Pertanyaan kelompok 1 (edible oil) 1. Dimana tempat yang membuat nilai FFA stabil? 2. Berapa kemungkinan persentase kemurnian yang didapat saat ekstraksi biji jagung? 3. Analisa minyak edible oil parameter nya apa saja? 4.Bagaimana dampak produksi edible oil pada lingkungan? 5. Pada proses mana yang benar benar menentukan kualitas minyak?
Chella arfanya XII/ 15 1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi 2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian 3.Kadar FFA (asam lemak bebas) Bilangan peroksida (tingkat oksidasi) Kadar air dan kotoran Warna Indeks bias Bilangan penyabunan Stabilitas oksidatif. 4.Limbah cair dari proses rafinasi dapat mencemari air jika tidak diolah. Penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan residu. Konsumsi energi tinggi pada proses produksi menambah emisi karbon. Penggunaan lahan untuk bahan baku dapat mempengaruhi ekosistem. 5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
1. membuat nilai FFA stabil tidak hanya terpaku pada satu proses saja, semua proses berpengaruh terhadap terjadinya nilai FFA yang stabil, namun membuat nilai FFA yang stabil lebih di rujukan pada proses Deodorizing plant 2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal 3. PV (peroxide value), FFA (Free fatty acid), IV (iodine Value), MP (Melting Point), CP (Cloud Point), Moisture content,warna 4. Dampak edible oil terhadap ligkungan akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah yang sesuai prosedur dengan contoh menjadikan PFAD dari proses degumming untuk dijadikan kosmetik seperti vaseline. 5). Semua proses sangat berpengaruh terhadap hasil kualitas minyak, tidak hanya terpaku pada satu proses saja dikarenakan satu proses ke proses lain sangat bergantung
Achmad Jalil Al Fithroh 1. Saling berkaitan semua, tapi bisa disorot di deodorizing yang paling berpengaruh 2. Berdasar jurnal rendemen yg didapat dengan perbandingan 1:7 mendapat 44,6%, tapi persentase kemurnian nya >90% 3. Ada analisa pokok seperti PV, IV, MC, FFA, P Content 4. Tidak baik, oleh karena itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri entah diolah sendiri jika fasilitas memungkinkan, atau jasa eksternal seperti mematuhi contohnya 5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus?
1. Pada tempat deodorize , namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadinya pembuatan nilai FFA yang stabil. 2. 90% kemungkinan minyak kelapa jagung dari pembuatan awal 3. PV, FFA,IV, MP,CP, MOISTURE CONTENT, WARNA 4. Dampak Edible oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah dengan prosedur yang tepat 5. Semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak tersebut, tidak terpaku pada suatu proses saja karena antar proses saling pengaruh
1. yang membuat nilai ffa stabil yaitu pada proses deodorizing 2. diatas 95% 3. moisture,ffa,pv,iv,mp,cp 4. pada lingkungan jika kita ingin membebaskan lahan secara cepat maka akan dibakat jika api tidak terkendali akan terjadi kebakaran hebat, limbahBE akan menjadi B3 dikarenakan tercampur minyak 5.pada proses pengujian/semua proses penting dan berkaitan dalam proses untuk menghasilkan hasil yang terbaik nama:alfattah firaldy kusuma kelas:XII TKI 1/2
1. Dimana tempat yang membuat nilai FFA stabil? Jawaban : Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi. 2. Berapa kemungkinan persentase kemurnian yang didapat saat ekstraksi biji jagung? Jawaban : umumnya kemurnian minyak sekitar 90% tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian. 3. Analisa minyak edible oil parameter nya apa saja? Jawaban : Parameter yang digunakan untuk analisa edible oli adalah FFA, P CONTENT, PIV, VI 4. Bagaimana dampak produksi edible oil pada lingkungan? Jawaban : Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak. 5. Pada proses mana yang benar benar menentukan kualitas minyak? Jawaban : Setiap proses tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak, maka dari itu kita tidak dapat tertuju pada proses tertentu untuk menentukan kualitas pada edible oil.
1. Membuat nilai FFA stabil tidak terpaku pada 1 proses saja, tapi tiap proses mempengaruhi pengendalian nilai FFA. Bukan hanya pada proses, tetapi juga pada kualitas bahan baku yang sesuai dengan standar atau kesegaran bahan baku yang harus terjaga. Tapi dari itu semua, pengendali terpenting ada pada Deodorizing Plant. 2. Tingkat kemurnian minyak jagung mencapai 90% dari proses pembuatan awal 3. Ada banyak pengujian yang dilakukan yaitu Pengujian FFA (Free Fatty Acid) , PV (Peroxide Value), IV (Iodine Value) P content, MP (Melting Point), CP (Cloud Point), colour dan Moisture content 4. Dampak Edible Oil terhadap ligkungan tergantung pada sistem k3lh pabrik bagaimana mengolah limbah tersebut entah akan diolah kembali menjadi limbah yang aman untuk di buang di selokan pada WWTP atau di buang langsung tanpa pengolahan atau bahkan dilakukan pemanfaatan kembali pada sektor lain 5. Setiap tahapan dalam rangkaian produksi minyak memegang peranan krusial dalam menentukan mutu akhir produk minyak, tidak hanya terpaku pada satu proses saja dikarenakan satu proses ke proses lain sangat bergantung satu sama lain. Dengan demikian, setiap proses bersifat saling bergantung: kekurangan di satu titik akan menuntut koreksi berantai di titik-titik berikutnya, dan hanya lewat pengendalian menyeluruh di seluruh rangkaian produksi baru dapat memastikan minyak jagung yang stabil, jernih, dan tahan simpan.
1. Menjaga nilai FFA agar tetap stabil tidak hanya bergantung pada satu tahapan proses saja, karena seluruh rangkaian proses produksi turut memengaruhinya. Namun, proses Deodorizing menjadi salah satu tahapan yang paling berperan dalam menstabilkan nilai FFA secara signifikan. 2. Tingkat kemurnian minyak kelapa jagung yang dihasilkan dari proses awal mencapai sekitar 90%. 3. ada banyak, yaitu Pengujian FFA (untuk mengetahui jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak), Pengujian PV (untuk mengukur jumlah peroksida), Pengujian IV (untuk mengukur tingkat ketidakjenuhan pada minyak), Moisture Content (untuk mengukur kadar air dalam minyak), P Content (untuk mengetahui kandungan senyawa fosfor) 4. Hal tersebut tentu tidak baik bagi lingkungan, sehingga setiap industri umumnya memiliki kebijakan masing-masing untuk mengelola dampaknya. Pengolahan limbah bisa dilakukan secara mandiri jika fasilitasnya tersedia, atau bekerja sama dengan pihak ketiga yang berizin resmi. Tujuannya adalah agar limbah diproses sesuai standar lingkungan dan tidak mencemari alam. 5. Setiap tahapan dalam proses tidak bisa dipisahkan atau dianggap lebih penting dari yang lain karena semuanya saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Namun, pada tahap awal biasanya memiliki peran besar dalam menentukan hasil akhir, terutama terkait pengaturan dosis bahan pembantu, bahan tambahan, dan parameter proses lainnya.
1. Semua tahapan saling berkaitan, namun deodorizing merupakan proses yang paling berpengaruh dalam menjaga kestabilan nilai FFA (Free Fatty Acid).
2. tingkat kemurnian minyak kelapa jagung yang dihasilkan dari proses awal mencapai sekitar 90%
3. Parameter analisis minyak edible (edible oil) meliputi: PV (Peroxide Value), IV (Iodine Value), MC (Moisture Content), FFA (Free Fatty Acid), dan P Content (kandungan fosfor).
4. Dampak produksi minyak edible terhadap lingkungan tergolong tidak baik. Oleh karena itu, setiap industri memiliki kebijakan tersendiri—baik mengolah limbahnya secara mandiri jika memiliki fasilitas yang memadai, maupun menggunakan jasa pengelolaan limbah eksternal sesuai peraturan yang berlaku.
5. Tidak ada satu proses tunggal yang bisa dianggap paling menentukan, karena seluruh tahapan saling memengaruhi. Namun, kualitas awal bahan baku serta dosis bahan pembantu dan tambahan sangat mempengaruhi hasil akhir. Jika kualitas bahan mentah baik, maka proses lanjutan bisa menghasilkan minyak dengan kualitas yang tinggi pula.
1. di tempat yang kering, bersih, gelap, dan bersuhu rendah. Penyimpanan dalam wadah tertutup kedap udara seperti drum stainless steel atau botol kaca gelap juga membantu mencegah oksidasi dan hidrolisis yang meningkatkan kadar FFA 2. 97–99% setelah proses pemurnian (refining). 3. FFA, IV, PV, SV 4. Pencemaran air dari limbah proses (seperti degumming, netralisasi, bleaching). Emisi karbon dari proses transportasi dan pabrikasi. 5. Proses pengujian penting, tapi semua semua tahap saling mendukung untuk hasil minyak terbaik.
Istiqomah Anur Rahma/30 1. Tempat yang paling berpengaruh membuat nilai FFA yang stabil adalah deodorizing. 2. Kemungkinan tingkat kemurnian minyak jagung mencapai sekitar 90% 3. FFA, PV, IV, MC, dan P content. 4. Produksi edible oil dapat berdampak tidak baik pada lingkungan. Oleh karena itu setiap industri memiliki kebijakan tersendiri untuk mengolah limbahnya. 5. Setiap proses penting dan berkaitan dalam menentukan kualitas minyak
1. Nilai dari Free fatty acid (FFA) stabil jika ditempatkan ditempat yang kering, bersih, gelap, dan bersuhu rendah juga terlindung dari paparan oksigen untuk mencegah oksidasi. 2. Sekitar 97-99% saat setelah proses pemurnian 3. Parameter yang digunakan dalam analisa edible oil (P CONTENT, FFA, VI, PIV) 4. Dampak dari produksi edible oil tersebut termasuk membahayakan bagi lingkungan, karena memerlukan proses yang rumit sebab dalam limbah tersebut terkandung bahan yang berbahaya. Maka dari itu limbah tersebut harus sesuai dengan mutu dari pengolahan limbah saat dibuang. 5. Setiap proses tahapan sangat penting karena saling mendukung untuk mendapatkan hasil minyak yang sesuai dengan standar
1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) atau Asam Lemak Bebas dalam minyak akan lebih stabil jika disimpan dalam kondisi yang meminimalkan degradasi
2.Kemurnian minyak jagung jadi (setelah dimurnikan): Bisa di atas 99% trigliserida murni.
Efisiensi ekstraksi minyak dari biji (yield):
Pengepresan: 50-80% dari total minyak.
Ekstraksi pelarut: Lebih dari 95% dari total minyak.
3.Asam Lemak Bebas (FFA), Bilangan Peroksida (PV), Profil Asam Lemak, Warna, Kelembaban, Kandungan Logam Berat, dan Stabilitas Oksidatif.
4.Dampak negatif meliputi deforestasi, hilangnya habitat, emisi gas rumah kaca, penggunaan air intensif, dan pencemaran air/tanah. Dampak positif muncul dari praktik berkelanjutan seperti sertifikasi.
5.Kualitas minyak sangat ditentukan oleh kualitas bahan baku (biji/buah) dan seluruh tahapan proses pemurnian (degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi). Deodorisasi khususnya sangat memengaruhi rasa, bau, dan stabilitas akhir.
1. Pada tempat deodorize, namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada nilai terjadinya pembuatan FFA yang stabil 2. 90% kemungkinan minyak jagung yang pembuatannya dari awal 3. FFA, IV, MC, PV, CP, MP, WARNA 4. Dapat membahayakan karna memerlukan proses rumit dan hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak. 5. Semua proses berpengaruh karna kualitas minyak tidak terpaku pada 1 proses saja
1. tepatnya pada deodorize, Namun semua proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadi pembuatan nilai ffa yang stabil. 2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal 3. PV, FFA, IV, MP, CP, MOISTURE CONTENT, WARNA 4. dampak edibel oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah sesuai prosedur yang tepat 5. semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak, tidak terpaku pada satu proses saja karena antar proses saling berkaitan.
1. Dimana tempat membuat nilai FFA yang stabil 7 2. Berapa kemungkinan % kemurnian? 3. Analiza minyak Parameternya apa saja 4. Bagaimana dampak produksi Edible oil pada lingkungan? 5. Pada proses mana yang benar-benar menentukan kluatis minyak?
Jawaban !
1. Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi 2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian 3. PV, IV, MC, PConten, FFA 4. Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak. 5. Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
4. Bagaimana dampak produksi Edible oil pada lingkungan?
5. Pada proses mana yang benar-benar menentukan kluatis minyak?
Jawaban !
1. Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3. PV, IV, MC, PConten, FFA
4. Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
Berikut jawaban singkat tanpa tanda bintang: Nama: FERDY ARIYANTO Kelas : 12 TKI-1 /21
1. Tempat yang membuat nilai FFA stabil: Tempat penyimpanan yang kering, sejuk, tertutup rapat, dan minim paparan udara/oksigen menjaga nilai FFA (Free Fatty Acid) tetap stabil.
2. Kemungkinan persentase kemurnian saat ekstraksi biji jagung: Kemurnian minyak hasil ekstraksi biji jagung bisa mencapai 95–98%, tergantung metode ekstraksi (mekanis vs kimiawi) dan kondisi bahan baku.
3. Parameter analisa minyak edible oil: FFA (Asam Lemak Bebas) PV (Peroxide Value) IV (Iodine Value) Moisture & Volatile content Warna, bau, dan kejernihan Kandungan logam berat dan sisa pelarut (jika pakai solvent)
4. Dampak produksi edible oil pada lingkungan: Pencemaran air dan tanah dari limbah proses Emisi gas dari proses pemurnian Pemborosan energi dan air Penggunaan pestisida saat budidaya tanaman minyak seperti sawit
5. Proses yang menentukan kualitas minyak: Proses pemurnian atau refining, terutama tahap netralisasi dan deodorisasi, sangat menentukan kejernihan, bau, rasa, dan kestabilan minyak.
1. Saling berkaitan semua, tapi bisa disorot di deodorizing yang paling berpengaruh 2. Berdasar jurnal rendemen yg didapat dengan perbandingan 1:7 mendapat 44,6%, tapi persentase kemurnian nya >90% 3. Ada analisa pokok seperti PV, IV, MC, FFA, P Content 4. Tidak baik, oleh karena itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri entah diolah sendiri jika fasilitas memungkinkan, atau jasa eksternal seperti mematuhi contohnya 5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus?
1. tepatnya pada deodorize, Namun semua proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadi pembuatan nilai ffa yang stabil. 2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal 3. PV, FFA, IV, MP, CP, MOISTURE CONTENT, WARNA 4. dampak nya aman jika dilajukan pengolahan limbau sesuai prosedur 5. semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak, tidak terpaku pada satu proses saja karena antar proses saling berkaitan.
1. Nilai FFA minyak goreng paling stabil jika disimpan pada suhu antara 18°C–36°C, terutama di tempat sejuk, kering, gelap, dan wadah tertutup rapat (misal botol kaca gelap). 2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian 3. PV, IV, MC, PConten, FFA 4. Tentu dampaknya membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak. 5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus.
1.Nilai FFA stabil saat proses deodorizing, karena pada tahap ini FFA diuapkan dengan suhu tinggi dan vakum. 2.Kemurnian ekstrak biji jagung bisa mencapai >95%, terutama dengan metode ekstraksi pelarut. 3.Parameter analisa minyak: -Moisture (kadar air) -FFA -PV (Peroxide Value) -IV (Iodine Value) -MP (Melting Point) -CP (Cloud Point) 4.Dampak lingkungan: Pembakaran lahan bisa sebabkan kebakaran besar. Limbah tercampur minyak bisa jadi limbah B3 yang berbahaya. 5.Proses pengujian penting, tapi semua tahap saling mendukung untuk hasil minyak terbaik.
Fitri Puspita dewi /24 1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi 2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian. 3. Ada FFA, PV, MC, IV, PConten 4. Contohnya seperti pembukaan lahan yang dilakukan dengan Pembakaran hutan, asap dari pembakaran hutan yang menyebabkan polusi dan pembakaran yang tidak merata. 5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
1. Pada tempat deodorize , namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadinya pembuatan nilai FFA yang stabil. 2. Menghasilkan minyak dengan kemurnian sekitar 80–90%, tetapi kualitasnya lebih tinggi karena minim panas dan degradasi. 3. PV, FFA,IV, MP,CP, MOISTURE CONTENT, WARNA 4. Dampak Edible oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah dengan prosedur yang tepat 5. Semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak tersebut, tidak terpaku pada suatu proses saja karena antar proses saling pengaruh
1. Yang paling tersorot ada di deodorize ,tapi semua proses juga berpengaruh pada pembuatan FFA,dan juga harus disimpan di tempat yang sejuk ,kering dan gelap 2. Menghasilkan kan minyak 95% - 99%tergantung metode ekstraksi 3. PV,FFA,IV,MP,CP, MOISTURE CONTENT WARNA 4. Tidak aman untuk lingkungan,maka dari itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri terhadap limbah tersebut dan melakukan prosedur yang tepat untuk mengolah 5. Semua proses sangat penting dan tidak hanya tersorot pada satu proses saja
Arinda Trianita Puspasari XII TKI 1/ 08 1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi 2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian 3.Kadar FFA (asam lemak bebas) Bilangan peroksida (tingkat oksidasi) Kadar air dan kotoran Warna Indeks bias Bilangan penyabunan Stabilitas oksidatif. 4.Limbah cair dari proses rafinasi dapat mencemari air jika tidak diolah. Penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan residu. Konsumsi energi tinggi pada proses produksi menambah emisi karbon. Penggunaan lahan untuk bahan baku dapat mempengaruhi ekosistem. 5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
1. Bagaimana pengendalian pH dan kestabilan busa dilakukan dalam proses pembuatan sabun dan deterjen? 2. Jika pH dalam proses pembuatan terlalu rendah atau tinggi apa yang harus di lakukan? 3. Bagaimana proses pemilihan pewarna dan pewangi yang aman buat kulit? 4. Bagaimana cara menentukan kualitas sabun yang layak digunakan? 5. Apa saja parameter pengujian sabun?
1. pengendalian ph pada sabun dan deterjen terletak pada NAOH, dan pada sabun batang jarang sekali terjadi over ph (terlalu asam) dan jika terjadi akan dilakukan reprosess dan penambahan citric acid untuk penstabilan PH. 2. dilakukan reproses dengan menambahkan NaOH ataupun citric acid sebagai indikator penstabilan PH (keasaman atau kebasaan) 3. memilih bahan pewarna yang BPOM,memilih bahan yang bersifat non iritab dan non alergenik,pengaturan dosis sesuai standar (10-20%) agar tidak mempengaruhi reaksi pada kulit. Serta memilih warna sesuai jenis sabun apa yang akan dibuat, contoh jika membuat sabun bayi,industri akan memilih pewarna yang cocokk sesuai R&D 4. dengan uji ph (7-10), kadar air (10%-15%), uji ffa , uji busa dan stabilisasi busa, uji hardness,uji organolebtik (warna,bai,tekstur) 5. uji fisik (busa,viskositas,stabilitas). komia (kadar air,ph,ffa,mda), uji organolebtik(aroma,tekstur,kesan setelah penggunaan)
1. Dalam proses pembuatan sabun dan deterjen, pH dikendalikan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kondisi pH yang terlalu rendah (asam) sangat jarang terjadi. Namun, jika hal ini muncul, biasanya akan dilakukan reproses disertai penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH produk. 2. Proses penyesuaian pH dilakukan kembali dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat (citric acid) sebagai penyeimbang untuk mencapai tingkat keasaman atau kebasaan yang stabil. 3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan memastikan bahan tersebut terdaftar di BPOM, bersifat non-iritan dan tidak menimbulkan alergi. Dosis pewarna juga diatur sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman dan tidak memicu reaksi pada kulit. Selain itu, pemilihan warna disesuaikan dengan jenis sabun yang akan diproduksi. Misalnya, untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang sesuai berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan (R&D). 4. Pengujian dilakukan melalui beberapa parameter, seperti pH (rentang 7–10), kadar air (sekitar 10–15%), serta pengujian FFA (asam lemak bebas). Selain itu, dilakukan juga uji terhadap kemampuan dan kestabilan busa, tingkat kekerasan (hardness), serta uji organoleptik yang mencakup warna, aroma, dan tekstur produk. 5. Pengujian meliputi aspek fisik seperti tampilan busa, tingkat viskositas, dan kestabilan produk. Secara kimia, dilakukan analisis terhadap kadar air, pH, FFA, dan MDA. Sementara itu, uji organoleptik mencakup penilaian aroma, tekstur, serta kesan yang dirasakan setelah penggunaan.
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat 4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik 5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa) Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid) Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Pengendalian pH pada sabun dan deterjen dilakukan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kasus kelebihan pH (terlalu basa) jarang terjadi. Namun, jika hal tersebut terjadi, maka dilakukan reproses dengan penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH.
2. Reproses dilakukan dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat sebagai penyeimbang, tergantung apakah produk terlalu asam atau terlalu basa, guna menjaga kestabilan pH.
3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: pewarna yang telah terdaftar di BPOM, bersifat non-iritatif dan non-alergenik, serta penggunaan dosis yang sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman bagi kulit. Pemilihan warna juga disesuaikan dengan jenis sabun; misalnya untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang cocok berdasarkan hasil riset dan pengembangan (R&D).
4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian mutu sabun cair mencakup uji fisik (busa, viskositas, dan stabilitas), uji kimia (kadar air, pH, FFA, dan MDA), serta uji organoleptik (aroma, tekstur, dan kesan setelah penggunaan).
Istiqomah Anur Rahma/30 1. Untuk pengendalian ph, ditambahkan bahan kimia seperti citric acid dan NaOH untuk menstabilkan ph sabun. 2. Menambahkan bahan sebagai penyeimbang tergantung apakah produk terlalu asam atau basa, untuk menjaga kestabilan ph. 3. Memilih bahan pewarna bersifat non iritatif dan non alergenik dan pemilihan warna sesuai jenis sabun. 4. Uji ph (7-10), uji kadar air (10%-15%), uji ffa, uji busa, uji organoleptik. 5. Uji fisik(uji busa,viskositas,stabilitas), uji kimia(air, ph,ffa,mda), uji organoleptik(warna, aroma, tekstur).
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat 4. 4. Melakukan uji pH 7-10, uji kadar air minimal 10 dan maksimal 15 dan agar tidak ada kandungan air, menguji kadar lemak, nyaman saat digunakan Uji Busa dan Stabilisasi Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik 5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa) Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid) Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Jika pH terlalu tinggi (basa), bisa ditambahkan bahan seperti citric acid untuk menurunkannya. Sebaliknya, jika pH terlalu rendah (asam), bisa ditambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai pH sesuai. Untuk mengurangi busa berlebih, bisa disesuaikan takaran Texapon atau Camperlan saat pencampuran, lalu dilakukan pengujian di laboratorium untuk memastikan hasilnya sesuai.
2. Jika pH produk terlalu tinggi dan bersifat basa, kita bisa menambahkan citric acid supaya lebih netral. Tapi kalau pH-nya terlalu rendah dan bersifat asam, kita bisa tambahkan NaOH agar pH naik ke angka yang diinginkan.
3. Dalam memilih bahan untuk produk, penting memastikan semua bahan sudah terdaftar di BPOM, tidak menyebabkan iritasi atau alergi (non-iritan dan non-alergenik), dan digunakan dalam dosis yang tepat agar tetap aman dipakai.
4. Beberapa uji yang biasa dilakukan untuk mengecek kualitas produk yaitu uji pH, uji kadar air, uji kadar lemak bebas, uji busa dan kestabilan busa, uji kekerasan, dan uji organoleptik seperti bau, warna, dan tekstur.
5. Pengujian dilakukan secara lengkap mulai dari uji fisik seperti tinggi busa, kekentalan, dan kestabilan busa; uji kimia seperti kadar air, pH, kadar alkali bebas, kadar lemak, serta kandungan malondialdehid; dan uji organoleptik untuk menilai warna, aroma, tekstur, dan kesan setelah digunakan.
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat 4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik 5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa) Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid) Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat 4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik 5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa) Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid) Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi
2. Jika pH terlalu tinggi (bersifat basa), bisa ditambahkan sedikit asam, seperti asam stearat, untuk menetralkannya. Jika pH terlalu rendah (bersifat asam), bisa ditambahkan sedikit basa, seperti natrium hidroksida, dengan hati-hati 3. memilih bahan yang sudah terdaftar dan diizinkan bpom - memilih bahan yang bersifat non-iritan dan non-alergenik - uji coba pada kulit (patch test) - uji stabilitas dalam formula sabun/deterjen - pengaturan dosis yang tepat
4. - uji pH (sekitar 7–10) agar tidak merusak kulit. - uji kadar air *10% - 15%* agar tidak terlalu lembek - uji kadar lemak bebas - uji busa dan stabilitas busa - uji kekerasan (hardness) - uji organoleptik mencakup warna, bau, dan tekstur
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa Selama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
1. pH dikontrol dengan menyesuaikan jumlah basa/alkali seperti KOH atau NaOH hingga kisaran pH sabun yang aman (umumnya 9–11 sesuai SNI). Kestabilan busa diuji dengan melihat seberapa banyak busa yang bertahan setelah beberapa menit (umumnya diukur setelah 5 menit). Sabun dikatakan stabil jika nilai stabilitas busa di atas 70%.
2. Bila pH terlalu rendah, tambahkan sedikit basa (contoh: KOH/NaOH). Bila pH terlalu tinggi, tambahkan asam lemah atau bahan penyeimbang untuk menurunkan pH.
3. Gunakan pewarna alami (pewarna makanan) atau sintetis yang sudah diuji aman untuk kosmetik. Untuk pewangi, hindari bahan berbahaya; untuk kulit sensitif, pilih produk fragrance-free
4. Kualitas sabun ditentukan dengan cek pH (harus sesuai standar), kestabilan & tinggi busa, kadar air, aroma, warna, tekstur, dan keamanan bagi kulit.
5. Parameter utama: pH, kestabilan & tinggi busa, kadar air, organoleptik (warna, bau, tekstur), kekentalan, kandungan alkali bebas, dan uji cemaran mikroba
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa Selama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
1. pengendalian ph pada sabun dan deterjen terletak pada NAOH, dan pada sabun batang jarang sekali terjadi over ph (terlalu asam) dan jika terjadi akan dilakukan reprosess dan penambahan citric acid untuk penstabilan PH. 2. Jika pH produk terlalu tinggi dan bersifat basa, kita bisa menambahkan citric acid supaya lebih netral. Tapi kalau pH-nya terlalu rendah dan bersifat asam, kita bisa tambahkan NaOH agar pH naik ke angka yang diinginkan. 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat 4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur). 5. Parameter utama: pH, kestabilan & tinggi busa, kadar air, organoleptik (warna, bau, tekstur), kekentalan, kandungan alkali bebas, dan uji cemaran mikroba
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa Selama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
1. Ditambahkan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. untuk menyetarakan ph antara asam dan basa adalah memberikan bahan penyetara ph seperti citric acid dan NaOH 3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat, menentukan sabu apa yang kita buat 4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasi Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik,uji FFA, uji kelarutan,Melting point 5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa) Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid) Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1.Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi
2. Jika pH terlalu tinggi (bersifat basa), bisa ditambahkan sedikit asam, seperti asam stearat, untuk menetralkannya. Jika pH terlalu rendah (bersifat asam), bisa ditambahkan sedikit basa, seperti natrium hidroksida, dengan hati-hati 3. memilih bahan yang sudah terdaftar dan diizinkan bpom - memilih bahan yang bersifat non-iritan dan non-alergenik - uji coba pada kulit (patch test) - uji stabilitas dalam formula sabun/deterjen - pengaturan dosis yang tepat
4. - uji pH (sekitar 7–10) agar tidak merusak kulit. - uji kadar air *10% - 15%* agar tidak terlalu lembek - uji kadar lemak bebas - uji busa dan stabilitas busa - uji kekerasan (hardness) - uji organoleptik mencakup warna, bau, dan tekstur
1. Untuk pH dapat melakukan pengukuran dan pemantauan kontinu saat proses berjalan, penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basah dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texaphon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi. 2. Dilakukannya re proses. Dari proses 1 ke proses yang lain dilakukan pengujian di laboratorium untuk memastikan ke proses selanjutnya tidak ada masalah, bila pada proses 1 ke 2 terjadi pH yang terlalu tinggi maka tidak akan dilakukan transfer tetapi dilakukan re proses pada tangki tersebut. 3. Sebelum membuat produk R&D melakukan riset untuk tiap produk yang akan dibuat atau dipasarkan untuk menyesuaikan standar produk tersebut. Memastikan produk sesuai dan terdaftar BPOM, agar tidak membahayakan konsumen. 4. Akan dilakukan uji pH yang harus memiliki kadar pH 7, kadar air 10-15% karena kalau semakin banyak air yang ada pada sabun batang ini sabun akan menjadi lembek, kadar asam lemak bebas , uji busa dan stabilitas busa, uji total hardness,organolabtik (warna, bau, tekstur) 5. uji fisik (busa,kekentalan/viskositas,stabilitas busa), kimia (kadar air,ph,ffa,mda), organilabtik (warna, aroma, tekstur, kesan saat penggunaan)
1. Pengendalian pH pada sabun dan deterjen dilakukan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kasus kelebihan pH (terlalu basa) jarang terjadi. Namun, jika hal tersebut terjadi, maka dilakukan reproses dengan penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH.
2. Reproses dilakukan dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat sebagai penyeimbang, tergantung apakah produk terlalu asam atau terlalu basa, guna menjaga kestabilan pH.
3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: pewarna yang telah terdaftar di BPOM, bersifat non-iritatif dan non-alergenik, serta penggunaan dosis yang sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman bagi kulit. Pemilihan warna juga disesuaikan dengan jenis sabun; misalnya untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang cocok berdasarkan hasil riset dan pengembangan (R&D).
4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian mutu sabun cair mencakup uji fisik (busa, viskositas, dan stabilitas), uji kimia (kadar air, pH, FFA, dan MDA), serta uji organoleptik (aroma, tekstur, dan kesan setelah penggunaan).
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ? 2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ? 3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ? 4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ? 5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ? 6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada alat yang paling penting, karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula, bila ada satu alat yang bermasalah, maka hasilnya akan mempengaruhi proses atau hasil yang lain 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik. Abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik. Tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MSG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula yang tidak lolos qc akan diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional. filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Semua alat penting dan berperan untuk menghasilkan nira jernih. 2. Menghasilkan produk samping, berupa ampas tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel. Abunya untuk bahan campuran pupuk. 3. Curah gula diolah lagi di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru. 4. Gula terbuat dari air tanaman tebu, sedangkan bit gula terbuat dari akar tanaman yang mengandung sukrosa tinggi. 5. Stainer untuk menyaring partikel berukuran besar dan kasar hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional. Filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk. 6. Tidak ada bahan baku lain, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau. Jika musim hujan kualitas tanaman tebu kurang baik. Oleh karena itu, pada saat tidak musim tebu, karyawan atau pekerja pabrik gula diliburkan.
1. tidak ada alat yg paling penting, karena semua alat saling berhubungan untuk menghasilkan nira yang bagus bila ada satu alat yg bermasalah akan mempengaruhi proses hasil 2. ampas tebu, dibuat untuk memanaskan tebu untuk bahan bakar. abu hasil bakar untuk pupuk organik 3. yang tidak lolos akan diolah lagi di stasiun pemasakan 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. strainer menyaring partikel besar dan kasar dari suatu cairan (nira), filter press menyaring padatan halus (lumpur) 6. sebenernya tebu di tanam dan di panen jadi tebu tidak di tanam di satu lahan jadi tidak kan kekurangan bahan tebu, dan tebu tumbuh di musim panas sedangkan tidak semua cuacanya sama jadi bisa juga di kota bagian A hujan dan kota di bagian B musim panas
1. Tidak ada alat yang paling penting semua alat saling berhubungan untuk menghasilkan nira yang bagus. Bila ada satu alat yang mengalami masalah maka akan mempengaruhi proses atau hasil yang lain.
2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. Curah gula yang tidak lolos qc akan diolah kembali di stasiun masakan.
4. Gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. Strainer berfungsi menyaring partikel yang berukuran besar & kasar dari suatu cairan. Sedangkan filter press berfungsi menyaring partikel halus seperti lumpur contohnya.
6. Tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah.
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ? 2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ? 3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ? 4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ? 5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ? 6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
Jawab: 1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ? 2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ? 3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ? 4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ? 5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ? 6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
2. ๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ? 2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ? 3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ? 4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ? 5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ? 6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik. abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik: tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk. 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1). tidak ada alat yang paling penting untuk menjadikan nira yang paling jernih, karena semua alat berpartisipasi untuk membuat nira yang jernih 2). produk samping menghsilkan ampas tebu di proses ketel, dan akan dibakar di boiler dan menghasilkan steam untuk operasional proses, Blotong juga bisa dibuat menjadi campuran ternah dan kaya nutrisi karena ada sisa sisa glukosa nya,dan abu hasil pembakaran dibuat pupuk organik, jadi produk samping ini tidak terbuang 3). curah gula di proses lagi ke stasiun pemasakan untuk nenjadi produk yng sama. 4). gula dari tebu adalah gula dari air tebunya, kalau beat gula dari tanaman tebu yang ada akarnya, kandungan gizinya lebih manis (banyak sukrosa) dari yang beat tebu 5). strainer menyaring partikel yang berukuran besar dan kasar dari suatu cairan nira. filterr press berfungsi untuk menyaring padatan yang halus seperti lumpur hasil dari perasan air tebu yang pertama agar tidak ada kotoran. 6). tebu ditanam dan dipanen, dan lahannya banyak (tidak hanya di satu daerah) jadi tidak akan kehabisan bahan baku, dan tebu bisa hidup di musim panas
1). tidak ada alat yang paling penting untuk menjadikan nira yang paling jernih, karena semua alat berpartisipasi untuk membuat nira yang jernih 2). produk samping menghsilkan ampas tebu di proses ketel, dan akan dibakar di boiler dan menghasilkan steam untuk operasional proses, Blotong juga bisa dibuat menjadi campuran ternah dan kaya nutrisi karena ada sisa sisa glukosa nya,dan abu hasil pembakaran dibuat pupuk organik, jadi produk samping ini tidak terbuang 3). curah gula di proses lagi ke stasiun pemasakan untuk nenjadi produk yng sama. 4). gula dari tebu adalah gula dari air tebunya, kalau beat gula dari tanaman tebu yang ada akarnya, kandungan gizinya lebih manis (banyak sukrosa) dari yang beat tebu 5). strainer menyaring partikel yang berukuran besar dan kasar dari suatu cairan nira. filterr press berfungsi untuk menyaring padatan yang halus seperti lumpur hasil dari perasan air tebu yang pertama agar tidak ada kotoran. 6). tebu ditanam dan dipanen, dan lahannya banyak (tidak hanya di satu daerah) jadi tidak akan kehabisan bahan baku, dan tebu bisa hidup di musim panas
1. Tidak ada alat yang paling dominan dalam industri pengolahan gula, karena setiap alat memiliki fungsi spesifik yang saling melengkapi dalam keseluruhan proses produksi.
2. a. Ampas tebu dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar untuk boiler, yang berfungsi menghasilkan uap dan energi listrik. b. Abu dari pembakaran dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik.
c.Tetes tebu, yaitu cairan berwarna coklat yang tidak bisa dikristalkan, akan dikirim ke industri lain seperti MDG atau industri alkohol untuk diolah lebih lanjut menjadi produk baru.
3. Gula curah yang dihasilkan akan kembali diproses di stasiun pemasakan untuk dijadikan produk akhir.
4. Gula berasal dari cairan tebu yang diperoleh dari tanaman tebu. Sementara itu, bit gula merupakan tanaman dengan akar yang mengandung kadar sukrosa tinggi dan juga dibudidayakan secara komersial untuk produksi gula.
5. a. Strainer digunakan untuk menyaring partikel besar atau kasar. Sisa hasil penyaringan berupa ampas akan dialirkan ke stasiun ketel untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang menghasilkan uap guna menggerakkan sistem produksi.
b.Filter press berfungsi menyaring partikel-partikel halus, dan residunya berupa blotong yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam pembuatan pupuk.
6. Bahan baku utama dalam industri gula hanyalah tanaman tebu. Tanaman ini tumbuh optimal di musim kemarau. Selama musim hujan, kualitas tebu cenderung menurun karena kelebihan air yang diserap. Apabila pasokan tebu tidak tersedia atau kualitasnya buruk, maka operasional pabrik pun akan dihentikan sementara.
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Alat paling penting adalah alat klarifikasi, khususnya: • Clarifier (alat pengendap) atau vacuum clarifier • Sering dikombinasikan dengan pemanasan (heater) dan penambahan bahan kimia (seperti kapur) sebelum klarifikasi.
Tujuan: Menghilangkan kotoran, lumpur, dan senyawa pengganggu warna atau bau. Hasilnya: Nira menjadi jernih dan siap dimurnikan lebih lanjut. 2. • Bagasse (ampas tebu): ➤ Bahan bakar boiler, pembuatan kertas, papan partikel (fiberboard). • Molases (tetes tebu): ➤ Bahan baku industri etanol, alkohol industri & minuman, pakan ternak, pupuk cair organik. • Limbah filter press (mud cake): ➤ Digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung fosfat dan nitrogen. 3. Gula curah (gula kasar hasil kristalisasi awal) bisa: • Diolah lagi menjadi gula rafinasi untuk industri makanan/minuman • Langsung dikemas menjadi gula konsumsi (pasar domestik) • Atau diproses menjadi produk turunan, seperti: • Gula cair • Gula invert • Sirup glukosa/fruktosa 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1.Tidak ada satu pun alat yang dapat dianggap paling penting dalam proses produksi gula, karena seluruh peralatan bekerja secara terpadu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap alat memiliki kontribusi spesifik dalam mendukung kelancaran dan efisiensi proses produksi. 2. Ampas tebu tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar pada unit boiler. Proses ini menghasilkan energi berupa uap dan listrik yang digunakan untuk operasional pabrik.
Abu sisa pembakaran yang dihasilkan dari pembakaran ampas dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik, karena masih mengandung unsur mineral yang berguna bagi tanah.
Tetes tebu merupakan cairan sisa berwarna coklat dari proses pengolahan yang tidak dapat dikristalkan menjadi gula. Tetes ini akan dikirim ke industri lain, seperti pabrik monosodium glutamat (MSG) atau industri alkohol
3. Gula yang belum memenuhi standar mutu akan dikembalikan ke stasiun pemasakan untuk diproses ulang. Hal ini dilakukan agar produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. 4. Gula yang diproduksi di Indonesia umumnya berasal dari tanaman tebu, yang diolah dari air nira tebu menjadi gula sederhana. Sementara itu, bit gula adalah tanaman yang hasil gulanya mudah diserap tubuh 5. Strainer digunakan untuk menyaring partikel berukuran besar dari cairan tebu. Sisa partikel yang tersaring disebut ampas, yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pembakaran di unit ketel. Filter press berfungsi untuk menyaring partikel-partikel halus. Hasil penyaringan berupa blotong (lumpur tebu) dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak. 6. Industri gula sangat bergantung pada pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Tanaman tebu hanya tumbuh optimal pada musim kemarau (musiman). Saat musim hujan, kualitas tebu menurun karena kadar air yang tinggi.
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ? 2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ? 3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ? 4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ? 5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ? 6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
2. ๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula 2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk 3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru 4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula. 5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk 6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan industri cat untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah produksinya! 2. Apa perbedaan antara cat berbasis air dan cat berbasis pelarut? 3. Produk samping industri cat? 4. Jika produk tidak memunculkan warna kenapa dan bagaimana solusinya? 5. Metode menguji kualitas cat? 6. Apa fungsi dari Pigmen?
1. harus menentukan pengelohan limbahnya, contohnya harus mengganti bahan bahan kimia berbahaya (timbal,krom) menggunakan cat uang berbasis air atau water base pink, itu lebih alternatif dan lebih ramah lingkungan. Kita juga bisa merancang ulang proses produksi utk meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi pemborosan. 2. aspek utamanya dari pelarut,kandungan voc nya juga lebih rendah. jika cat yang berbasis air itu menggunakan air sebagai pengencer (lebih ramah kingkungan) jika menggunakan basis pelarut menggunakan tiner lebih rumit karena prosesnya kita harus mengembangkan bau cat tsb agar tidak bau (tdk sedap). 3. sebagian produk samping cat bersifat limbah,tp engan manajemen limbah yang tepat,sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. 4. mungkin karena spons dalam spidol yang terlalu kering,jadi spons harus dicuci terlebih dahulu / dibasahi agar keluar warnanya atau tintanya. 5. pengujian fisik (viskositas,berat jenis utk mengukur massa jenis,partikelutk menilai kehalusan pigmen), pengujian kimia (ph utk kesaman/kebasaan,padatan utk menentukan kandungan zat padat,kandungan logam berat). pengujian lapisan feel cat (daya sebar utk mengrahui luas permukaan yang dicat,lengkat utk menilai kerekatan cat, gores,ketahanan terhadap air) Pengujian cuaca,uji korosi. 6. utk memberikan warna,ketahanan warna,meningkatkan kestabilan tinta
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. mengganti bahan kimia yg bahaya dgn cat yg berbasis air (waterbase) 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). •Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. •Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. •Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. •Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). •Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. •Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. •Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. •Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. •Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. •Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Jelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan Industri Cat untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah produksinya? 2. apa perbedaan cat berbasis air dan berbasis pelarut? 3. Produk Samping Industri Cat? 4. Jika produk tidak memunculkan Warna, Kenapa dan Bagaimana solusinya? 5. Metode pengujian kualitas Cat 6. Fungsi Pigmen
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. ๐ ࣪๐ป.๐ฅPengolahan Limbah: Membangun sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengolah limbah cair dan kimia sebelum dibuang ke lingkungan. ๐ ࣪๐ป.๐ฅ Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan: Mengganti pelarut berbahaya (seperti toluena atau xylene) dengan pelarut rendah VOC atau cat berbasis air. ๐ ࣪๐ป.๐ฅ Daur Ulang: Mendaur ulang limbah pelarut dan sisa cat yang tidak terpakai. ๐ ࣪๐ป.๐ฅ Filter Udara dan Emisi: Memasang scrubber dan filter karbon aktif untuk menangkap gas beracun atau uap pelarut. ๐ ࣪๐ป.๐ฅ Proses Produksi Bersih: Mengoptimalkan proses agar limbah dan tumpahan bisa dikurangi (misalnya, sistem tertutup). ๐ ࣪๐ป.๐ฅ Pelatihan Karyawan: Memberi pelatihan tentang penanganan bahan kimia yang aman dan manajemen limbah.
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Penyebab: ・๐ขִ໋๐ท֒ Pigmen tidak tercampur sempurna. ・๐ขִ໋๐ท֒ Pigmen tidak cocok atau rusak. ・๐ขִ໋๐ท֒ Campuran terlalu encer (terlalu banyak pelarut). ・๐ขִ໋๐ท֒ pH tidak sesuai untuk kestabilan pigmen. ・๐ขִ໋๐ท֒ Proses dispersi (pengadukan) kurang baik.
Solusi: ・๐ขִ໋๐ท֒ Gunakan mixer berkecepatan tinggi untuk dispersi pigmen. ・๐ขִ໋๐ท֒ Periksa kualitas dan jenis pigmen sebelum digunakan. ・๐ขִ໋๐ท֒ Sesuaikan rasio bahan: jangan terlalu encer. ・๐ขִ໋๐ท֒ Tambahkan dispersing agent untuk membantu pigmen larut. ・๐ขִ໋๐ท֒ Kontrol pH agar stabil di kisaran yang sesuai.
5. .ೃ๐ง๐ป♀ Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). .ೃ๐ง๐ป♀ Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. .ೃ๐ง๐ป♀ Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. .ೃ๐ง๐ป♀ Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. .ೃ๐ง๐ป♀ Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). .ೃ๐ง๐ป♀ Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. .ೃ๐ง๐ป♀ Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. - ๐ฏ⊰❞ Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. - ๐ฏ⊰❞ Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. - ๐ฏ⊰❞ Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. - ๐ฏ⊰❞ Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. - ๐ฏ⊰❞ Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. harus menentukan pengelohan limbahnya, contohnya harus mengganti bahan bahan kimia berbahaya (timbal,krom) menggunakan cat uang berbasis air atau water base pink, itu lebih alternatif dan lebih ramah lingkungan. Kita juga bisa merancang ulang proses produksi utk meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi pemborosan. 2. aspek utamanya dari pelarut,kandungan voc nya juga lebih rendah. jika cat yang berbasis air itu menggunakan air sebagai pengencer (lebih ramah kingkungan) jika menggunakan basis pelarut menggunakan tiner lebih rumit karena prosesnya kita harus mengembangkan bau cat tsb agar tidak bau (tdk sedap). 3. sebagian produk samping cat bersifat limbah,tp engan manajemen limbah yang tepat,sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. 4. mungkin karena spons dalam spidol yang terlalu kering,jadi spons harus dicuci terlebih dahulu / dibasahi agar keluar warnanya atau tintanya. 5. pengujian fisik (viskositas,berat jenis utk mengukur massa jenis,partikelutk menilai kehalusan pigmen), pengujian kimia (ph utk kesaman/kebasaan,padatan utk menentukan kandungan zat padat,kandungan logam berat). pengujian lapisan feel cat (daya sebar utk mengrahui luas permukaan yang dicat,lengkat utk menilai kerekatan cat, gores,ketahanan terhadap air) Pengujian cuaca,uji korosi. 6. utk memberikan warna,ketahanan warna,meningkatkan kestabilan tinta
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
Istiqomah Anur Rahma/30 1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. 2. Cat Berbasis Air : Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat. • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Salah satu upaya penting dalam industri adalah mengganti penggunaan bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Contoh: Penggunaan cat berbasis air (water-based paint) sebagai alternatif cat berbasis pelarut (solvent-based paint), karena lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pelarut utama. Jenis cat ini lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi VOC yang rendah dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut: Mengandung pelarut seperti thinner atau minyak. Cat ini memiliki bau yang lebih kuat dan berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan serta lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
3. Sebagian besar produk samping dari industri cat dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Namun, melalui penerapan teknologi pengelolaan limbah yang tepat, sebagian limbah tersebut masih dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Jika dibiarkan tanpa pengelolaan yang sesuai, limbah ini berpotensi mencemari tanah, air, dan udara secara signifikan. 4. Apabila tinta tidak muncul saat spidol digunakan, kemungkinan besar disebabkan oleh pengeringan pelarut dalam wadah spidol. Untuk mengatasinya, spidol perlu dibersihkan terlebih dahulu agar kembali dapat digunakan secara optimal. 5. Viscositas: Mengukur kekentalan cat menggunakan alat seperti Ford Cup.
Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat dalam menutupi permukaan dasar.
Ketahanan Gores: Menilai kekuatan lapisan cat terhadap goresan atau tekanan.
Uji Waktu Kering: Mengukur durasi waktu yang dibutuhkan cat untuk mengering secara menyeluruh.
Adhesi: Menguji daya rekat cat terhadap media menggunakan metode seperti Cross Cut Test.
Ketahanan Cuaca: Menilai ketahanan cat terhadap paparan sinar UV dan hujan buatan.
Ketahanan Kimia: Menguji seberapa tahan cat terhadap bahan kimia seperti asam, basa, atau pelarut. 6. Pemberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
Daya Tutup: Membantu meningkatkan kemampuan cat dalam menutupi permukaan dengan sempurna.
Perlindungan terhadap Sinar UV: Pigmen tertentu memiliki kemampuan memblokir sinar ultraviolet sehingga meningkatkan ketahanan cat.
Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap pengaruh cuaca dan bahan kimia.
Efek Visual Khusus: Pigmen juga dapat menghasilkan efek tampilan seperti metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus sesuai kebutuhan desain.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint). 2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan. Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan. 3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara. 4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih. 5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup). • Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan. • Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan. • Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering. • Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut). • Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan. • Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut. 6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat. • Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik. • Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet. • Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia. • Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
Pertanyaan kelompok 1 (edible oil)
BalasHapus1. Dimana tempat yang membuat nilai FFA stabil?
2. Berapa kemungkinan persentase kemurnian yang didapat saat ekstraksi biji jagung?
3. Analisa minyak edible oil parameter nya apa saja?
4.Bagaimana dampak produksi edible oil pada lingkungan?
5. Pada proses mana yang benar benar menentukan kualitas minyak?
Chella arfanya XII/ 15
Hapus1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3.Kadar FFA (asam lemak bebas)
Bilangan peroksida (tingkat oksidasi)
Kadar air dan kotoran
Warna
Indeks bias
Bilangan penyabunan
Stabilitas oksidatif.
4.Limbah cair dari proses rafinasi dapat mencemari air jika tidak diolah.
Penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan residu.
Konsumsi energi tinggi pada proses produksi menambah emisi karbon.
Penggunaan lahan untuk bahan baku dapat mempengaruhi ekosistem.
5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
1. membuat nilai FFA stabil tidak hanya terpaku pada satu proses saja, semua proses berpengaruh terhadap terjadinya nilai FFA yang stabil, namun membuat nilai FFA yang stabil lebih di rujukan pada proses Deodorizing plant
Hapus2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal
3. PV (peroxide value), FFA (Free fatty acid), IV (iodine Value), MP (Melting Point), CP (Cloud Point), Moisture content,warna
4. Dampak edible oil terhadap ligkungan akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah yang sesuai prosedur dengan contoh menjadikan PFAD dari proses degumming untuk dijadikan kosmetik seperti vaseline.
5). Semua proses sangat berpengaruh terhadap hasil kualitas minyak, tidak hanya terpaku pada satu proses saja dikarenakan satu proses ke proses lain sangat bergantung
Achmad Jalil Al Fithroh
Hapus1. Saling berkaitan semua, tapi bisa disorot di deodorizing yang paling berpengaruh
2. Berdasar jurnal rendemen yg didapat dengan perbandingan 1:7 mendapat 44,6%, tapi persentase kemurnian nya >90%
3. Ada analisa pokok seperti PV, IV, MC, FFA, P Content
4. Tidak baik, oleh karena itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri entah diolah sendiri jika fasilitas memungkinkan, atau jasa eksternal seperti mematuhi contohnya
5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus?
1. Pada tempat deodorize , namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadinya pembuatan nilai FFA yang stabil.
Hapus2. 90% kemungkinan minyak kelapa jagung dari pembuatan awal
3. PV, FFA,IV, MP,CP, MOISTURE CONTENT, WARNA
4. Dampak Edible oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah dengan prosedur yang tepat
5. Semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak tersebut, tidak terpaku pada suatu proses saja karena antar proses saling pengaruh
1. yang membuat nilai ffa stabil yaitu pada proses deodorizing
Hapus2. diatas 95%
3. moisture,ffa,pv,iv,mp,cp
4. pada lingkungan jika kita ingin membebaskan lahan secara cepat maka akan dibakat jika api tidak terkendali akan terjadi kebakaran hebat, limbahBE akan menjadi B3 dikarenakan tercampur minyak
5.pada proses pengujian/semua proses penting dan berkaitan dalam proses untuk menghasilkan hasil yang terbaik
nama:alfattah firaldy kusuma
kelas:XII TKI 1/2
1. Dimana tempat yang membuat nilai FFA stabil?
HapusJawaban : Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi.
2. Berapa kemungkinan persentase kemurnian yang didapat saat ekstraksi biji jagung?
Jawaban : umumnya kemurnian minyak sekitar 90% tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian.
3. Analisa minyak edible oil parameter nya apa saja?
Jawaban : Parameter yang digunakan untuk analisa edible oli adalah FFA, P CONTENT, PIV, VI
4. Bagaimana dampak produksi edible oil pada lingkungan?
Jawaban : Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Pada proses mana yang benar benar menentukan kualitas minyak?
Jawaban : Setiap proses tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak, maka dari itu kita tidak dapat tertuju pada proses tertentu untuk menentukan kualitas pada edible oil.
1. Membuat nilai FFA stabil tidak terpaku pada 1 proses saja, tapi tiap proses mempengaruhi pengendalian nilai FFA. Bukan hanya pada proses, tetapi juga pada kualitas bahan baku yang sesuai dengan standar atau kesegaran bahan baku yang harus terjaga. Tapi dari itu semua, pengendali terpenting ada pada Deodorizing Plant.
Hapus2. Tingkat kemurnian minyak jagung mencapai 90% dari proses pembuatan awal
3. Ada banyak pengujian yang dilakukan yaitu Pengujian FFA (Free Fatty Acid) , PV (Peroxide Value), IV (Iodine Value) P content, MP (Melting Point), CP (Cloud Point), colour dan Moisture content
4. Dampak Edible Oil terhadap ligkungan tergantung pada sistem k3lh pabrik bagaimana mengolah limbah tersebut entah akan diolah kembali menjadi limbah yang aman untuk di buang di selokan pada WWTP atau di buang langsung tanpa pengolahan atau bahkan dilakukan pemanfaatan kembali pada sektor lain
5. Setiap tahapan dalam rangkaian produksi minyak memegang peranan krusial dalam menentukan mutu akhir produk minyak, tidak hanya terpaku pada satu proses saja dikarenakan satu proses ke proses lain sangat bergantung satu sama lain. Dengan demikian, setiap proses bersifat saling bergantung: kekurangan di satu titik akan menuntut koreksi berantai di titik-titik berikutnya, dan hanya lewat pengendalian menyeluruh di seluruh rangkaian produksi baru dapat memastikan minyak jagung yang stabil, jernih, dan tahan simpan.
1. Menjaga nilai FFA agar tetap stabil tidak hanya bergantung pada satu tahapan proses saja, karena seluruh rangkaian proses produksi turut memengaruhinya. Namun, proses Deodorizing menjadi salah satu tahapan yang paling berperan dalam menstabilkan nilai FFA secara signifikan.
Hapus2. Tingkat kemurnian minyak kelapa jagung yang dihasilkan dari proses awal mencapai sekitar 90%.
3. ada banyak, yaitu Pengujian FFA (untuk mengetahui jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak), Pengujian PV (untuk mengukur jumlah peroksida), Pengujian IV (untuk mengukur tingkat ketidakjenuhan pada minyak), Moisture Content (untuk mengukur kadar air dalam minyak), P Content (untuk mengetahui kandungan senyawa fosfor)
4. Hal tersebut tentu tidak baik bagi lingkungan, sehingga setiap industri umumnya memiliki kebijakan masing-masing untuk mengelola dampaknya. Pengolahan limbah bisa dilakukan secara mandiri jika fasilitasnya tersedia, atau bekerja sama dengan pihak ketiga yang berizin resmi. Tujuannya adalah agar limbah diproses sesuai standar lingkungan dan tidak mencemari alam.
5. Setiap tahapan dalam proses tidak bisa dipisahkan atau dianggap lebih penting dari yang lain karena semuanya saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Namun, pada tahap awal biasanya memiliki peran besar dalam menentukan hasil akhir, terutama terkait pengaturan dosis bahan pembantu, bahan tambahan, dan parameter proses lainnya.
1. Semua tahapan saling berkaitan, namun deodorizing merupakan proses yang paling berpengaruh dalam menjaga kestabilan nilai FFA (Free Fatty Acid).
Hapus2. tingkat kemurnian minyak kelapa jagung yang dihasilkan dari proses awal mencapai sekitar 90%
3. Parameter analisis minyak edible (edible oil) meliputi: PV (Peroxide Value), IV (Iodine Value), MC (Moisture Content), FFA (Free Fatty Acid), dan P Content (kandungan fosfor).
4. Dampak produksi minyak edible terhadap lingkungan tergolong tidak baik. Oleh karena itu, setiap industri memiliki kebijakan tersendiri—baik mengolah limbahnya secara mandiri jika memiliki fasilitas yang memadai, maupun menggunakan jasa pengelolaan limbah eksternal sesuai peraturan yang berlaku.
5. Tidak ada satu proses tunggal yang bisa dianggap paling menentukan, karena seluruh tahapan saling memengaruhi. Namun, kualitas awal bahan baku serta dosis bahan pembantu dan tambahan sangat mempengaruhi hasil akhir. Jika kualitas bahan mentah baik, maka proses lanjutan bisa menghasilkan minyak dengan kualitas yang tinggi pula.
1. di tempat yang kering, bersih, gelap, dan bersuhu rendah. Penyimpanan dalam wadah tertutup kedap udara seperti drum stainless steel atau botol kaca gelap juga membantu mencegah oksidasi dan hidrolisis yang meningkatkan kadar FFA
Hapus2. 97–99% setelah proses pemurnian (refining).
3. FFA, IV, PV, SV
4. Pencemaran air dari limbah proses (seperti degumming, netralisasi, bleaching). Emisi karbon dari proses transportasi dan pabrikasi.
5. Proses pengujian penting, tapi semua semua tahap saling mendukung untuk hasil minyak terbaik.
Istiqomah Anur Rahma/30
Hapus1. Tempat yang paling berpengaruh membuat nilai FFA yang stabil adalah deodorizing.
2. Kemungkinan tingkat kemurnian minyak jagung mencapai sekitar 90%
3. FFA, PV, IV, MC, dan P content.
4. Produksi edible oil dapat berdampak tidak baik pada lingkungan. Oleh karena itu setiap industri memiliki kebijakan tersendiri untuk mengolah limbahnya.
5. Setiap proses penting dan berkaitan dalam menentukan kualitas minyak
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus1. Nilai dari Free fatty acid (FFA) stabil jika ditempatkan ditempat yang kering, bersih, gelap, dan bersuhu rendah juga terlindung dari paparan oksigen untuk mencegah oksidasi.
Hapus2. Sekitar 97-99% saat setelah proses pemurnian
3. Parameter yang digunakan dalam analisa edible oil (P CONTENT, FFA, VI, PIV)
4. Dampak dari produksi edible oil tersebut termasuk membahayakan bagi lingkungan, karena memerlukan proses yang rumit sebab dalam limbah tersebut terkandung bahan yang berbahaya. Maka dari itu limbah tersebut harus sesuai dengan mutu dari pengolahan limbah saat dibuang.
5. Setiap proses tahapan sangat penting karena saling mendukung untuk mendapatkan hasil minyak yang sesuai dengan standar
I Putu Bagus Romanta
BalasHapusXII TKI-1/26
1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) atau Asam Lemak Bebas dalam minyak akan lebih stabil jika disimpan dalam kondisi yang meminimalkan degradasi
2.Kemurnian minyak jagung jadi (setelah dimurnikan): Bisa di atas 99% trigliserida murni.
Efisiensi ekstraksi minyak dari biji (yield):
Pengepresan: 50-80% dari total minyak.
Ekstraksi pelarut: Lebih dari 95% dari total minyak.
3.Asam Lemak Bebas (FFA), Bilangan Peroksida (PV), Profil Asam Lemak, Warna, Kelembaban, Kandungan Logam Berat, dan Stabilitas Oksidatif.
4.Dampak negatif meliputi deforestasi, hilangnya habitat, emisi gas rumah kaca, penggunaan air intensif, dan pencemaran air/tanah. Dampak positif muncul dari praktik berkelanjutan seperti sertifikasi.
5.Kualitas minyak sangat ditentukan oleh kualitas bahan baku (biji/buah) dan seluruh tahapan proses pemurnian (degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi). Deodorisasi khususnya sangat memengaruhi rasa, bau, dan stabilitas akhir.
Nama: Edoardo Ferdinand Prathama
BalasHapusKelas : 12 TKI-1/19
1. Ruang dingin, kering, tertutup rapat, dan bebas cahaya.
2. Sekitar 90–98%, tergantung metode (mekanis atau pelarut).
3. FFA, Peroxide Value, Anisidine Value, Iodine Value, Saponifikasi, Kadar air, Warna, Indeks bias, Smoke point.
4. Deforestasi, limbah, emisi gas rumah kaca, penggunaan air & pestisida
5.Refining (terutama degumming, netralisasi, bleaching, deodorization
1. Pada tempat deodorize, namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada nilai terjadinya pembuatan FFA yang stabil
BalasHapus2. 90% kemungkinan minyak jagung yang pembuatannya dari awal
3. FFA, IV, MC, PV, CP, MP, WARNA
4. Dapat membahayakan karna memerlukan proses rumit dan hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Semua proses berpengaruh karna kualitas minyak tidak terpaku pada 1 proses saja
1. tepatnya pada deodorize, Namun semua proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadi pembuatan nilai ffa yang stabil.
BalasHapus2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal
3. PV, FFA, IV, MP, CP, MOISTURE CONTENT, WARNA
4. dampak edibel oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah sesuai prosedur yang tepat
5. semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak, tidak terpaku pada satu proses saja karena antar proses saling berkaitan.
Soal !
BalasHapus1. Dimana tempat membuat nilai FFA yang stabil 7
2. Berapa kemungkinan % kemurnian?
3. Analiza minyak Parameternya apa saja
4. Bagaimana dampak produksi Edible oil pada lingkungan?
5. Pada proses mana yang benar-benar menentukan kluatis minyak?
Jawaban !
1. Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3. PV, IV, MC, PConten, FFA
4. Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
Soal !
BalasHapus1. Dimana tempat membuat nilai FFA yang stabil 7?
2. Berapa kemungkinan % kemurnian?
3. Analiza minyak Parameternya apa saja?
4. Bagaimana dampak produksi Edible oil pada lingkungan?
5. Pada proses mana yang benar-benar menentukan kluatis minyak?
Jawaban !
1. Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3. PV, IV, MC, PConten, FFA
4. Tentu membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
Berikut jawaban singkat tanpa tanda bintang:
BalasHapusNama: FERDY ARIYANTO
Kelas : 12 TKI-1 /21
1. Tempat yang membuat nilai FFA stabil:
Tempat penyimpanan yang kering, sejuk, tertutup rapat, dan minim paparan udara/oksigen menjaga nilai FFA (Free Fatty Acid) tetap stabil.
2. Kemungkinan persentase kemurnian saat ekstraksi biji jagung:
Kemurnian minyak hasil ekstraksi biji jagung bisa mencapai 95–98%, tergantung metode ekstraksi (mekanis vs kimiawi) dan kondisi bahan baku.
3. Parameter analisa minyak edible oil:
FFA (Asam Lemak Bebas)
PV (Peroxide Value)
IV (Iodine Value)
Moisture & Volatile content
Warna, bau, dan kejernihan
Kandungan logam berat dan sisa pelarut (jika pakai solvent)
4. Dampak produksi edible oil pada lingkungan:
Pencemaran air dan tanah dari limbah proses
Emisi gas dari proses pemurnian
Pemborosan energi dan air
Penggunaan pestisida saat budidaya tanaman minyak seperti sawit
5. Proses yang menentukan kualitas minyak:
Proses pemurnian atau refining, terutama tahap netralisasi dan deodorisasi, sangat menentukan kejernihan, bau, rasa, dan kestabilan minyak.
1. Saling berkaitan semua, tapi bisa disorot di deodorizing yang paling berpengaruh
BalasHapus2. Berdasar jurnal rendemen yg didapat dengan perbandingan 1:7 mendapat 44,6%, tapi persentase kemurnian nya >90%
3. Ada analisa pokok seperti PV, IV, MC, FFA, P Content
4. Tidak baik, oleh karena itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri entah diolah sendiri jika fasilitas memungkinkan, atau jasa eksternal seperti mematuhi contohnya
5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus?
1. tepatnya pada deodorize, Namun semua proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadi pembuatan nilai ffa yang stabil.
BalasHapus2. 90% kemurnian minyak kelapa jagung dari pembuatan awal
3. PV, FFA, IV, MP, CP, MOISTURE CONTENT, WARNA
4. dampak nya aman jika dilajukan pengolahan limbau sesuai prosedur
5. semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak, tidak terpaku pada satu proses saja karena antar proses saling berkaitan.
BalasHapus1. Nilai FFA minyak goreng paling stabil jika disimpan pada suhu antara 18°C–36°C, terutama di tempat sejuk, kering, gelap, dan wadah tertutup rapat (misal botol kaca gelap).
2. Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3. PV, IV, MC, PConten, FFA
4. Tentu dampaknya membahayakan, maka dari itu memerlukan proses rumit karena hasil limbah mengandung kandungan berbahaya, limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat di terima oleh alam dan lingkungan sekitar juga harus sesuai dengan mutu pengolahan limbah minyak.
5. Tidak bisa di sorot satu karena tiap tahapan penting dan saling berkaitan antara yang lain, namun untuk start awal yang mempengaruhi terkait dosis bahan pembantu, tambahan, dsb. Pada kualitas bahan mentah tersebut bisa diolah hingga kualitasnya seberapa bagus.
1.Nilai FFA stabil saat proses deodorizing, karena pada tahap ini FFA diuapkan dengan suhu tinggi dan vakum.
BalasHapus2.Kemurnian ekstrak biji jagung bisa mencapai >95%, terutama dengan metode ekstraksi pelarut.
3.Parameter analisa minyak:
-Moisture (kadar air)
-FFA
-PV (Peroxide Value)
-IV (Iodine Value)
-MP (Melting Point)
-CP (Cloud Point)
4.Dampak lingkungan:
Pembakaran lahan bisa sebabkan kebakaran besar.
Limbah tercampur minyak bisa jadi limbah B3 yang berbahaya.
5.Proses pengujian penting, tapi semua tahap saling mendukung untuk hasil minyak terbaik.
Fitri Puspita dewi /24
Hapus1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian.
3. Ada FFA, PV, MC, IV, PConten
4. Contohnya seperti pembukaan lahan yang dilakukan dengan Pembakaran hutan, asap dari pembakaran hutan yang menyebabkan polusi dan pembakaran yang tidak merata.
5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
1. Pada tempat deodorize , namun pada proses berpengaruh dan saling berkaitan pada terjadinya pembuatan nilai FFA yang stabil.
BalasHapus2. Menghasilkan minyak dengan kemurnian sekitar 80–90%, tetapi kualitasnya lebih tinggi karena minim panas dan degradasi.
3. PV, FFA,IV, MP,CP, MOISTURE CONTENT, WARNA
4. Dampak Edible oil akan aman (tidak membuat pencemaran) jika dilakukan pengolahan limbah dengan prosedur yang tepat
5. Semua proses sangat berpengaruh pada kualitas minyak tersebut, tidak terpaku pada suatu proses saja karena antar proses saling pengaruh
Bila Adiana putri
BalasHapusXII TKI 1/13
1. Yang paling tersorot ada di deodorize ,tapi semua proses juga berpengaruh pada pembuatan FFA,dan juga harus disimpan di tempat yang sejuk ,kering dan gelap
2. Menghasilkan kan minyak 95% - 99%tergantung metode ekstraksi
3. PV,FFA,IV,MP,CP, MOISTURE CONTENT WARNA
4. Tidak aman untuk lingkungan,maka dari itu tiap industri memiliki kebijakan sendiri terhadap limbah tersebut dan melakukan prosedur yang tepat untuk mengolah
5. Semua proses sangat penting dan tidak hanya tersorot pada satu proses saja
Aulia Dewi Az-Zahra
BalasHapusXII TKI 1/10
1. Tempat yang membuat FFA stabil:
* Disimpan di tempat kering, sejuk (15–25°C), gelap, dan tertutup rapat.
* Minim oksigen & kelembaban.
2. Persentase kemurnian minyak jagung:
* 95–99%, tergantung metode ekstraksi, pemurnian, dan kualitas biji.
* Metode pelarut (misal: hexana) hasilnya lebih tinggi.
3. Parameter analisa edible oil:
* FFA, PV, IV, kadar air, warna, bau, logam berat, dan profil asam lemak.
4. Dampak lingkungan:
* Pencemaran air, limbah padat, bahan kimia berbahaya, emisi CO₂.
* Solusi: teknologi & pengolahan limbah ramah lingkungan.
5. Proses penentu kualitas minyak:
* Rafinasi: degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi.
* Juga penyimpanan & pengepakan.
Arinda Trianita Puspasari XII TKI 1/ 08
BalasHapus1.Nilai FFA (Free Fatty Acid) stabil jika minyak disimpan di tempat yang kering, gelap, bersuhu rendah, dan terlindung dari paparan udara/oksigen untuk mencegah oksidasi
2.Umumnya kemurnian minyak jagung setelah proses rafinasi bisa mencapai sekitar 95–99%, tergantung metode ekstraksi (mekanis atau dengan pelarut) dan proses pemurnian
3.Kadar FFA (asam lemak bebas)
Bilangan peroksida (tingkat oksidasi)
Kadar air dan kotoran
Warna
Indeks bias
Bilangan penyabunan
Stabilitas oksidatif.
4.Limbah cair dari proses rafinasi dapat mencemari air jika tidak diolah.
Penggunaan bahan kimia dapat menghasilkan residu.
Konsumsi energi tinggi pada proses produksi menambah emisi karbon.
Penggunaan lahan untuk bahan baku dapat mempengaruhi ekosistem.
5.Proses rafination (pemurnian), yang meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi. Tahap ini paling menentukan kualitas akhir minyak (warna, bau, kestabilan, dan nilai FFA).
Intan Wulandari /XII TKI 1/29
BalasHapus1.Di bagian tengah proses ekstraksi, ketika rasio pelarut terhadap materi tanaman optimal.
2.70% hingga 85%, tergantung pada 2metode dan kondisi ekstraksi.
3.Kandungan FFA
Iodine Value
Viskositas
Titik Asap
Indeks Iodinasi
Kandungan Air
Kandungan Logam
4.Deforestasi
Pencemaran Lingkungan
Penggunaan Energi Tinggi
Gangguan Habitat
5.Proses ekstraksi dan pemurnian.
Kelompok 2 Industri Sabun dan Deterjen
BalasHapus1. Bagaimana pengendalian pH dan kestabilan busa dilakukan dalam proses pembuatan sabun dan deterjen?
2. Jika pH dalam proses pembuatan terlalu rendah atau tinggi apa yang harus di lakukan?
3. Bagaimana proses pemilihan pewarna dan pewangi yang aman buat kulit?
4. Bagaimana cara menentukan kualitas sabun yang layak digunakan?
5. Apa saja parameter pengujian sabun?
1. pengendalian ph pada sabun dan deterjen terletak pada NAOH, dan pada sabun batang jarang sekali terjadi over ph (terlalu asam) dan jika terjadi akan dilakukan reprosess dan penambahan citric acid untuk penstabilan PH.
Hapus2. dilakukan reproses dengan menambahkan NaOH ataupun citric acid sebagai indikator penstabilan PH (keasaman atau kebasaan)
3. memilih bahan pewarna yang BPOM,memilih bahan yang bersifat non iritab dan non alergenik,pengaturan dosis sesuai standar (10-20%) agar tidak mempengaruhi reaksi pada kulit. Serta memilih warna sesuai jenis sabun apa yang akan dibuat, contoh jika membuat sabun bayi,industri akan memilih pewarna yang cocokk sesuai R&D
4. dengan uji ph (7-10), kadar air (10%-15%), uji ffa , uji busa dan stabilisasi busa, uji hardness,uji organolebtik (warna,bai,tekstur)
5. uji fisik (busa,viskositas,stabilitas). komia (kadar air,ph,ffa,mda), uji organolebtik(aroma,tekstur,kesan setelah penggunaan)
Beauty Salzabila Jannah / 12 TKI-1 / 12
Hapus1. Dalam proses pembuatan sabun dan deterjen, pH dikendalikan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kondisi pH yang terlalu rendah (asam) sangat jarang terjadi. Namun, jika hal ini muncul, biasanya akan dilakukan reproses disertai penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH produk.
2. Proses penyesuaian pH dilakukan kembali dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat (citric acid) sebagai penyeimbang untuk mencapai tingkat keasaman atau kebasaan yang stabil.
3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan memastikan bahan tersebut terdaftar di BPOM, bersifat non-iritan dan tidak menimbulkan alergi. Dosis pewarna juga diatur sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman dan tidak memicu reaksi pada kulit. Selain itu, pemilihan warna disesuaikan dengan jenis sabun yang akan diproduksi. Misalnya, untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang sesuai berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan (R&D).
4. Pengujian dilakukan melalui beberapa parameter, seperti pH (rentang 7–10), kadar air (sekitar 10–15%), serta pengujian FFA (asam lemak bebas). Selain itu, dilakukan juga uji terhadap kemampuan dan kestabilan busa, tingkat kekerasan (hardness), serta uji organoleptik yang mencakup warna, aroma, dan tekstur produk.
5. Pengujian meliputi aspek fisik seperti tampilan busa, tingkat viskositas, dan kestabilan produk. Secara kimia, dilakukan analisis terhadap kadar air, pH, FFA, dan MDA. Sementara itu, uji organoleptik mencakup penilaian aroma, tekstur, serta kesan yang dirasakan setelah penggunaan.
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
Hapus2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat
4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik
5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa)
Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid)
Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Pengendalian pH pada sabun dan deterjen dilakukan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kasus kelebihan pH (terlalu basa) jarang terjadi. Namun, jika hal tersebut terjadi, maka dilakukan reproses dengan penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH.
Hapus2. Reproses dilakukan dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat sebagai penyeimbang, tergantung apakah produk terlalu asam atau terlalu basa, guna menjaga kestabilan pH.
3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: pewarna yang telah terdaftar di BPOM, bersifat non-iritatif dan non-alergenik, serta penggunaan dosis yang sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman bagi kulit. Pemilihan warna juga disesuaikan dengan jenis sabun; misalnya untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang cocok berdasarkan hasil riset dan pengembangan (R&D).
4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian mutu sabun cair mencakup uji fisik (busa, viskositas, dan stabilitas), uji kimia (kadar air, pH, FFA, dan MDA), serta uji organoleptik (aroma, tekstur, dan kesan setelah penggunaan).
Istiqomah Anur Rahma/30
Hapus1. Untuk pengendalian ph, ditambahkan bahan kimia seperti citric acid dan NaOH untuk menstabilkan ph sabun.
2. Menambahkan bahan sebagai penyeimbang tergantung apakah produk terlalu asam atau basa, untuk menjaga kestabilan ph.
3. Memilih bahan pewarna bersifat non iritatif dan non alergenik dan pemilihan warna sesuai jenis sabun.
4. Uji ph (7-10), uji kadar air (10%-15%), uji ffa, uji busa, uji organoleptik.
5. Uji fisik(uji busa,viskositas,stabilitas), uji kimia(air, ph,ffa,mda), uji organoleptik(warna, aroma, tekstur).
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
Hapus2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat
4. 4. Melakukan uji pH 7-10, uji kadar air minimal 10 dan maksimal 15 dan agar tidak ada kandungan air, menguji kadar lemak, nyaman saat digunakan Uji Busa dan Stabilisasi Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik
5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa)
Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid)
Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
Achmad Jalil Al Fithroh/01
Hapus1. Jika pH terlalu tinggi (basa), bisa ditambahkan bahan seperti citric acid untuk menurunkannya. Sebaliknya, jika pH terlalu rendah (asam), bisa ditambahkan NaOH sedikit demi sedikit sampai pH sesuai. Untuk mengurangi busa berlebih, bisa disesuaikan takaran Texapon atau Camperlan saat pencampuran, lalu dilakukan pengujian di laboratorium untuk memastikan hasilnya sesuai.
2. Jika pH produk terlalu tinggi dan bersifat basa, kita bisa menambahkan citric acid supaya lebih netral. Tapi kalau pH-nya terlalu rendah dan bersifat asam, kita bisa tambahkan NaOH agar pH naik ke angka yang diinginkan.
3. Dalam memilih bahan untuk produk, penting memastikan semua bahan sudah terdaftar di BPOM, tidak menyebabkan iritasi atau alergi (non-iritan dan non-alergenik), dan digunakan dalam dosis yang tepat agar tetap aman dipakai.
4. Beberapa uji yang biasa dilakukan untuk mengecek kualitas produk yaitu uji pH, uji kadar air, uji kadar lemak bebas, uji busa dan kestabilan busa, uji kekerasan, dan uji organoleptik seperti bau, warna, dan tekstur.
5. Pengujian dilakukan secara lengkap mulai dari uji fisik seperti tinggi busa, kekentalan, dan kestabilan busa; uji kimia seperti kadar air, pH, kadar alkali bebas, kadar lemak, serta kandungan malondialdehid; dan uji organoleptik untuk menilai warna, aroma, tekstur, dan kesan setelah digunakan.
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
Hapus2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat
4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik
5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa)
Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid)
Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
Hapus2. Jika terlalu tinggi bersifat basa dapat ditambahkan citric acid untuk mentralkannya dan jika terlalu rendah bersifat asam dapat ditambahkan sedikit basa seperti NaOH
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat
4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasu Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik
5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa)
Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid)
Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1. Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi
Hapus2. Jika pH terlalu tinggi (bersifat basa), bisa ditambahkan sedikit asam, seperti asam stearat, untuk menetralkannya. Jika pH terlalu rendah (bersifat asam), bisa ditambahkan sedikit basa, seperti natrium hidroksida, dengan hati-hati
3. memilih bahan yang sudah terdaftar dan diizinkan bpom
- memilih bahan yang bersifat non-iritan dan non-alergenik
- uji coba pada kulit (patch test)
- uji stabilitas dalam formula sabun/deterjen
- pengaturan dosis yang tepat
4. - uji pH
(sekitar 7–10) agar tidak merusak kulit.
- uji kadar air *10% - 15%* agar tidak terlalu lembek
- uji kadar lemak bebas
- uji busa dan stabilitas busa
- uji kekerasan (hardness)
- uji organoleptik
mencakup warna, bau, dan tekstur
5. uji fisik, uji kimia, uji organoleptik
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa
HapusSelama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium
Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi
Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang
Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik
Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
1. pH dikontrol dengan menyesuaikan jumlah basa/alkali seperti KOH atau NaOH hingga kisaran pH sabun yang aman (umumnya 9–11 sesuai SNI). Kestabilan busa diuji dengan melihat seberapa banyak busa yang bertahan setelah beberapa menit (umumnya diukur setelah 5 menit). Sabun dikatakan stabil jika nilai stabilitas busa di atas 70%.
Hapus2. Bila pH terlalu rendah, tambahkan sedikit basa (contoh: KOH/NaOH). Bila pH terlalu tinggi, tambahkan asam lemah atau bahan penyeimbang untuk menurunkan pH.
3. Gunakan pewarna alami (pewarna makanan) atau sintetis yang sudah diuji aman untuk kosmetik. Untuk pewangi, hindari bahan berbahaya; untuk kulit sensitif, pilih produk fragrance-free
4. Kualitas sabun ditentukan dengan cek pH (harus sesuai standar), kestabilan & tinggi busa, kadar air, aroma, warna, tekstur, dan keamanan bagi kulit.
5. Parameter utama: pH, kestabilan & tinggi busa, kadar air, organoleptik (warna, bau, tekstur), kekentalan, kandungan alkali bebas, dan uji cemaran mikroba
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa
HapusSelama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium
Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi
Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang
Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik
Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
1. pengendalian ph pada sabun dan deterjen terletak pada NAOH, dan pada sabun batang jarang sekali terjadi over ph (terlalu asam) dan jika terjadi akan dilakukan reprosess dan penambahan citric acid untuk penstabilan PH.
Hapus2. Jika pH produk terlalu tinggi dan bersifat basa, kita bisa menambahkan citric acid supaya lebih netral. Tapi kalau pH-nya terlalu rendah dan bersifat asam, kita bisa tambahkan NaOH agar pH naik ke angka yang diinginkan.
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat
4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Parameter utama: pH, kestabilan & tinggi busa, kadar air, organoleptik (warna, bau, tekstur), kekentalan, kandungan alkali bebas, dan uji cemaran mikroba
1. Pengukuran dan Penyesuaian pH serta Pengendalian Busa
HapusSelama proses berlangsung, pH dipantau dan diukur secara kontinu. Jika pH tidak sesuai, dilakukan penyesuaian dengan menambahkan bahan seperti asam sitrat (jika terlalu basa) atau NaOH (jika terlalu asam). Untuk mengendalikan busa, penyesuaian komposisi bahan seperti texaphon atau camperlan dilakukan saat tahap pencampuran. Validasi hasil juga didukung oleh pengujian laboratorium.
2. Reproses Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium
Sebelum melanjutkan ke tahap proses berikutnya, sampel dari proses sebelumnya diuji di laboratorium. Jika hasil menunjukkan pH yang tidak sesuai (misalnya terlalu tinggi), maka bahan tidak akan diteruskan ke tahap selanjutnya, melainkan dilakukan proses ulang (reproses) dalam tangki yang sama.
3. Penelitian dan Kepatuhan Regulasi Sebelum Produksi
Sebelum produk dikembangkan, tim R&D melakukan riset mendalam untuk menyesuaikan formulasi dengan standar produk yang ditetapkan. Produk juga harus sesuai dengan regulasi dan terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanan bagi konsumen.
4. Pengujian Karakteristik Produk Sabun Batang
Produk diuji untuk memastikan pH berada pada angka 7 dan kadar air berada antara 10–15%. Kelebihan air dapat menyebabkan sabun menjadi lembek. Selain itu, dilakukan pula pengujian kadar asam lemak bebas, busa dan kestabilannya, total hardness, serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian Fisik, Kimia, dan Organoleptik
Pengujian fisik meliputi karakteristik busa, kekentalan (viskositas), dan kestabilan busa. Pengujian kimia mencakup kadar air, pH, free fatty acid (FFA), dan MDA. Sedangkan pengujian organoleptik menilai warna, aroma, tekstur, serta sensasi saat digunakan.
nama:alfattah firaldy kusuma
Hapuskelas:XII TKI 1
1. Ditambahkan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
2. untuk menyetarakan ph antara asam dan basa adalah memberikan bahan penyetara ph seperti citric acid dan NaOH
3. Memilih bahan yang sudah terdaftar di BPOM, Memilih bahan yg bersifat non-iritan dan non-alergenik, dan mengatur dosus yang tepat, menentukan sabu apa yang kita buat
4. Uji pH, Uji Kadar Air, Uji Kadar Lemak Bebas, Uji Busa dan Stabilisasi Busa, Uji Kekerasan (hardness), dan Uji Organoleptik,uji FFA, uji kelarutan,Melting point
5. Uji fisik (Tinggi busa,Kekentalan,Stabilitas busa)
Uji Kimia (Kadar air,pH,Kadar alkali bebas,Kadar lemak, Kandungan malondialdehid)
Uji Organoleptik (Warna,Aroma,Tekstur,Kesan setelah pemakaian)
1.Penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basa dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texapon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi
Hapus2. Jika pH terlalu tinggi (bersifat basa), bisa ditambahkan sedikit asam, seperti asam stearat, untuk menetralkannya. Jika pH terlalu rendah (bersifat asam), bisa ditambahkan sedikit basa, seperti natrium hidroksida, dengan hati-hati
3. memilih bahan yang sudah terdaftar dan diizinkan bpom
- memilih bahan yang bersifat non-iritan dan non-alergenik
- uji coba pada kulit (patch test)
- uji stabilitas dalam formula sabun/deterjen
- pengaturan dosis yang tepat
4. - uji pH
(sekitar 7–10) agar tidak merusak kulit.
- uji kadar air *10% - 15%* agar tidak terlalu lembek
- uji kadar lemak bebas
- uji busa dan stabilitas busa
- uji kekerasan (hardness)
- uji organoleptik
mencakup warna, bau, dan tekstur
5. uji fisik, uji kimia, uji organoleptik
1. Untuk pH dapat melakukan pengukuran dan pemantauan kontinu saat proses berjalan, penambahan bahan penyesuai pH seperti citric acid bila terlalu basah dan NaOH bila terlalu asam. Untuk pengendalian busa dapat menyesuaikan banyaknya komposisi texaphon atau camperlan pada saat pencampuran di proses juga dilakukan uji laboratorium untuk validasi.
BalasHapus2. Dilakukannya re proses. Dari proses 1 ke proses yang lain dilakukan pengujian di laboratorium untuk memastikan ke proses selanjutnya tidak ada masalah, bila pada proses 1 ke 2 terjadi pH yang terlalu tinggi maka tidak akan dilakukan transfer tetapi dilakukan re proses pada tangki tersebut.
3. Sebelum membuat produk R&D melakukan riset untuk tiap produk yang akan dibuat atau dipasarkan untuk menyesuaikan standar produk tersebut. Memastikan produk sesuai dan terdaftar BPOM, agar tidak membahayakan konsumen.
4. Akan dilakukan uji pH yang harus memiliki kadar pH 7, kadar air 10-15% karena kalau semakin banyak air yang ada pada sabun batang ini sabun akan menjadi lembek, kadar asam lemak bebas , uji busa dan stabilitas busa, uji total hardness,organolabtik (warna, bau, tekstur)
5. uji fisik (busa,kekentalan/viskositas,stabilitas busa), kimia (kadar air,ph,ffa,mda), organilabtik (warna, aroma, tekstur, kesan saat penggunaan)
1. Pengendalian pH pada sabun dan deterjen dilakukan melalui penambahan NaOH. Pada sabun batang, kasus kelebihan pH (terlalu basa) jarang terjadi. Namun, jika hal tersebut terjadi, maka dilakukan reproses dengan penambahan asam sitrat (citric acid) untuk menstabilkan pH.
BalasHapus2. Reproses dilakukan dengan menambahkan NaOH atau asam sitrat sebagai penyeimbang, tergantung apakah produk terlalu asam atau terlalu basa, guna menjaga kestabilan pH.
3. Pemilihan bahan pewarna dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: pewarna yang telah terdaftar di BPOM, bersifat non-iritatif dan non-alergenik, serta penggunaan dosis yang sesuai standar (sekitar 10–20%) agar aman bagi kulit. Pemilihan warna juga disesuaikan dengan jenis sabun; misalnya untuk sabun bayi, industri akan memilih pewarna yang cocok berdasarkan hasil riset dan pengembangan (R&D).
4. Pengujian mutu sabun batang dilakukan melalui beberapa uji, antara lain uji pH (rentang 7–10), kadar air (10–15%), uji FFA (Free Fatty Acid), uji busa dan kestabilannya, uji kekerasan (hardness), serta uji organoleptik (warna, aroma, dan tekstur).
5. Pengujian mutu sabun cair mencakup uji fisik (busa, viskositas, dan stabilitas), uji kimia (kadar air, pH, FFA, dan MDA), serta uji organoleptik (aroma, tekstur, dan kesan setelah penggunaan).
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ?
BalasHapus2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ?
3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ?
4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ?
5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ?
6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada alat yang paling penting, karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula, bila ada satu alat yang bermasalah, maka hasilnya akan mempengaruhi proses atau hasil yang lain
Hapus2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik. Abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik. Tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MSG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula yang tidak lolos qc akan diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional. filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Semua alat penting dan berperan untuk menghasilkan nira jernih.
Hapus2. Menghasilkan produk samping, berupa ampas tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel. Abunya untuk bahan campuran pupuk.
3. Curah gula diolah lagi di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru.
4. Gula terbuat dari air tanaman tebu, sedangkan bit gula terbuat dari akar tanaman yang mengandung sukrosa tinggi.
5. Stainer untuk menyaring partikel berukuran besar dan kasar hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional. Filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk.
6. Tidak ada bahan baku lain, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau. Jika musim hujan kualitas tanaman tebu kurang baik. Oleh karena itu, pada saat tidak musim tebu, karyawan atau pekerja pabrik gula diliburkan.
1. tidak ada alat yg paling penting, karena semua alat saling berhubungan untuk menghasilkan nira yang bagus bila ada satu alat yg bermasalah akan mempengaruhi proses hasil
Hapus2. ampas tebu, dibuat untuk memanaskan tebu untuk bahan bakar. abu hasil bakar untuk pupuk organik
3. yang tidak lolos akan diolah lagi di stasiun pemasakan
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. strainer menyaring partikel besar dan kasar dari suatu cairan (nira), filter press menyaring padatan halus (lumpur)
6. sebenernya tebu di tanam dan di panen jadi tebu tidak di tanam di satu lahan jadi tidak kan kekurangan bahan tebu, dan tebu tumbuh di musim panas sedangkan tidak semua cuacanya sama jadi bisa juga di kota bagian A hujan dan kota di bagian B musim panas
Beauty Salzabila Jannah / 12 TKI-1 / 12
Hapus1. Tidak ada alat yang paling penting semua alat saling berhubungan untuk menghasilkan nira yang bagus. Bila ada satu alat yang mengalami masalah maka akan mempengaruhi proses atau hasil yang lain.
2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. Curah gula yang tidak lolos qc akan diolah kembali di stasiun masakan.
4. Gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. Strainer berfungsi menyaring partikel yang berukuran besar & kasar dari suatu cairan. Sedangkan filter press berfungsi menyaring partikel halus seperti lumpur contohnya.
6. Tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah.
Chella arfanya /15
Hapus1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ?
2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ?
3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ?
4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ?
5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ?
6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
Jawab:
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
..ཹ๐ฎ แข Soal
Hapus1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ?
2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ?
3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ?
4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ?
5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ?
6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
2. ๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ?
BalasHapus2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ?
3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ?
4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ?
5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ?
6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik. abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik:
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk.
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1). tidak ada alat yang paling penting untuk menjadikan nira yang paling jernih, karena semua alat berpartisipasi untuk membuat nira yang jernih
Hapus2). produk samping menghsilkan ampas tebu di proses ketel, dan akan dibakar di boiler dan menghasilkan steam untuk operasional proses, Blotong juga bisa dibuat menjadi campuran ternah dan kaya nutrisi karena ada sisa sisa glukosa nya,dan abu hasil pembakaran dibuat pupuk organik, jadi produk samping ini tidak terbuang
3). curah gula di proses lagi ke stasiun pemasakan untuk nenjadi produk yng sama.
4). gula dari tebu adalah gula dari air tebunya, kalau beat gula dari tanaman tebu yang ada akarnya, kandungan gizinya lebih manis (banyak sukrosa) dari yang beat tebu
5). strainer menyaring partikel yang berukuran besar dan kasar dari suatu cairan nira.
filterr press berfungsi untuk menyaring padatan yang halus seperti lumpur hasil dari perasan air tebu yang pertama agar tidak ada kotoran.
6). tebu ditanam dan dipanen, dan lahannya banyak (tidak hanya di satu daerah) jadi tidak akan kehabisan bahan baku, dan tebu bisa hidup di musim panas
1). tidak ada alat yang paling penting untuk menjadikan nira yang paling jernih, karena semua alat berpartisipasi untuk membuat nira yang jernih
Hapus2). produk samping menghsilkan ampas tebu di proses ketel, dan akan dibakar di boiler dan menghasilkan steam untuk operasional proses, Blotong juga bisa dibuat menjadi campuran ternah dan kaya nutrisi karena ada sisa sisa glukosa nya,dan abu hasil pembakaran dibuat pupuk organik, jadi produk samping ini tidak terbuang
3). curah gula di proses lagi ke stasiun pemasakan untuk nenjadi produk yng sama.
4). gula dari tebu adalah gula dari air tebunya, kalau beat gula dari tanaman tebu yang ada akarnya, kandungan gizinya lebih manis (banyak sukrosa) dari yang beat tebu
5). strainer menyaring partikel yang berukuran besar dan kasar dari suatu cairan nira.
filterr press berfungsi untuk menyaring padatan yang halus seperti lumpur hasil dari perasan air tebu yang pertama agar tidak ada kotoran.
6). tebu ditanam dan dipanen, dan lahannya banyak (tidak hanya di satu daerah) jadi tidak akan kehabisan bahan baku, dan tebu bisa hidup di musim panas
1. Tidak ada alat yang paling dominan dalam industri pengolahan gula, karena setiap alat memiliki fungsi spesifik yang saling melengkapi dalam keseluruhan proses produksi.
Hapus2. a. Ampas tebu dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar untuk boiler, yang berfungsi menghasilkan uap dan energi listrik.
b. Abu dari pembakaran dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik.
c.Tetes tebu, yaitu cairan berwarna coklat yang tidak bisa dikristalkan, akan dikirim ke industri lain seperti MDG atau industri alkohol untuk diolah lebih lanjut menjadi produk baru.
3. Gula curah yang dihasilkan akan kembali diproses di stasiun pemasakan untuk dijadikan produk akhir.
4. Gula berasal dari cairan tebu yang diperoleh dari tanaman tebu. Sementara itu, bit gula merupakan tanaman dengan akar yang mengandung kadar sukrosa tinggi dan juga dibudidayakan secara komersial untuk produksi gula.
5. a. Strainer digunakan untuk menyaring partikel besar atau kasar. Sisa hasil penyaringan berupa ampas akan dialirkan ke stasiun ketel untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang menghasilkan uap guna menggerakkan sistem produksi.
b.Filter press berfungsi menyaring partikel-partikel halus, dan residunya berupa blotong yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam pembuatan pupuk.
6. Bahan baku utama dalam industri gula hanyalah tanaman tebu. Tanaman ini tumbuh optimal di musim kemarau. Selama musim hujan, kualitas tebu cenderung menurun karena kelebihan air yang diserap. Apabila pasokan tebu tidak tersedia atau kualitasnya buruk, maka operasional pabrik pun akan dihentikan sementara.
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Alat paling penting adalah alat klarifikasi, khususnya:
Hapus• Clarifier (alat pengendap) atau vacuum clarifier
• Sering dikombinasikan dengan pemanasan (heater) dan penambahan bahan kimia (seperti kapur) sebelum klarifikasi.
Tujuan: Menghilangkan kotoran, lumpur, dan senyawa pengganggu warna atau bau.
Hasilnya: Nira menjadi jernih dan siap dimurnikan lebih lanjut.
2. • Bagasse (ampas tebu):
➤ Bahan bakar boiler, pembuatan kertas, papan partikel (fiberboard).
• Molases (tetes tebu):
➤ Bahan baku industri etanol, alkohol industri & minuman, pakan ternak, pupuk cair organik.
• Limbah filter press (mud cake):
➤ Digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung fosfat dan nitrogen.
3. Gula curah (gula kasar hasil kristalisasi awal) bisa:
• Diolah lagi menjadi gula rafinasi untuk industri makanan/minuman
• Langsung dikemas menjadi gula konsumsi (pasar domestik)
• Atau diproses menjadi produk turunan, seperti:
• Gula cair
• Gula invert
• Sirup glukosa/fruktosa
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1.Tidak ada satu pun alat yang dapat dianggap paling penting dalam proses produksi gula, karena seluruh peralatan bekerja secara terpadu sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap alat memiliki kontribusi spesifik dalam mendukung kelancaran dan efisiensi proses produksi.
Hapus2. Ampas tebu tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar pada unit boiler. Proses ini menghasilkan energi berupa uap dan listrik yang digunakan untuk operasional pabrik.
Abu sisa pembakaran yang dihasilkan dari pembakaran ampas dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan pupuk organik, karena masih mengandung unsur mineral yang berguna bagi tanah.
Tetes tebu merupakan cairan sisa berwarna coklat dari proses pengolahan yang tidak dapat dikristalkan menjadi gula. Tetes ini akan dikirim ke industri lain, seperti pabrik monosodium glutamat (MSG) atau industri alkohol
3. Gula yang belum memenuhi standar mutu akan dikembalikan ke stasiun pemasakan untuk diproses ulang. Hal ini dilakukan agar produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan.
4. Gula yang diproduksi di Indonesia umumnya berasal dari tanaman tebu, yang diolah dari air nira tebu menjadi gula sederhana. Sementara itu, bit gula adalah tanaman yang hasil gulanya mudah diserap tubuh
5. Strainer digunakan untuk menyaring partikel berukuran besar dari cairan tebu. Sisa partikel yang tersaring disebut ampas, yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pembakaran di unit ketel. Filter press berfungsi untuk menyaring partikel-partikel halus. Hasil penyaringan berupa blotong (lumpur tebu) dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak.
6. Industri gula sangat bergantung pada pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Tanaman tebu hanya tumbuh optimal pada musim kemarau (musiman). Saat musim hujan, kualitas tebu menurun karena kadar air yang tinggi.
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2. Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
..ཹ๐ฎ แข Soal
Hapus1. dari semua alat untuk proses pembuatan gula, mana alat yg paling penting untuk menghasilkan nira yg paling jernih ?
2. apa saja produk samping yg dihasilkan oleh industri gula, dan bagaimna pemanfaatannya dalam sektor lain, apa Mala menjadi limbah ?
3. curah gula di olah lagi apa dijadikan menjadi produk baru ?
4. apa perbedaan gula dari tebu dan gula dari bit dan kandungan gizinya ?
5. strainer & filter press sama" digunakan untuk menyaring sebelum pemurnian dan setelah proses klarifikasi jelaskan perbedaan antara strainer & filter press ?
6. tanaman tebu termasuk tanaman musiman, apakah ada bahan baku lain?
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
2. ๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
๐ผ ๐ ๐ฎ ۫ ◌ tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
Hapus2.
Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. tidak ada yang paling penting karena semua alat industri berperan sesuai dengan perannya masing masing dalam proses pembuatan gula
BalasHapus2.Ampas tebu : digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan energi uap dan listrik
abu hasil pembakaran: digunakan dalam pencampuran pupuk organik
tetes tebu : tetes tebu adalah cairan tebu yg berwarna coklat dan tidak dapat mengkristal, tetes tebu ini akan di kirimkan ke industri MDG atau industri alkohol untuk di olah kembali menjadi sebuah produk
3. curah gula diolah kembali di stasiun pemasakan untuk menjadi produk baru
4. gula : gula terbuat dari air tebu ( tanaman tebu ) sedangkan bit gula adalah tanaman yang akarnya mengandung konsentrasi sukrosa yang tinggi dan ditanam secara komersial untuk produksi gula.
5. stariner untuk menyaring partikel berukuran besar atau kasar, hasil sampingnya berupa ampas yang kemudian masuk ke stasiun ketel untuk menjadi bahan bakar menghasilkan steam untuk menggerakkan sistem operasional
filter press untuk menyaring partikel halus, kemudian hasil sampingnya menjadi blotong yang kemudian akan menjadi produk samping campuran pupuk
6. tidak ada bahan baku lain selain dari tanaman tebu, karena tanaman tebu hidup di musim kemarau jika musim hujan kualitas tanaman tebu berkurang karena tanaman tebu menyerap air dari hujan. Dan industri berhenti beroprasional sementara jika tanaman tebu tidak ada atau kualitas tebu rendah
1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan industri cat untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah produksinya!
BalasHapus2. Apa perbedaan antara cat berbasis air dan cat berbasis pelarut?
3. Produk samping industri cat?
4. Jika produk tidak memunculkan warna kenapa dan bagaimana solusinya?
5. Metode menguji kualitas cat?
6. Apa fungsi dari Pigmen?
1. harus menentukan pengelohan limbahnya, contohnya harus mengganti bahan bahan kimia berbahaya (timbal,krom) menggunakan cat uang berbasis air atau water base pink, itu lebih alternatif dan lebih ramah lingkungan. Kita juga bisa merancang ulang proses produksi utk meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi pemborosan.
Hapus2. aspek utamanya dari pelarut,kandungan voc nya juga lebih rendah. jika cat yang berbasis air itu menggunakan air sebagai pengencer (lebih ramah kingkungan) jika menggunakan basis pelarut menggunakan tiner lebih rumit karena prosesnya kita harus mengembangkan bau cat tsb agar tidak bau (tdk sedap).
3. sebagian produk samping cat bersifat limbah,tp engan manajemen limbah yang tepat,sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang.
4. mungkin karena spons dalam spidol yang terlalu kering,jadi spons harus dicuci terlebih dahulu / dibasahi agar keluar warnanya atau tintanya.
5. pengujian fisik (viskositas,berat jenis utk mengukur massa jenis,partikelutk menilai kehalusan pigmen), pengujian kimia (ph utk kesaman/kebasaan,padatan utk menentukan kandungan zat padat,kandungan logam berat). pengujian lapisan feel cat (daya sebar utk mengrahui luas permukaan yang dicat,lengkat utk menilai kerekatan cat, gores,ketahanan terhadap air) Pengujian cuaca,uji korosi.
6. utk memberikan warna,ketahanan warna,meningkatkan kestabilan tinta
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. mengganti bahan kimia yg bahaya dgn cat yg berbasis air (waterbase)
Hapus2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
•Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
•Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
•Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
•Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
•Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
•Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
•Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
•Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
•Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
•Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
..ཹ๐ฎ แข Soal
Hapus1. Jelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan Industri Cat untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah produksinya?
2. apa perbedaan cat berbasis air dan berbasis pelarut?
3. Produk Samping Industri Cat?
4. Jika produk tidak memunculkan Warna, Kenapa dan Bagaimana solusinya?
5. Metode pengujian kualitas Cat
6. Fungsi Pigmen
..ཹ๐ฎ แข Jawaban
1. ๐ ࣪๐ป.๐ฅPengolahan Limbah: Membangun sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengolah limbah cair dan kimia sebelum dibuang ke lingkungan.
๐ ࣪๐ป.๐ฅ Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan: Mengganti pelarut berbahaya (seperti toluena atau xylene) dengan pelarut rendah VOC atau cat berbasis air.
๐ ࣪๐ป.๐ฅ Daur Ulang: Mendaur ulang limbah pelarut dan sisa cat yang tidak terpakai.
๐ ࣪๐ป.๐ฅ Filter Udara dan Emisi: Memasang scrubber dan filter karbon aktif untuk menangkap gas beracun atau uap pelarut.
๐ ࣪๐ป.๐ฅ Proses Produksi Bersih: Mengoptimalkan proses agar limbah dan tumpahan bisa dikurangi (misalnya, sistem tertutup).
๐ ࣪๐ป.๐ฅ Pelatihan Karyawan: Memberi pelatihan tentang penanganan bahan kimia yang aman dan manajemen limbah.
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Penyebab:
・๐ขִ໋๐ท֒ Pigmen tidak tercampur sempurna.
・๐ขִ໋๐ท֒ Pigmen tidak cocok atau rusak.
・๐ขִ໋๐ท֒ Campuran terlalu encer (terlalu banyak pelarut).
・๐ขִ໋๐ท֒ pH tidak sesuai untuk kestabilan pigmen.
・๐ขִ໋๐ท֒ Proses dispersi (pengadukan) kurang baik.
Solusi:
・๐ขִ໋๐ท֒ Gunakan mixer berkecepatan tinggi untuk dispersi pigmen.
・๐ขִ໋๐ท֒ Periksa kualitas dan jenis pigmen sebelum digunakan.
・๐ขִ໋๐ท֒ Sesuaikan rasio bahan: jangan terlalu encer.
・๐ขִ໋๐ท֒ Tambahkan dispersing agent untuk membantu pigmen larut.
・๐ขִ໋๐ท֒ Kontrol pH agar stabil di kisaran yang sesuai.
5. .ೃ๐ง๐ป♀ Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
.ೃ๐ง๐ป♀ Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
.ೃ๐ง๐ป♀ Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
.ೃ๐ง๐ป♀ Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
.ೃ๐ง๐ป♀ Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
.ೃ๐ง๐ป♀ Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
.ೃ๐ง๐ป♀ Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. - ๐ฏ⊰❞ Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
- ๐ฏ⊰❞ Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
- ๐ฏ⊰❞ Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
- ๐ฏ⊰❞ Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
- ๐ฏ⊰❞ Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
Beauty Salzabila Jannah / 12 TKI-1/ 12
Hapus1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
Kintan Radiyah Titania / 12 TKI-1 / 33
Hapus1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. harus menentukan pengelohan limbahnya, contohnya harus mengganti bahan bahan kimia berbahaya (timbal,krom) menggunakan cat uang berbasis air atau water base pink, itu lebih alternatif dan lebih ramah lingkungan. Kita juga bisa merancang ulang proses produksi utk meningkatkan efisiensi bahan baku dan mengurangi pemborosan.
Hapus2. aspek utamanya dari pelarut,kandungan voc nya juga lebih rendah. jika cat yang berbasis air itu menggunakan air sebagai pengencer (lebih ramah kingkungan) jika menggunakan basis pelarut menggunakan tiner lebih rumit karena prosesnya kita harus mengembangkan bau cat tsb agar tidak bau (tdk sedap).
3. sebagian produk samping cat bersifat limbah,tp engan manajemen limbah yang tepat,sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang.
4. mungkin karena spons dalam spidol yang terlalu kering,jadi spons harus dicuci terlebih dahulu / dibasahi agar keluar warnanya atau tintanya.
5. pengujian fisik (viskositas,berat jenis utk mengukur massa jenis,partikelutk menilai kehalusan pigmen), pengujian kimia (ph utk kesaman/kebasaan,padatan utk menentukan kandungan zat padat,kandungan logam berat). pengujian lapisan feel cat (daya sebar utk mengrahui luas permukaan yang dicat,lengkat utk menilai kerekatan cat, gores,ketahanan terhadap air) Pengujian cuaca,uji korosi.
6. utk memberikan warna,ketahanan warna,meningkatkan kestabilan tinta
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
Istiqomah Anur Rahma/30
Hapus1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
2. Cat Berbasis Air : Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.Cat Berbasis Pelarut: Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat.
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Salah satu upaya penting dalam industri adalah mengganti penggunaan bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
HapusContoh: Penggunaan cat berbasis air (water-based paint) sebagai alternatif cat berbasis pelarut (solvent-based paint), karena lebih aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
2. Cat Berbasis Air: Menggunakan air sebagai pelarut utama. Jenis cat ini lebih ramah lingkungan karena menghasilkan emisi VOC yang rendah dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut: Mengandung pelarut seperti thinner atau minyak. Cat ini memiliki bau yang lebih kuat dan berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan serta lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
3. Sebagian besar produk samping dari industri cat dikategorikan sebagai limbah berbahaya. Namun, melalui penerapan teknologi pengelolaan limbah yang tepat, sebagian limbah tersebut masih dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Jika dibiarkan tanpa pengelolaan yang sesuai, limbah ini berpotensi mencemari tanah, air, dan udara secara signifikan.
4. Apabila tinta tidak muncul saat spidol digunakan, kemungkinan besar disebabkan oleh pengeringan pelarut dalam wadah spidol. Untuk mengatasinya, spidol perlu dibersihkan terlebih dahulu agar kembali dapat digunakan secara optimal.
5. Viscositas: Mengukur kekentalan cat menggunakan alat seperti Ford Cup.
Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat dalam menutupi permukaan dasar.
Ketahanan Gores: Menilai kekuatan lapisan cat terhadap goresan atau tekanan.
Uji Waktu Kering: Mengukur durasi waktu yang dibutuhkan cat untuk mengering secara menyeluruh.
Adhesi: Menguji daya rekat cat terhadap media menggunakan metode seperti Cross Cut Test.
Ketahanan Cuaca: Menilai ketahanan cat terhadap paparan sinar UV dan hujan buatan.
Ketahanan Kimia: Menguji seberapa tahan cat terhadap bahan kimia seperti asam, basa, atau pelarut.
6. Pemberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
Daya Tutup: Membantu meningkatkan kemampuan cat dalam menutupi permukaan dengan sempurna.
Perlindungan terhadap Sinar UV: Pigmen tertentu memiliki kemampuan memblokir sinar ultraviolet sehingga meningkatkan ketahanan cat.
Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap pengaruh cuaca dan bahan kimia.
Efek Visual Khusus: Pigmen juga dapat menghasilkan efek tampilan seperti metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus sesuai kebutuhan desain.
Beauty Salzabila Jannah / 12 TKI-1 / 12
BalasHapus1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Contoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.
1. Mengganti bahan kimia berbahaya seperti timbal, krom, dan pelarut organik volatil (VOC) dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
BalasHapusContoh : Menggunakan cat berbasis air (water-based paint) dibanding cat berbasis pelarut (solvent-based paint).
2. Cat Berbasis Air:
Menggunakan air sebagai pengencer utama. Ini membuatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki bau yang lebih ringan.
Cat Berbasis Pelarut:
Menggunakan bahan pelarut seperti thinner atau minyak. Bahan pelarut ini dapat menghasilkan bau yang kuat dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan.
3. Sebagian besar produk samping industri cat bersifat limbah, tapi dengan teknologi dan manajemen limbah yang tepat, sebagian bisa didaur ulang atau dimanfaatkan ulang. Pengelolaan yang buruk dapat menimbulkan pencemaran berat terhadap tanah, air, dan udara.
4. Apabila tinta tidak muncul bisa di analisa pada wadah spidol yang telah kering dan harus di cuci hingga bersih.
5. • Viscositas: Mengukur kekentalan cat (mis. dengan viskometer Ford Cup).
• Daya Tutup (Opasitas): Mengukur kemampuan cat menutupi permukaan.
• Ketahanan Gores: Menguji kekuatan lapisan cat terhadap goresan.
• Uji Kering: Mengukur waktu yang dibutuhkan cat untuk kering.
• Adhesi: Menguji daya rekat cat ke substrat (mis. metode Cross Cut).
• Uji Ketahanan Cuaca: Menguji ketahanan terhadap sinar UV dan hujan buatan.
• Uji Ketahanan Kimia: Mengecek ketahanan terhadap asam, basa, atau pelarut.
6. • Memberi Warna: Pigmen menentukan warna akhir dari cat.
• Daya Tutup: Membantu menutupi permukaan dengan lebih baik.
• Perlindungan UV: Beberapa pigmen dapat memblokir sinar ultraviolet.
• Ketahanan Cuaca dan Kimia: Pigmen anorganik umumnya lebih tahan terhadap cuaca dan bahan kimia.
• Efek Visual Khusus: Memberi efek metalik, glossy, matte, atau tekstur khusus.