyediakan wadah di mana adsorben (seperti silika gel atau karbon aktif) ditempatkan dalam bentuk lapisan atau "hamparan" yang tidak bergerak. Gas atau cairan yang akan dimurnikan dilewatkan melalui hamparan ini. Adsorber hamparan tetap banyak digunakan dalam aplikasi industri karena kesederhanaan desain dan kemudahan operasinya.
4.
Contoh:
Menghilangkan bau dan rasa dari air minum: Air dialirkan melalui kolom yang berisi karbon aktif untuk menyerap klorin, senyawa organik, dan zat lain yang menyebabkan bau atau rasa tidak sedap.
Menghilangkan uap air dari gas alam:
Gas alam dilewatkan melalui kolom berisi silika gel atau alumina aktif untuk menyerap uap air sebelum dikirim ke pipa distribusi.
Fungsi:
Adsorber hamparan tetap berfungsi sebagai media kontak antara fluida (cairan atau gas) dengan adsorben. Ini memungkinkan adsorben untuk menyerap zat-zat yang tidak diinginkan dari fluida secara efisien. Desainnya yang sederhana juga membuat perawatannya lebih mudah.
5.
Untuk memurnikan VCO, adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif atau bentonit. Keduanya memiliki kemampuan yang baik untuk menyerap zat-zat yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diinginkan dalam VCO, seperti asam lemak bebas, pigmen, dan senyawa organik lain. Proses ini membantu meningkatkan kejernihan dan kualitas VCO.
6.
Adsorpsi Fasa Gas:
Efisiensi: Efisien untuk menghilangkan komponen dalam konsentrasi rendah, seperti bau atau VOC (Volatile Organic Compounds) dari udara.
Kelemahan: Kapasitas adsorpsi bisa sangat dipengaruhi oleh kelembapan udara.
Adsorpsi Fasa Cair:
Efisiensi: Sangat efektif untuk menghilangkan warna, rasa, dan kontaminan organik dari air atau cairan lain.
Kelemahan: Regenerasi adsorben sering kali lebih sulit dibandingkan dengan fasa gas karena adanya adsorben basah.
Regenerasi Termal:
Efisiensi: Sangat efektif untuk mengembalikan kapasitas adsorben.
Kelemahan: Membutuhkan energi yang tinggi dan bisa menyebabkan kerusakan pada adsorben jika suhu terlalu tinggi.
Regenerasi In-situ (di tempat):
Efisiensi: Menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu memindahkan adsorben.
Kelemahan: Kurang efektif untuk membersihkan adsorben yang sangat jenuh.
7.
Industri Air Minum: Penggunaan karbon aktif untuk menghilangkan klorin, bau, dan rasa dari air.
Industri Farmasi: Pemurnian produk obat dengan menghilangkan impurities atau zat yang tidak diinginkan.
Industri Petrokimia: Pemisahan gas, seperti pemurnian hidrogen dari campuran gas lain menggunakan saringan molekul (molecular sieves).
Industri Makanan dan Minuman: Penjernihan gula atau minyak nabati dengan menggunakan bentonit atau karbon aktif untuk menghilangkan warna.
andhin kirana yudha(04)
BalasHapus1.
Mixer Mekanis:
Biaya operasional dan perawatan tinggi karena adanya bagian yang bergerak (motor, baling-baling).
Berpotensi merusak bahan yang sensitif atau mudah pecah karena gaya geser yang kuat.
Tidak efisien untuk volume yang sangat besar karena memerlukan energi yang besar.
Risiko kontaminasi dari poros atau segel mixer.
Mixer Pneumatik:
Kurang efisien untuk bahan dengan viskositas tinggi atau suspensi padat, karena gelembung gas tidak bisa menyebar secara efektif.
Memerlukan pasokan gas bertekanan yang konstan,menambah biaya operasional.
Bisa menimbulkan buih (busa) berlebihan pada cairan tertentu, yang justru menghambat proses pencampuran.
Pencampuran yang dihasilkan sering kali kurang seragam dibandingkan mixer mekanis.
2.
Degradasi Bahan: Bahan kimia sensitif, terutama polimer atau biologi, bisa terdegradasi karena gaya geser atau panas yang dihasilkan dari pencampuran.
Reaksi Samping: Waktu kontak yang terlalu lama bisa memicu reaksi samping yang tidak diinginkan, mengubah komposisi dan sifat produk akhir.
Emulsifikasi atau Dispersi Terbalik: Jika dua cairan yang tidak saling larut dicampur terlalu lama, bisa terjadi pemisahan kembali (koalesensi) atau inversi fasa yang tidak diinginkan.
Peningkatan Biaya Energi: Konsumsi energi akan meningkat tanpa memberikan manfaat tambahan pada kualitas pencampuran.
3.
Campuran Homogen: Campuran di mana komponen-komponennya tercampur secara merata sehingga tidak bisa dibedakan lagi secara kasat mata. Komposisi dan sifatnya seragam di seluruh bagian. Contoh: Larutan gula dalam air, udara.
Campuran Heterogen: Campuran di mana komponen-komponennya masih bisa dibedakan dan tidak tercampur secara merata. Komposisi dan sifatnya tidak seragam. Contoh: Minyak dan air, campuran pasir dan kerikil.
4.
Turbulen Mixing: Terjadi saat aliran fluida tidak beraturan, menciptakan pusaran dan pusaran-pusaran kecil (eddies). Gaya ini membuat molekul-molekul tercampur dengan cepat dan efektif. Ciri khas: Aliran berkecepatan tinggi, Re > 2000. Contoh: Mengaduk kopi dengan sendok secara cepat.
Laminar Mixing: Terjadi saat aliran fluida teratur dan berlapis-lapis tanpa adanya pusaran. Pencampuran hanya terjadi melalui difusi molekuler yang lambat. Ciri khas: Aliran berkecepatan rendah, Re < 2000. Contoh: Madu yang dicampur ke dalam air secara perlahan.
5.
Udara yang kita hirup: Campuran nitrogen (N2), oksigen (02), argon (Ar), dan gas lainnya. Ini adalah contoh pencampuran yang tidak berbahaya dan penting untuk kehidupan.
Campuran gas elpiji (LPG): Campuran propana dan butana. Ini berbahaya jika terjadi kebocoran dan terhirup dalam konsentrasi tinggi atau jika terjadi percikan api, karena mudah terbakar.
Asap rokok: Campuran gas karbon monoksida, tar, dan ribuan senyawa lainnya.
6.
Penyebab Asam Masuk Aerosol:
Asam masuk ke dalam bentuk aerosol ketika tetasan-tetasan cairan asam sangat kecil (droplets) terdispersi di udara. Ini terjadi karena adanya proses fisik seperti semburan (spraying), penguapan (evaporation), atau kondensasi.
Perbedaan dengan Gas Murni:
Gas Murni: Terdiri dari molekul-molekul tunggal yang bergerak bebas. Contoh: H2S (gas hidrogen sulfida) atau SO2 (gas sulfur dioksida).
Aerosol Asam: Terdiri dari tetesan-tetesan cairan mikroskopis (partikel) dari larutan asam yang tersuspensi di udara. Contoh: H2SO4 (aerosol asam sulfat) atau HNO3 (aerosol asam nitrat). Perbedaan utama terletak pada wujud fisikanya: gas murni adalah gas, sedangkan aerosol adalah suspensi partikel cair dalam gas.
7.
Mengurangi kecepatan agitasi: Kecepatan putaran mixer yang terlalu tinggi bisa menjebak udara dan menghasilkan busa.
menggunakan defoamer atau anti-foaming agent: Senyawa ini dirancang untuk memecah tegangan permukaan yang menstabilkan busa.
Mengubah desain mixer: Menggunakan jenis baling-baling atau impeller yang meminimalkan masuknya udara.
Mengatur suhu dan tekanan: Dalam beberapa kasus, perubahan suhu atau tekanan bisa mengurangi pembentukan busa.
Membiarkan proses pencampuran berhenti sejenak: Busa bisa pecah dengan sendirinya seiring waktu.
Kelompok 7
BalasHapus1. Mengapa alkohol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh
2. Bagaimana memastikan semua senyawa yang di Ekstraksi dengan peralatan soxhletasi
3. Apa kelebihan dan kekurangan metode soxhletasi dibandingkan metode ekstraksi lainnya
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi hasil ekstraksi
5. Bagaimana cara meningkatkan efisiensi ekstraksi padat cair laboratorium
6. Jika padatan tidak permeable, strategi apa yang dilakukan agar ekstraksi tetap efektif
7. Apakah di dunia industri menggunakan metode yang sama dan apa perbandingannya
8. Apakah ada metode lagi selain soxhletasi di dalam ekstraksi padat cair, dan apakah data parameter disini sumbernya dari mana
9. Berapa suhu yang paling tinggi dalam proses soxhletasi, dan apakah soxhletasi bisa efektif dilakukan jika bahannya bersifat termoable, dan pengertian rendemen
10. Bagaimana volatilitas pelarut menyebabkan flaksi tertentu selama siklus proses ekstraksi, dan bagaimana cara memastikan senyawa target yang ikut menguap
Davin Junio Caesaro / 16 / XI-TKI-1
Hapus1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
Aldyansyah Putra (03)
Hapus1. Alkohol dipilih karena bersifat polar, mampu melarutkan senyawa bioaktif polar–semi polar dalam daun teh (misalnya polifenol, flavonoid, kafein), relatif aman, dan mudah diuapkan kembali (Hazarika et al., Food Chem., 2020).
2. Kepastian senyawa terekstrak dilakukan dengan monitoring kurva yield terhadap waktu/siklus; ketika ekstrak tidak bertambah signifikan, ekstraksi dianggap tuntas (Azwanida, Med. Aromatic Plants, 2015).
3. Kelebihan: sederhana, “exhaustive extraction”, cocok untuk senyawa non-volatil.
Kekurangan: boros pelarut, waktu lama, risiko degradasi termal (Luque de Castro & Priego-Capote, J. Chromatogr. A, 2010).
4. Faktor hasil ekstraksi: jenis pelarut, suhu, ukuran partikel sampel, lama ekstraksi, kadar air bahan, dan polaritas senyawa target (Azmir et al., J. Food Eng., 2013).
5. Efisiensi meningkat dengan memperkecil ukuran partikel, meningkatkan jumlah siklus refluks, menggunakan pelarut yang sesuai polaritas, serta mengontrol suhu optimum (Huie, J. Chromatogr. A, 2002).
6. Jika padatan tidak permeabel, biasanya dilakukan pretreatment: penggilingan, pengeringan, atau menggunakan co-solvent/surfaktan untuk memperbesar akses pelarut ke matriks (Azwanida, 2015).
7. Industri jarang pakai Soxhlet karena boros energi. Biasanya digunakan metode modern: MAE (Microwave-Assisted Extraction), UAE (Ultrasound-Assisted Extraction), SFE (Supercritical Fluid Extraction). Metode ini lebih cepat, selektif, dan hemat pelarut (Chemat et al., TrAC Trends Anal. Chem., 2017).
8. Alternatif lain: maserasi, perkolasi, MAE, UAE, SFE, pressurized liquid extraction. Data parameter biasanya diambil dari literatur standar fitokimia, farmakope, dan jurnal penelitian (misalnya Journal of Chromatography A).
9. Suhu maksimum mengikuti titik didih pelarut (etanol ±78 °C). Untuk bahan termolabil, Soxhlet kurang cocok karena paparan panas lama → bisa diganti dengan UAE/MAE suhu rendah. Rendemen = perbandingan massa ekstrak yang diperoleh terhadap massa sampel awal, dinyatakan %.
10. Volatilitas pelarut dapat menyeret senyawa target yang juga volatil. Pencegahannya: gunakan kondensor efisien, pilih pelarut dengan titik didih lebih tinggi daripada senyawa target, dan lakukan analisis pasca-ekstraksi (GC/MS atau LC-MS) untuk memastikan senyawa tidak hilang (Soxhlet, Polytechnisches Journal, 1879; modern review oleh Luque de Castro, 2010).
Gusti Ayu P. (26)
Hapus1. karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan berbagai senyawa bioaktif daun teh. Selain itu, alkohol juga relatif aman, mudah didapatkan, mudah menguap, dan tidak meninggalkan residu berbahaya dibandingkan pelarut organik lain.
2. Caranya dengan memastikan jumlah siklus ekstraksi berlangsung cukup lama hingga pelarut kembali jernih, artinya senyawa dalam sampel telah larut semua. Pemakaian pelarut yang cukup, kondisi suhu stabil, dan ukuran partikel sampel yang sesuai juga berpengaruh.
3. Kelebihan: efisien, bisa mengekstrak terus menerus secara otomatis tanpa mengganti pelarut berkali-kali, dan hasil lebih konsisten.
Kekurangan: memerlukan waktu lama, menghabiskan energi panas, dan tidak cocok untuk senyawa yang rusak pada suhu tinggi (termolabil).
4. Jenis dan polaritas pelarut, ukuran partikel sampel, suhu, lama ekstraksi, jumlah siklus.
5. Dengan memperkecil ukuran partikel padatan agar luas permukaan kontak lebih besar, memilih pelarut yang paling sesuai, mengatur suhu optimal.
6. Padatan perlu dihancurkan atau digiling halus, kadang juga dilakukan pre-treatment kimia atau fisika agar senyawa dalam padatan lebih mudah larut.
7. Di industri, soxhlet jarang digunakan karena lambat dan boros energi. Industri lebih memilih metode modern seperti ekstraksi superkritik CO₂, ekstraksi ultrasonik, atau ekstraksi microwave yang lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Soxhlet masih dipakai di laboratorium penelitian karena sederhana dan biaya rendah.
8. Ada beberapa metode lain: maserasi, perkolasi, refluks, ekstraksi ultrasonik, ekstraksi microwave, ekstraksi cair–cair, dan superkritik.
9. Suhu soxhletasi paling tinggi, etanol/hexam sekitar 70 °C. Jika bahan bersifat termolabil, metode soxhletasi kurang efektif karena panas konstan dapat merusak senyawa. Rendemen adalah Hasil Percobaan.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut menguap, naik ke pendingin, lalu terkondensasi dan menetes kembali ke sampel, menciptakan siklus ekstraksi berulang. Risiko senyawa target ikut menguap bisa diminimalkan dengan memilih pelarut yang titik didihnya lebih rendah daripada senyawa target, memastikan pendingin bekerja efektif, serta menjaga sistem tertutup agar senyawa volatil tidak hilang.
Anisa Fitria (07)
Hapus1. Etanol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga efektif melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Selain itu, etanol relatif aman, mudah diuapkan kembali, serta lebih selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga sangat cocok digunakan.
2. Untuk memastikan senyawa benar-benar terekstrak dengan metode soxhletasi, proses dijalankan hingga siklus pelarut berulang kali dan pelarut yang kembali terlihat jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai sifat senyawa juga berperan penting. Kepastian bisa diperoleh melalui analisis lanjutan, misalnya kromatografi atau spektroskopi, untuk memeriksa apakah senyawa masih tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah proses berlangsung otomatis, kontinu, hasil ekstrak lebih maksimal, dan prosedurnya relatif sederhana. Kekurangannya meliputi waktu yang lama, penggunaan pelarut lebih banyak, serta tidak cocok bagi senyawa sensitif terhadap panas. Dibandingkan maserasi, metode ini lebih efisien, namun bila dibandingkan dengan teknik modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhletasi masih lebih lambat dan boros energi.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu ekstraksi, ukuran partikel sampel, perbandingan pelarut terhadap bahan, dan lamanya waktu ekstraksi. Semua faktor tersebut menentukan kecepatan serta jumlah senyawa yang bisa larut dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang sesuai, menjaga suhu agar senyawa tidak terdegradasi, memperbesar rasio pelarut terhadap bahan, serta memanfaatkan metode bantu modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi.
6. Jika sampel padatan sulit ditembus pelarut, strategi yang dapat dilakukan antara lain menggiling bahan hingga lebih halus, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori-pori, atau menggunakan bantuan ultrasonik maupun microwave untuk memecah dinding sel sehingga pelarut bisa masuk dengan mudah.
7. Pada skala industri, soxhletasi jarang dipakai karena memakan waktu, kapasitas kecil, dan boros pelarut. Industri lebih memilih metode yang lebih efisien seperti ekstraksi kontinu skala besar, ekstraksi fluida superkritis menggunakan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode-metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak.
8. Metode lain dalam ekstraksi padat-cair selain soxhletasi adalah maserasi, perkolasi, ekstraksi dengan bantuan ultrasonik, ekstraksi dengan microwave, dan ekstraksi menggunakan fluida superkritis. Parameter seperti suhu, waktu, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diambil dari literatur ilmiah maupun jurnal penelitian sesuai jenis bahan dan senyawa target.
9. Suhu tertinggi dalam proses soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut yang dipakai, misalnya etanol ±78 °C, n-heksana ±68 °C, atau metanol ±65 °C. Untuk bahan yang termolabil, metode ini kurang sesuai karena pemanasan berulang bisa merusak senyawa target. Rendemen sendiri adalah persentase hasil ekstrak dibandingkan massa bahan kering awal, yang digunakan untuk menilai efisiensi proses ekstraksi.
10. Karena sifat volatil, pelarut mudah menguap kemudian terkondensasi kembali sehingga membentuk siklus berulang dalam soxhletasi. Jika senyawa target juga volatil, ada kemungkinan ikut terbawa bersama pelarut. Untuk mencegah hal tersebut, dapat dipilih pelarut dengan titik didih yang tepat, menggunakan kondensor yang bekerja optimal, atau menjalankan proses dengan sistem vakum. Setelah ekstraksi selesai, senyawa target dianalisis untuk memastikan tidak ada yang hilang.
Abieza Masye P.H(01)
Hapus1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
Danish Akmal Faiz (15)
Hapus1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
Faura Faizah (24)
Hapus1. Alkohol, terutama etanol, dipilih sebagai pelarut ekstraksi daun teh karena bersifat polar sehingga mampu melarutkan senyawa polar seperti katekin, flavonoid, polifenol, dan kafein. Etanol juga aman, mudah diuapkan kembali, dan selektif terhadap komponen bioaktif teh sehingga cocok digunakan.
2. Untuk memastikan semua senyawa terekstrak dalam soxhletasi, proses dibiarkan sampai siklus berulang-ulang dan pelarut yang kembali sudah jernih. Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat senyawa target juga penting, dan hasil akhir dapat dipastikan dengan analisis menggunakan metode kromatografi atau spektroskopi untuk melihat apakah masih ada senyawa tertinggal.
3. Kelebihan soxhletasi adalah ekstraksi berlangsung otomatis, kontinu, hasil lebih maksimal, dan prosedurnya sederhana. Kekurangannya adalah waktu yang lama, penggunaan pelarut banyak, serta tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas. Dibanding maserasi, soxhlet lebih efisien, namun dibanding metode modern seperti ultrasonik atau microwave, soxhlet lebih lambat dan kurang ramah energi.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi meliputi jenis pelarut, polaritas senyawa target, suhu proses, ukuran partikel bahan, perbandingan pelarut dengan sampel, serta lama waktu ekstraksi. Faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat dan seberapa banyak senyawa dapat larut ke dalam pelarut.
5. Efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran sampel, memilih pelarut yang tepat, menjaga suhu optimal agar senyawa tidak rusak, memperbesar perbandingan pelarut terhadap bahan, serta menggunakan bantuan metode modern seperti ultrasonik atau microwave untuk mempercepat difusi senyawa ke pelarut.
6. Jika padatan tidak permeabel, strategi yang dilakukan adalah menggiling atau memotong bahan menjadi lebih kecil, melakukan pengeringan untuk memperbesar pori bahan, atau menggunakan bantuan metode ultrasonik dan microwave agar dinding sel pecah sehingga pelarut dapat masuk lebih mudah.
7. Dunia industri umumnya tidak menggunakan soxhletasi karena prosesnya lama, kapasitas terbatas, dan boros pelarut. Industri menggunakan metode yang lebih efisien seperti ekstraksi berkelanjutan skala besar, supercritical fluid extraction dengan CO₂, atau bantuan ultrasonik dan microwave. Metode tersebut lebih cepat, hemat energi, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan ekstrak dalam jumlah besar.
8. Selain soxhletasi, metode ekstraksi padat-cair lain adalah maserasi, perkolasi, ultrasonik-assisted extraction, microwave-assisted extraction, dan supercritical fluid extraction. Parameter seperti suhu, waktu, pelarut, jumlah siklus, dan rendemen biasanya diperoleh dari literatur ilmiah atau jurnal penelitian terdahulu sesuai bahan dan senyawa yang diekstrak.
9. Suhu tertinggi dalam soxhletasi ditentukan oleh titik didih pelarut, misalnya etanol 78 °C, n-heksana 68 °C, atau metanol 65 °C. Jika bahan bersifat termolabil, soxhletasi kurang efektif karena pemanasan lama dapat merusak senyawa target. Rendemen adalah persentase hasil ekstrak terhadap massa bahan kering awal yang menunjukkan efisiensi proses ekstraksi.
10. Volatilitas pelarut menyebabkan pelarut mudah menguap lalu terkondensasi, sehingga tercipta siklus berulang dalam soxhletasi. Namun jika senyawa target juga bersifat volatil, ada kemungkinan ikut menguap bersama pelarut. Hal ini dicegah dengan memilih pelarut dengan titik didih yang sesuai, menggunakan kondensor pendingin yang efektif, atau melakukan soxhletasi dengan sistem vakum. Senyawa target yang berhasil diekstrak kemudian dianalisis agar dipastikan tidak hilang.
1. Mengapa alkohol dipilih sebagai pelarut dalam ekstraksi daun teh
HapusAlkohol (misalnya etanol atau metanol) bersifat polar, sehingga bisa melarutkan senyawa aktif dalam teh seperti polifenol, flavonoid, kafein, dan katekin.
Aman (terutama etanol, relatif non-toksik).
Mudah menguap, sehingga ekstrak bisa diperoleh kembali setelah proses penguapan pelarut.
Selektivitas lebih baik dibandingkan air murni karena dapat mengekstrak senyawa polar maupun semi-polar.
2. Bagaimana memastikan semua senyawa terekstraksi dengan peralatan Soxhletasi
Lakukan siklus ekstraksi hingga pelarut yang turun kembali ke labu sudah jernih/tidak berwarna lagi → menandakan zat terlarut sudah maksimal diekstraksi.
Gunakan jumlah siklus memadai (biasanya 5–10 jam tergantung bahan).
Gunakan rasio pelarut : sampel yang cukup.
Pastikan sampel dalam bentuk serbuk halus agar permukaan kontak luas.
3. Kelebihan & kekurangan metode Soxhletasi dibandingkan metode ekstraksi lain
Kelebihan:
Dapat mengekstraksi senyawa dengan efisien.
Tidak perlu mengganti pelarut berulang kali (pelarut bersirkulasi otomatis).
Cocok untuk senyawa yang kelarutannya rendah.
Kekurangan:
Butuh waktu lama & energi panas banyak.
Tidak cocok untuk senyawa yang mudah rusak oleh panas (thermolabile).
Volume pelarut cukup besar.
4. Faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi
Jenis & polaritas pelarut.
Suhu dan waktu ekstraksi.
Ukuran partikel sampel (semakin halus, semakin baik).
Perbandingan pelarut terhadap bahan.
Sifat kimia senyawa target (polaritas, stabilitas panas).
5. Cara meningkatkan efisiensi ekstraksi padat-cair di laboratorium
Gunakan serbuk dengan ukuran kecil (permeabilitas tinggi).
Gunakan pelarut sesuai polaritas senyawa target.
Tambahkan waktu ekstraksi atau jumlah siklus Soxhlet.
Atur suhu mendekati titik didih pelarut tapi jangan berlebihan.
Gunakan agitasi atau ultrasonikasi (kalau bukan Soxhlet).
6. Jika padatan tidak permeable, strategi agar ekstraksi efektif
Lakukan penggilingan hingga pori-pori terbuka.
Gunakan pelarut campuran agar penetrasi lebih baik.
Gunakan teknik bantu seperti ultrasonikasi, microwave-assisted extraction, atau enzimatik pretreatment.
7. Apakah di dunia industri menggunakan metode yang sama, dan perbandingannya
Industri jarang pakai Soxhlet karena tidak efisien skala besar.
Diganti dengan:
Ekstraksi kontinu (counter-current extractor).
Ekstraksi superkritik CO₂ (lebih ramah lingkungan & selektif).
Perkolasi/maserasi kontinu.
Soxhlet lebih cocok untuk skala laboratorium & penelitian, bukan produksi massal.
8. Apakah ada metode lain selain Soxhletasi dalam ekstraksi padat-cair, dan sumber data parameter
Ada: maserasi, perkolasi, refluks, ultrasonikasi, microwave-assisted extraction (MAE), superkritik fluid extraction (SFE).
Data parameter (suhu, waktu, rendemen, kelarutan) biasanya diperoleh dari literatur ilmiah, jurnal penelitian, standar industri, atau hasil uji laboratorium.
9. Berapa suhu paling tinggi dalam proses Soxhletasi, dan apakah efektif untuk bahan thermolabile, serta pengertian rendemen
Suhu maksimal ditentukan oleh titik didih pelarut. Misalnya:
Etanol: ~78 °C
Metanol: ~65 °C
n-Heksana: ~69 °C
Jika bahan thermolabile (mudah rusak karena panas), Soxhletasi kurang cocok → lebih baik gunakan ultrasonikasi atau superkritik CO₂.
Rendemen = persentase jumlah ekstrak yang dihasilkan dibandingkan berat sampel awal. Rumus:
10. Bagaimana volatilitas pelarut menyebabkan fraksi tertentu selama siklus Soxhletasi, dan cara memastikan senyawa target tidak ikut menguap
Pelarut dengan volatilitas tinggi akan menguap → naik ke kondensor → menetes ke sampel → melarutkan senyawa → lalu kembali ke labu.
Jika senyawa target juga volatil, ada risiko ikut menguap dan hilang.
Cara mengatasi:
Pilih pelarut dengan titik didih yang cukup tinggi agar senyawa target tidak ikut terbawa uap.
Gunakan pendingin efisien (kondensor dengan aliran air dingin yang stabil).
Lakukan ekstraksi pada suhu mendekati titik didih pelarut, tapi tidak berlebihan.